Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Talak – Halal Tetapi Dibenci Allah

Soal perceraian, agama Islam dan Kristen setuju, bahwa Allah tidak menyukainya. Satu Hadits menjelaskan, “Talak (perceraian) adalah suatu yang halal yang paling dibenci Allah (HR. Abu Dawud dan Ahmad). Agar dapat bersikap benar, maka kita wajib mengerti sikap Islam dan Kristen soal perceraian.

Perceraian Dalam Islam Dan Kristen

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Qs 2:229 membolehkan perceraian “Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi ... atau menceraikannya dengan cara yang baik . . .” Nampaknya, dalam Islam, talak jauh lebih mudah bagi pria daripada wanita. Mungkinkah itu karena pria dianggap lebih superior dari wanita?

Sebaliknya, Kitab Allah tegas mengharamkan perceraian. Dengarkanlah kata Yahweh (Tuhan), "Aku benci perceraian . . . Aku benci kalau salah seorang dari kamu berbuat sekejam itu terhadap istrinya. Maka jagalah dirimu dan jangan sekali-kali mengkhianati istrimu" (Kitab Nabi Maleakhi 2:16).

Jawaban Saya: Dalam hal perceraian, kita sepakat bahwa pria lebih mampu menguasai diri dan menahan emosinya dari pada wanita. Ia lebih mampu menimbang setiap perkara dengan akal sehat dan memikirkan resiko-resiko besar akibat bobroknya kehidupan rumah tangga. Di samping itu, pria adalah orang yang menanggung berbagai kesulitan dan beban nafkah dalam keluarga. Sementara itu, wanita tidak menanggung beban dalam rumah tangga, sehingga orang pertama yang merasakan mudarat dari perceraian adalah suami. Oleh karena itu, sangat tepat kalau keputusan di mulai dari tangannya. Meskipun demikian, istri memiliki hak untuk khuluk atau bercerai karena terancam dan dirugikan jika tetap bersama suaminya.

Bukan hanya Al-Qur’an saja yang memberikan hak bagi laki-laki untuk menceraikan istrinya, Bible Perjanjian Lama juga memberikan hak bagi laki-laki untuk menceraikan istrinya dengan cara menulis surat cerai. Cuma bedanya, kalau dalam hukum Islam wanita dapat menuntut cerai suaminya, sementara hukum Taurat tidak membolehkan wanita mencerai atau menuntut cerai suaminya. Sebagaimana sebuah ayat dalam Bible Perjanjian Lama berikut ini;  

"Apabila seseorang mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, lalu ia menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu menyuruh dia pergi dari rumahnya, (Ulangan 24:1) 

Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Tuhan dalam Bible Perjanjian Lama membenci perceraian (Maleakhi 2:16), tetapi ayat tersebut tidak dapat begitu saja mengharamkan perceraian. Karena dalam ayat Bible Perjanjian Lama lainnya (Ulangan 24:1, Yeremia 3:1), Tuhan justru membolehkan laki-laki untuk menceraikan istrinya dengan menulis surat cerai. Itu berarti hukum Islam dan hukum Taurat memiliki kesamaan dalam melihat perceraian. Tuhan dalam Bible Perjanjian Lama membenci perceraian, tetapi juga membolehkan laki-laki menceraikan istrinya. Demikian juga dalam agama Islam. Walaupun perceraian dalam Islam adalah alam, tetapi Allah SWT membencinya. Keterangan tersebut dapat ditemukan dalam hadits, walaupun hadits tersebut didhaifkan oleh Syeikh Al-Albani.   

Telah menceritakan kepada kami Katsir bin 'Ubaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid dari Mu'arrif bin Washil dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Perkara halal yang paling Allah benci adalah perceraian." (Sunan Abu Daud 1863)

Benarkah Perceraian Itu Solusi?

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Menurut seorang pengunjung situs ini, perceraian dalam Islam adalah solusi. Alasannya “..., perempuan lebih banyak dari pria, . . . , maka[Islam] memperbolehkan poligami, .. .” Zulia Ilmawati, psikologMuslim, menuliskan “. . . perceraian adalah solusi bagi masalah dalam rumah tangga . . .”

Jika perceraian adalah solusi, mengapa agama-agama berusaha mengatasinya? Mengapa tokoh agama malu jika banyak umatnya bercerai?

Jika perceraian itu solusi, mengapa kita merendahkan agama lain yang banyak umatnya bercerai? Bukankah seharusnya kita bangga karena perceraian merupakan solusi konflik rumah tangga mereka?

Menurut Ustad Tri Asmoro Kurniawan perceraian berakibat negatif. Antara lain “... kekerabatan yang putus, trauma psikologis yang dalam, anak-anak yang menjadi korban, tudingan miring masyarakat sekitar, hingga hilangnya rasa percaya diri . . .”

Novelis Pat Conroy menulis, “Setiap perceraian adalah satu kematian kecil peradaban dan kebudayaan.” Ahli sosiolog Armand Nicholi III dari Universitas Harvard berkesimpulan: “Perceraian tidak merupakan solusi untuk masalah pernikahan. Perceraian hanya merupakan pergantian masalah-masalah.”

Jawaban Saya: Tidak ada hubungan antara perceraian dan poligami. Karena tidak dapat laki-laki disebut berpoligami kalau dia menceraikan istrinya yang pertama. Saya setuju kalau ada yang mengatakan perceraian adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah rumah tangga. Memang tidak semua masalah rumah tangga dapat terselesaikan dengan perceraian. Tetapi adakalanya, permasalahan dalam rumah tangga hanya dapat diselesaikan dengan jalan perceraian. Itulah sebabnya Tuhan tidak pernah mengharamkan perceraian, baik di dalam Islam atau dalam hukum Taurat. Karena Tuhan tahu dengan pasti kalau perceraian dapat menjadi solusi bagi permasalahan dalam rumah tangga.

Mengapa Sebagian Orang Islam Dan Kristen Bercerai?

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Bukankah banyak orang Kristen di negara-negara Barat bercerai? Benar! Namun, kita wajib mengetahui ajaran yang mendasari perceraian di antara orang Kristen dan Islam. Kristen melarang perceraian (juga poligami dan perselingkuhan). Maka pasangan Kristen yang bercerai sedang melanggar firman Allah. Sebagaimana sabda Isa Al-Masih, “Sebab sikapmu yang keras kepala itulah maka Musa meluluskan permintaanmu untuk menceraikan istrimu, tetapi sejak mulanya tidaklah demikian”(Injil, Rasul Besar Matius 19:8). Sebaliknya, Islam percaya bahwa perceraian adalah solusi. Maka ajaran itulah yang mendorong dan mengesahkan perceraian di antara umatnya.

Jawaban Saya: Yesus dalam Injil Kristen memang melarang perceraian, tetapi itu bukan berarti orang-orang Kristen tidak dapat bercerai. Gereja telah mengganti istilah perceraian perkawinan yang dilarang oleh Yesus, dengan istilah pembatalan perkawinan agar orang-orang Kristen masih dapat “bercerai” tanpa merasa berdosa karena melanggar perintah Yesus. Pembatalan perkawinan tidak pernah dikenal dalam Bible Perjanjian Baru, itu hanyalah akal-akalan gereja saja. Sangat mungkin gereja juga menganggap perceraian dapat menjadi solusi tepat untuk keluar dari permasalahan rumah tangga. Jika tidak demikian, mengapa gereja sampai harus mengada-adakan pembatalan pernikahan yang sama sekali tidak dikenal dalam Injil Kristen?

Islam dan Kristen Menolak Perceraian

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Jadi agama Islam dan Kristen benar dalam menentang dengan keras perceraian! Karena perceraian melanggar firman Allah, bukan solusi terbaik, dan banyak dampak negatifnya. Umat beragama dapat menghindari perceraian dengan belajar merendahkan diri dan melayani satu sama yang lain. Jika suami belajar mengalah dan mengasihi isteri seperti Isa Al-Masih mengasihi kita, dan isteri belajar menghargai suami. Maka perceraian tidak akan terjadi. Pengorbanan Isa Al-Masih pada kayu salib buat kita menjadi teladan bagaimana suami dan isteri perlu melayanai satu sama yang lain. Dalam pengorbanan-Nya kita melihat juga tersedia keselamatan untuk kita sekalian!

Jawaban Saya: Tidak benar agama Islam dan Kristen menentang dengan keras perceraian. Tuhan baik dalam Al-Qur’an dan Taurat tidak pernah mengharamkan perceraian. Tuhan lebih tahu tentang apa yang baik dan apa yang buruk bagi manusia. Jika perceraian memang tidak dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan rumah tangga dan hanya membawa dampak negatif, maka Tuhan akan mengharamkannya secara mutlak. Kafir Kristen pemuja Yesus tidak seharusnya bersikap mendua (munafik). Di satu sisi mereka menganggap perceraian tidak dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan rumah tangga, sementara di sisi lain mereka membenarkan gereja dengan ajaran pembatalan perkawinannya.  

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Talak – Halal Tetapi Dibenci Allah"

Posting Komentar

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.