Seorang
pemuja Yesus menuduh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam seorang Ateis.
Apa itu Ateis? Si penuduh memberikan definisi dan ciri orang Ateis sebagai
berikut: “ate·is /atéis/ n orang yg tidak percaya akan adanya Tuhan: kelompok —
tidak akan mengambil bagian dalam suatu upacara agama. Di Indonesia ini,
ateisme belum begitu berkembang. Walaupun mungkin jumlahnya bertambah tetapi
biasanya mereka belum terang-terangan, tidak seperti di negara-negara barat.
Ada dua ciri khas seorang ateis yang cukup mencolok menurut hemat saya:
1. Seorang ateis pastinya hidup mengandalkan
diri sendiri atau orang lain. Karena dia tidak percaya bahwa ada Tuhan yang
akan menolongnya maka ia pun akan berusaha mati-matian dengan tenaga sendiri
atau dengan pertolongan orang lain, yang pasti mereka harus bergantung pada
manusia, siapapun manusia itu.
2. Selain itu seorang ateis pun biasanya menolak
hukum Tuhan. Biasanya ateis suka membuat peraturan sendiri sesuka-sukanya,
misal prilaku seks bebas dianggap tidak apa-apa selama tidak merugikan pihak
lain sementara Tuhan jelas menentang ini. Untuk seorang ateis tulen membunuh seseorang
atau memperkosa seseorang pun bukanlah masalah besar, karena toh tidak ada
Tuhan sehingga tidak ada benar atau salah, baik atau buruk, semua serba
relatif. Konsekuensi yang ada paling dari manusia lain, seperti aparat
keamanan, tetapi itu pun kalau tertangkap.”
Dengan
dua ciri di atas, si penuduh kemudian menyebut Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wasallam seorang Ateis, karena menurutnya di dalam diri Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wasallam terdapat ciri-ciri seorang Ateis. Ciri-ciri Ateis
pada diri Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam yang di maksud oleh si
penuduh adalah sebagai berikut:
A.
SIFAT BERGANTUNG PADA MANUSIA, BUKAN PADA TUHAN
1)
Sewaktu Nyawa Muhammad Terancam oleh Orang-Orang Quraish di Mekkah Sirah
Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 400-401 Kemudian Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam berbicara. Beliau membaca Al-Qur’an, mengajak mereka kepada
agama Allah dan mengharapkan keislaman mereka. Setelah itu, beliau bersabda,
‘Aku membait kalian agar kalian melindungiku sebagaimana kalian melindungi
anak-istri kalian.’ Al-Barra’ bin Ma’rur memegang tangan Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam kemudian ia berkata, ‘Ya, demi Dzat yang mengutusmu dengan
membawa kebenaran, kami pasti melindungimu sebagaimana kami melindungi
anak-istri kami. Baiatlah kami wahai Rasulullah! Demi Allah, kami ahli perang
dan ahli senjata. Itu kami wariskan dari satu generasi kepada generasi
lainnya.’
2)
Sewaktu Nyawa Muhammad Terancam di Uhud Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2
Halaman 43-44 Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah SAW dikepung orang-orang
Quraisy, beliau berkata, ‘Siapa orang yang siap mengorbankan nyawa untukku?’
Kesimpulan:
Saudara
seperti kita lihat, Muhammad sama sekali TIDAK mengandalkan tuhannya. Bukannya
berdoa kepada tuhannya untuk menolong, Muhammad malah meminta pertolongan dari
manusia manusia sekitar. Ini sangat kontras dengan nabi Daud yang sangat
mengandalkan Tuhan: Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya,
kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah
Daud kepada Saul: “Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum
pernah aku mencobanya.” Kemudian ia menanggalkannya. (1 Samuel 17:39)
Daud
tidak takut untuk menanggalkan baju perangnya, dia sadar betul, keselamatan dia
bukan tergantung baju perang, diri sendiri, atau orang lain. Ini terlihat dari
perkataannya kepada Goliat: Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu:
“Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku
mendatangi engkau dengan nama RAJA semesta alam, Tuhan segala barisan Israel
yang kautantang itu. (1 Samuel 17:45)
Yang
Daud andalkan di sini hanya nama Tuhan saja! Dan kita semua tahu akhir
ceritanya, Daud pun berkemenangan walaupun tanpa baju perang, tanpa pedang,
dengan postur tubuh yang kecil tetapi Daud disertai Tuhan sehingga ia TIDAK
takut. Sangat berbeda dengan Muhammad yang KETAKUTAN lalu bukannya mengandalkan
tuhannya malah, berteriak-teriak minta tolong pada orang lain! Saudara siapa
yang kau andalkan? Muhammad kah? Kalau kamu mengandalkan Muhammad dengan
bershalawat untuknya dengan harapan Muhammad akan bersyafaat untuk kamu,
berarti kamu telah mengandalkan manusia!
Baik,
saya jawab terlebih dahulu tuduhan di atas terlebih dahulu.
Al-Qur’an memang mengajarkan untuk hanya meminta pertolongan
kepada Allah Subhanahu wata’ala, karena Allah Subhanahu wata’ala adalah tempat bergantung
segala sesuatu. Al-Qur’an juga mengajarkan agar selalu bertawakal (berserah
diri) kepada Allah Subhanahu wata’ala. Namun tawakal (berserah diri) kepada
Allah Subhanahu wata’ala tidak berarti kemudian meninggalkan ikhtiar (usaha)
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wasallam dalam dua kisah dari Sirah Ibnu Hisyam di atas
merupakah ikhtiar atau usaha Nabi dalam mencari pertolongan Allah Subhanahu
wata’ala. Seperti anda misalkan berdoa, memohon agar diberi rezeki oleh Tuhan,
apakah setelah berdoa, anda berdiam diri dan hanya mengandalkan Tuhan untuk
memberi anda rezeki turun dari langit? Tentu tidak! Anda tetap harus bekerja
untuk mencari rezeki. Bekerja itulah ikhtiar atau usaha yang anda lakukan agar
Tuhan mengabulkan doa dengan memberi anda rezeki.
Pada kesimpulan, si pemuja Yesus mengatakan bahwa Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam sama sekali tidak mengandalkan Tuhan dan
tidak berdoa kepada Tuhan untuk menolong, tetapi justru meminta pertolongan
kepada manusia di sekiranya. Si penuduh terlihat sangat bodoh, karena
menganggap mengandalkan Tuhan (tawakal) itu tidak boleh disertai dengan ikhtiar
atau usaha untuk mencapai sesuatu, itulah yang menyebabkan si penuduh kemudian
berkesimpulan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam sama sekali
tidak mengandalkan Tuhan, karena dia melihat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
wasallam berikhtiar atau berusaha mencari pertolongan Allah Subhanahu wata’ala
dengan jalan mencari bantuan orang-orang beriman. Mengandalkan Tuhan (tawakal)
dan ikhtiar atau usaha memang harus seiring sejalan. Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wasallam tidak berdoa kepada Tuhan, ini juga salah. Karena Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam selalu memohon perlindungan Allah
Subhanahu wata’ala, khususnya pada setiap shalat dalam doa qunut. Dalam
Al-Qur’an, juga telah disebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
wasallam berdoa, sebagaimana dapat anda baca di surah Al-Anfaal ayat 9.
Si pemuja Yesus juga memuji Daud yang di sebutnya hanya
mengandalkan nama Tuhan saja, Daud tidak takut menanggalkan baju perang karena
yakin keselamatan bukan tergantung baju perang, diri sendiri, atau orang lain.
Daud pun dikatakan berakhir dengan kemenangan walaupun tanpa menggunakan baju
perang dan pedang. Apakah semua yang dikatakan pemuja Yesus tersebut adalah
benar? Coba anda baca baik-baik ayat-ayat setelah 1 Samuel 17:39. Maka anda
akan menemukan bahwa alasan Daud melepaskan baju perang, ketopang, baju zirah
dan pedang, bukanlah karena ingin mengandalkan Tuhan, akan tetapi karena Daud
tidak biasa menggunakan baju perang, ketopang, baju zirah dan pedang (1 Samuel
17:39). Anda tahu mengapa Daud tidak biasa menggunakan semua peralatan perang?
Karena Daud bukalah seorang prajurit perang, melainkan hanya seorang
penggembala kambing domba (1 Samuel 17:34). Daud juga tidak dapat di sebut
mengandalkan Tuhan, karena dalam mengalahkan orang Filistin, Daud mengandalkan
diri sendiri dengan berbekal batu dan umbannya di tangan (1 Samuel 17:40) dan
di 1 Samuel 17: 51 anda akan membaca Daud menghabisi salah seorang musuhnya
dengan pedang.
B. MEMBUAT HUKUM SENDIRI YANG MENENTANG HUKUM TUHAN
Muhammad tidak hanya seenak dirinya membuat hukumnya sendiri
dan hukum yang dibuat itu bertentangan dengan hukum Tuhan, dia bahkan dengan
entengnya mengklaim bahwa hukum tersebut berasal dari Tuhan! Sungguh ini
tingkah laku orang yang tidak takut akan Tuhan. Muhammad jelas adalah seorang
ateis. Dia mengira dia tidak akan dihukum untuk kejahatannya di dunia dengan
mengangkat dirinya sebagai nabi tetapi tiada kejahatan yang lepas dari mata
Tuhan.
1. Ajaran budak seks
& nikah Mutah itu dari Tuhan (Qs 4:24), bertentangan dengan: Kamu telah
mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di
dalam hatinya. (Matius 5:28)
2. Ajaran memalak dan memerangi kafir itu dari Tuhan (Qs
9:29), bertentangan dengan: Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan
berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5:44)
3. Ajaran poligami itu dari Tuhan (Qs 3:4), bertentangan
dengan: Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya
dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (Matius
19:5)
4. Ajaran memukul istri itu dari Tuhan (Qs 4:34), bertentangan
dengan: Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22:39)
5. Ajaran berhobong (Taqiyya) itu dari Tuhan (Qs 3:54),
bertentangan dengan: Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah
kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
(Matius 5:37)
6. Ajaran pedofilia itu dari Tuhan (Qs 65:4), bertentangan
dengan: Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, bukan Adam dan Hawa yang masih
anak-anak. (Kejadian 1:27)
7. Ajaran pagan itu dari Tuhan Ajaran untuk sujud kepada kuil
hitam, mengelilingi kuil hitam, dan mencium berhala batu hitam. bertentangan
dengan: “Kasihilah Tuhan, Rajamu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (Matius 22:37-40) dan Jangan sujud
kepadanya atau beribadah kepadanya (berhala), (Keluaran 20:5)
Kesimpulan:
Saudara, apakah anda berani untuk mengatakan ajaran-ajaran
keji di atas adalah ajaran Tuhan? Jika Anda berani, berarti Anda telah
menentang dan menghina Tuhan, saya mohon bertobatlah sebelum terlambat.
Muhammad benar-benar seorang ateis, tanpa ragu-ragu dia mengajarkan kejahatan
pada umatnya dan meyakinkan umatnya kalau kejahatan itulah yang disukai oleh
Tuhan. Hai umat Muslim, sudah begitu tidak takutkah kalian akan Tuhan sehingga
kalian dengan mudahnya melakukan kejahatan-kejahatan di atas?
Pada tuduhannya kali ini, si pemuja Yesus menyatakan bahwa
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam adalah seorang Ateis karena
dikatakan menolak hukum Tuhan dan membuat hukumnya sendiri. Selanjutnya, si
pemuja Yesus menulis tujuh ajaran yang dikatakannya sebagai ajaran Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam yang di sebutnya bertentangan dengan
hukum Tuhan. Hukum Tuhan yang di maksud si pemuja Yesus tentu saja Injil
Kristen. Sebelum saya jawab, ada beberapa hal yang Anda harus ketahui. Injil
Kristen tidak dapat di sebut hukum Tuhan, karena Injil Kristen bukanlah kitab
wahyu yang Allah Subhanahu wata’ala turunkan kepada Nabi-Nya. Injil Kristen
tidak lebih dari kitab karangan manusia, yang kemudian penulisnya di
atas-namakan murid-murid Yesus oleh gereja agar Injil Kristen memperoleh
pengakuan.
1. “dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali
budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai
ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu)
mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka
isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah
kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah
mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah
menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS. An-Nisa(4):24)
Ayat di atas hanya berisi kebolehan menggauli budak yang
diperoleh dari peperangan dan kewajiban membayar mahar terhadap wanita yang
dikawini, tidak ada sama sekali kebolehan kawin Mut’ah seperti yang dituduhkan.
Ayat di atas juga dikatakan oleh si pemuja Yesus telah
bertentangan dengan “hukum Tuhan” yang ada dalam Injil: “Kamu telah mendengar
firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang
memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam
hatinya” (Matius 5:28). Si pemuja Yesus sekali lagi memperlihatkan
kebodohannya. Dia menganggap menggauli budak adalah sama dengan berzina,
padahal Bibel Perjanjian Lama tidak melarang menggauli budak atau menghukum
orang yang menggauli budak. Jika menggauli budak sama dengan berzina, sudah
barang tentu Bibel Perjanjian Lama akan mengharamkannya. Bukan hanya tidak melarang
menggauli budak, Bibel Perjanjian Lama justru mendorong seorang tuan untuk
menggauli budaknya, jika tidak si budak dapat bebas tanpa membayar tebusan. Simak
ayat-ayatnya di bawah ini:
7 Apabila ada seorang menjual anaknya yang perempuan sebagai
budak, maka perempuan itu tidak boleh keluar seperti cara budak-budak lelaki
keluar.
8 Jika perempuan itu tidak disukai tuannya, yang telah
menyediakannya bagi dirinya sendiri, maka haruslah tuannya itu mengizinkan ia
ditebus; tuannya itu tidak berhak untuk menjualnya kepada bangsa asing, karena
ia memungkiri janjinya kepada perempuan itu.
9 Jika tuannya itu menyediakannya bagi anaknya laki-laki, maka
haruslah tuannya itu memperlakukannya seperti anak-anak perempuan berhak
diperlakukan.
10 Jika tuannya itu mengambil perempuan lain, ia tidak boleh
mengurangi makanan perempuan itu, pakaiannya dan persetubuhan dengan dia.
11 Jika tuannya itu tidak melakukan ketiga hal itu kepadanya,
maka perempuan itu harus diizinkan keluar, dengan tidak membayar uang tebusan
apa-apa." (Keluaran 21: 7-11)
Bagaimana
dengan Yesus? Yesus tidak mengubah hukum yang telah ada seperti janjinya
sendiri, “Janganlah kamu menyangka, bahwa
Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan
untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17)
2. “Perangilah
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari
kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan
RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu
orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar
jizyah* dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”
*Jizyah
adalah semacam pajak yang dikenakan kepada
individu bukan Islam yang berlindung di negara Islam sebagai imbalan
bagi keamanan diri mereka . Umat Islam membayar zakat, sementara yang bukan
Islam membayar Jizyah, adil bukan?
Si pemuja Yesus mengatakan bahwa ayat di atas bertentangan
dengan “hukum Tuhan” yang ada dalam Injil: “Tetapi Aku berkata kepadamu:
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5:44)
Perang
tidak pernah dilarang dalam Bibel Perjanjian Lama, justru banyak perintah
perang yang diberikan Tuhan melalui para Nabi kepada raja-raja di masa
Perjanjian Lama. Bahkan Tuhan melatih perang Israel (Hakim-Hakim 3:2).
Bagaimana dengan ucapan Yesus di Matius 5:44? Yesus hanya memiliki sedikit
pengikut dan tak satu pun dari pengikutnya yang tangkas dalam menggunakan
senjata perang. Sedangkan pasukan Romawi sangat ahli dalam perang dan memiliki
persenjataan super lengkap. Kondisi yang tidak berimbang itulah yang menyebabkan
Yesus dan murid-muridnya memilih untuk tidak membalas perlakuan kejam
orang-orang kafir dan lebih memilih untuk menunjukkan kasih kepada
musuh-musuhnya, dengan harapan hati mereka akan tersentuh. Kondisi Yesus dan
pengikutnya tersebut sama dengan kondisi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
wasallam pada masa awal berdakwah di Mekkah.
3. “Dan
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang
yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (An
Nisaa'(4):3)
Poligami
dalam Islam merupakan praktik yang diperbolehkan (mubah, tidak larang namun
tidak dianjurkan). Ayat kebolehan poligami dalam Al-Qur’an terdapat pada surah
An-Nisaa’ ayat 3, tidak ada pada ayat yang disebutkan oleh si pemuja Yesus.
Menurut si pemuja Yesus, poligami yang diperbolehkan dalam Islam bertentangan
dengan “hukum Tuhan” yang ada dalam Injil Kristen: ” Sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu
menjadi satu daging.” (Matius 19:5). Ucapan Yesus yang ada di Matius 19:5,
bukan merupakan larangan berpoligami, melainkan hanya menunjukkan perkawinan
ideal adalah monogami. Walaupun Al-Qur’an memperbolehkan pernikahan poligami
seperti pada An-Nisaa’ ayat 3, namun pada ayat yang sama, Allah Subhanahu
wata’ala juga menyatakan bahwa pernikahan yang ideal adalah pernikahan
monogami. Makna ini dapat anda tangkap dari kalimat yang bergaris bawah pada
An-Nisaa’ ayat 3 di atas. Poligami dilarang sejak masa kepemimpinan Paus Leo
XIII pada tahun 1866, bukan pada masa awal kekristenan. Bibel Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru tidak melarang, lalu apa yang mau dipermasalahkan?
4. “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.” (An-Nisaa’(4):34)
Si
pemuja Yesus menyatakan bahwa ayat Al-Qur’an di atas bertentangan dengan “hukum
Tuhan” yang ada dalam Injil Kristen: “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan
itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39)
Dalam
An-Nisaa’ ayat 34 tersebut di atas, Allah Subhanahu wata’ala membolehkan
seorang suami memukul isterinya. Akan tetapi ada hal yang perlu diperhatikan
dengan sungguh-sungguh tentang bolehnya memukul adalah harus terpenuhinya
kaidah-kaidah sebagai berikut, yaitu:
1.
Setelah dinasihati, dipisahkan tempat tidurnya, namun tetap tidak mau kembali
kepada syari’at Islam.
2.
Tidak diperbolehkan memukul wajahnya.
3.
Tidak boleh memukul dengan pukulan yang menimbulkan bekas atau membahayakan
isterinya.
Pukulannya
pun pukulan yang tidak melukai, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam: “Dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai.” (Shahih
Muslim)
Pada
zaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ada sebagian Shahabat yang memukul
isterinya, kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarangnya.
Namun ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu ‘anhu mengadukan atas bertambah
beraninya wanita-wanita yang nusyuz (durhaka kepada suaminya), sehingga Rasul
memberikan rukhshah untuk memukul mereka. Para wanita berkumpul dan mengeluh
dengan hal ini, kemudian Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
mereka itu (yang suka memukul isterinya) bukan orang yang baik di antara kamu.”
(Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban)
Dari
‘Abdullah bin Jam’ah bahwasanya ia telah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ”Bagaimana mungkin seseorang di antara kalian sengaja
mencambuk isterinya sebagaimana ia mencambuk budaknya, lalu ia menyetubuhinya
di sore harinya?” (Shahih Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan tentang laki-laki yang baik,
yaitu yang baik kepada isteri-isterinya. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ”Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada isterinya dan aku
adalah yang paling baik kepada isteriku” (Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Tirmidzi)
Jadi
pukulan yang diperbolehkan dilakukan oleh suami terhadap istrinya adalah
pukulan untuk memberi pelajaran atau mendidik, bukan ditujukan untuk menyakiti.
Seperti seorang ayah atau ibu yang demi memberi pelajaran atau mendidik,
memberikan cubitan kecil kepada sang buah hatinya.
5. “Orang-orang
kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Ali 'Imran: 54)
Pemuja
Yesus menganggap ayat di atas adalah ajaran untuk berbohong dan bertentangan
dengan “hukum Tuhan” yang ada dalam Injil: “Jika ya, hendaklah kamu katakan:
ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu
berasal dari si jahat.” (Matius 5:37)
Ayat
Ali ‘Imran: 54 bukanlah ajaran untuk berbohong atau taqiyah. Ayat tersebut
berkenaan dengan penyelamatan Nabi Isa ‘Alaihissalam dari tipu daya orang-orang
kafir. Allah Subhanahu wata’ala membalas mereka dengan tipu daya pula, yaitu
dengan menyelamatkan Nabi Isa ‘Alaihissalam tanpa sepengetahuan orang-orang
yang hendak membunuhnya. Islam mengajarkan untuk selalu bersikap jujur dan
menjauhi kebohongan. Namun, ada kebohongan yang tidak di anggap berdosa dalam
Islam, yaitu kebohongan ketika perang, berbohong untuk mendamaikan sesama
manusia dan bohongnya suami berbohong kepada istrinya atau istri berbohong pada
suaminya untuk melestarikan kasih sayang dan ketenangan keluarga. Sedangkan
Taqiyah adalah kondisi luar seseorang dengan yang ada di dalam batinnya
tidaklah sama. Taqiyah dikenal di kalangan Ahlussunnah dan Syi’ah. Hanya saja
menurut Ahlussunnah taqiyah digunakan untuk menghindarkan diri dari musuh-musuh
Islam alias orang kafir atau ketika perang maupun kondisi yang sangat
membahayakan orang Islam. Sementara itu menurut Syi’ah bahwa Taqiyah wajib
dilakukan. Jadi taqiyah adalah salah satu prinsip agama mereka.
Si pemuja Yesus saya sarankan untuk melongok ajaran Tuhannya
sendiri sebelum mengkritik ajaran agama orang lain. mau mengkritik ajaran
taqiyah boleh saja, tapi coba lihat terlebih dahulu, apa Yesus tidak pernah
berbohong. Jelas-jelas Yesus dalam Bibel Perjanjian Baru pernah berbohong.
Seperti di Yohanes 7:8-10, ketika Yesus di ajak oleh saudara-saudaranya untuk
pergi ke pesta. Yesus menolak dengan alasan belum waktunya. Namun ketika
saudara-saudaranya sudah pergi ke pesta, Yesus dengan diam-diam (mungkin juga
sambil clingak-clinguk) pergi ke pesta. Bukankah itu bohong namanya?!
6. Dan
perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa
iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang
tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (Ath Thalaaq:
4)
Selanjutnya,
si pemuja Yesus menuduh bahwa Islam mengajarkan pedofilia yang kemudian dia
sebut bertentangan dengan “hukum Tuhan” yang ada dalam Bibel Perjanjian Lama: “Maka
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian
1:27)
Apa
itu pedofilia? Pedofilia adalah kecenderungan seseorang yang telah dewasa baik
pria maupun wanita untuk melakukan aktivitas seksual berupa hasrat ataupun
fantasi impuls seksual dengan anak-anak kecil. Bahkan terkadang melibatkan anak
di bawah umur, jika umur keduanya sama atau tidak terlampau jauh tidak dapat di
sebut pedofilia. Jadi, Pedofilia itu penyakit dan bukan suatu ajaran agama mana
pun, apa lagi ajaran Islam seperti yang dituduhkan si pemuja Yesus. Sedangkan
firman Allah Subhanahu wata’ala: ”Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi
(monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa
iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula)
perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu
iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa
yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya” (Ath Thalaaq: 4). Ayat tersebut adalah jawaban Allah Subhanahu
wata’ala ketika Ubay bin Ka’ab bertanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wasallam, “Ya Rasullullah, sesungguhnya ada beberapa kelompok wanita
yang tidak di sebutkan di dalam Al-Qur’an, yaitu wanita yang masih kecil,
wanita tua dan wanita yang sedang hamil. Di lihat dari asbabun nuzulnya, ayat
tersebut tidak dapat di sebut sebagai ajaran atau perintah bagi orang dewasa untuk
menikahi anak-anak kecil. Ayat tersebut tidak lebih sebagai jawaban dari
pertanyaan Ubay bin Ka’ab yang mungkin melihat bahwa ada wanita-wanita yang
belum haid (belum dewasa) namun sudah menikah.
7. Pemuja Yesus
mengatakan bahwa Islam adalah agama pagan dan umat Islam diajarkan untuk sujud
kepada kuil hitam, mengelilingi kuil hitam, dan mencium berhala batu hitam dan
itu dikatakannya bertentangan dengan ayat: “Kasihilah Tuhan, Rajamu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
(Matius 22:37-40) dan Jangan sujud kepadanya atau beribadah kepadanya
(berhala), (Keluaran 20:5)
Tuduhan ngawur dan tak berdasar, Membuktikan si penuduh belum
sempurna akalnya. Ka’bah bukan kuil dan Hajar Aswad bukan berhala, karena umat
Islam tidak pernah menyembahnya. Ka’bah adalah sebagai penentu arah sholat
bukan objek yang disembah sebagaimana Allah Subhanahu wata’ala berfirman yang
artinya:
“Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana
saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui,
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (QS.Al-Baqarah :144)
Jadi
intinya bukan menyembah batu tapi inti
dari ajaran itu ialah ketundukan kepada Tuhan mereka. Pengakuan bahwa Allah itu
Rabb mereka. Analoginya begini, misalkan anda disuruh oleh orang tua anda untuk
mencium komputer di depan anda lalu anda menuruti, lalu apakah ini berarti anda
menyembah komputer ? Tentu orang yang berpikiran jernih mengatakan tidak. Anda
melakukan itu karena wujud taat dan tunduk kepada peintah orang tua, sebagai
wujud bakti anda sebagai anak kepada orang tua. Nah begitulah umat islam dalam
melakukan sholat dan thowaf kenapa mereka menghadap batu dan mencium batu. Itu
karena wujud ketaatan kepada Allah, Tuhan mereka memerintahkan dalam ajaran-Nya
supaya melakukan demikian. Mereka tidak menganggap batu itu istimewa.
Daud dalam Bibel juga bersujud dan mengelilingi mezbah atau Bait
Tuhan sebagaimana ayat di bawah ini:
Tetapi aku, berkat kasih
setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan
Engkau. (Mazmur 5:7)
Aku membasuh tanganku
tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi
mezbah-Mu, ya TUHAN, (Mazmur 26:6)
Jadi ajaran Thowaf dan sujud menghadap Ka’bah atau mencium
Hajar Aswat sama sekali tidak bertentangan dengan Matius 22:37-40 dan Keluaran
20:5. Dari ke tujuh poin yang di sebut oleh si pemuja Yesus, semuanya merupakan
tuduhan-tuduhan lama yang sudah sangat sering sekali di jawab. Hanya orang
bodoh dan bebal saja yang kemudian terus mempermasalahkannya.
Kesimpulan:
Dari
pada menuduh umat Islam yang macam-macam, bukankah sebaiknya orang-orang
Kristen menilai diri mereka sendiri? Bukankah Yesus sendiri pernah berpesan
untuk tidak menghakimi agar tidak dihakimi? Jangan menyebut orang lain tidak mengasihi
Tuhan kalau diri sendiri tidak mengasihi Tuhan. Yesus pernah berkata bahwa
hukum utama yang pertama adalah mengasihi Tuhan (Matius 22:37). Apa itu
mengasihi Tuhan? Mengasihi Tuhan adalah meyakini Tuhan itu satu, tidak memiliki
sekutu, sebagaimana jawaban ahli Taurat kepada Yesus dalam Markus 12:32. Menuduh
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam seorang ateis adalah tindakan bodoh.
Mengapa demikian? Karena dengan kriteria ateis yang digunakan untuk menuduh
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, saya pun dapat mengatakan Yesus
seorang ateis.
Kriteria
ateis yang dibuat si pemuja Yesus ada dua: hidup mengandalkan diri sendiri atau
orang lain dan menolak hukum Tuhan. Mari kita lihat, apakah kriteria tersebut ada
pada diri Yesus.
Yesus mengandalkan diri sendiri atau orang lain
Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi
ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja.
Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi
selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. (Matius
21:19)
Yesus
yang lapar mendekati pohon ara dengan harapan mendapat buahnya. Yesus kecewa karena
harapannya tidak terjadi dan mengutuk pohon ara yang tidak bersalah. Itu artinya
Yesus mengandalkan pohon ara untuk dapat
makan, bukan mengandalkan Tuhan.
Maka datanglah seorang perempuan Samaria
hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah
Aku minum.” (Yohanes 4:7)
Pada
ayat di atas, Yesus tidak mengandalkan
Tuhan untuk dapat minum, tapi mengandalkan perempuan Samaria yang tidak dikenalnya.
Yesus menolak hukum Tuhan
Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku
belum genap." Demikianlah kata-Nya kepada mereka, dan Iapun tinggal di
Galilea. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun
pergi juga ke situ, tidak
terang-terangan tetapi diam-diam. (Yohanes 7:8-10)
Satu
hari Yesus diajak oleh saudara-saudaranya untuk pergi ke pesta. Yesus menolak
dengan alasan bahwa waktunya belum genap. Tetapi setelah saudara-saudaranya
pergi, Yesus pergi juga ke pesta dengan diam-diam. Itu artinya Yesus telah berbohong kepada saudara-saudaranya!
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat
Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua
orang murid-Nya dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu,
dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan
anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku.
Dan jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya."
(Matius 21:1-3)
Ketika
telah dekat Yerusalem, Yesus menyuruh murid-muridnya untuk mengambil keledai
milik orang lain dengan berjanji akan mengembalikannya. Apakah dalam ayat Bibel
Perjanjian baru anda menemukan Yesus atau murid-muridnya mengembalikan keledai yang
mereka pinjam? Tidak ada! Artinya Yesus telah mencuri dan telah berbohong atau berdusta kepada pemilik keledai!
Mencuri
dan Berbohong atau berdusta melanggar hukum Tuhan dalam Imamat 19:11 yang
berbunyi, “Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya.”
Demikian jawaban saya atas tuduhan salah seorang penghujat dari salah satu pemuja Yesus. Tuduhan yang dia lontarkan sama sekali tak akan pernah meruntuhkan iman seorang Muslim, justru malah memperlihatkan kebodohan dan kedunguannya sendiri. Bahkan dengan kriteria yang sama seperti yang dia gunakan untuk menuduh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wasallam seorang ateis, saya dapat membuktikan pula bahwa Yesus seorang ateis.
0 Response to "Nabi Muhammad Seorang Ateis?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.