Alhamdulillah,
Allah mempertemukan kita kembali dengan bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah
serta ampunan, bulan di mana diturunkannya Al-Qur’an untuk pertama kalinya dan
di bulan ini pula umat Islam diwajibkan untuk berpuasa. Kata puasa dalam bahasa
Arab adalah “Shiyam atau shaum”, keduanya merupakan bentuk masdar, yang
bermakna menahan. Sedangkan secara
istilah fiqh berarti menahan diri sepanjang hari dari terbitnya fajar sampai
terbenamnya matahari dengan niat tertentu, menahan dari segala sesuatu yang
menyebabkan batalnya puasa bagi orang islam yang berakal, sehat, dan suci dari
haid dan nifas bagi seorang muslimah. Puasa di bulan Ramadhan adalah satu dari
lima rukun Islam. Karena puasa Ramadhan berhubungan dengan rukun iman dalam
Islam, maka tidak heran jika masih saja ada orang-orang kafir Kristen pemuja
Yesus, yang berupaya untuk membuat sebagian umat Islam ragu dengan ibadah puasa
di bulan Ramadhan dengan berbagai tulisan-tulisannya. Di antara tulisan-tulisan
mereka tersebut, beserta sanggahan saya, dapat anda baca di bawah ini:
1. Berpuasa diwajibkan kepada Muslim
seperti yang terdapat dalam Surah Al-Baqarah: 183, “Wahai orang-orang yang beriman, telah
diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat
yang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa.” Di
sini Muhammad memproyeksikan seolah-olah puasa yang sama juga diwajibkan kepada
umat-umat Yahudi dan Nasrani! Namun kita tahu bahwa puasa Islamik dan Kristiani
justru berbeda seperti bumi terhadap langit! Dengan perkataan lain, Muhammad
itu mendapatkan “wahyu” yang tidak akurat!
Ayat
dari surah Al-Baqarah: 183 memang sering disalahpahami oleh orang-orang kafir
Kristen pemuja Yesus. Kemampuan mereka hanya terbatas copas ayat-ayat
Al-Qur’an, namun tidak memiliki kemampuan untuk mengerti maknanya. Allah dalam
Al-Baqarah: 183 menyatakan “Wahai
orang-orang yang beriman, telah diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana
telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu, semoga kamu menjadi
orang-orang yang bertaqwa.”
Ayat
tersebut di atas bukan dimaksudkan bahwa syariat puasa yang diwajibkan kepada
umat Islam adalah syariat puasa yang sama dengan umat-umat terdahulu. Bukan,
bukan itu maksudnya. Kesamaan yang dimaksud pada ayat di atas adalah kesamaan dalam
hal “diwajibkannya berpuasa”. Umat Islam diwajibkan berpuasa di bulan Ramadhan,
sementara umat terdahulu juga diwajibkan berpuasa di bulan tertentu. Umat Islam
dengan umat terdahulu sama-sama diwajibkan berpuasa dengan syariat (aturan)
puasa yang berbeda. Jika umat Islam diwajibkan berpuasa satu bulan penuh di
bulan Ramadhan, maka umat Nabi Musa ‘Alaihissalam
di wajibkan berpuasa selama satu hari di tanggal sepuluh di bulan ke tujuh,
sebagaimana ayat Bibel sendiri menyatakan “Inilah yang
harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang
ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan
berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel” (Imamat
16:29)
Jadi, tuduhan orang-orang kafir Kristen pemuja Yesus yang
menyebut Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alahi
wasallam menerima wahyu yang tidak akurat adalah jelas merupakan penyesatan
semata.
2. Apa yang disebut puasa dalam Islam
SESUNGGUHNYA (pada hakekatnya) bukan puasa sama sekali, melainkan PEMINDAHAN
JAM MAKAN! Muslim yang berpuasa menggeser jam makan minumnya dari pagi-petang
menjadi petang-subuh! Sedangkan kwalitas dan kwantitas makannya tidak
terpengaruh sama sekali. Malahan kalau mau jujur, kwalitas dan kwantitas
makan-minum di waktu puasa jauh dipertinggi dan diperpuaskan melebihi
waktu-waktu selainnya. Apa yang ditahan, dipuaskan lampias dalam bukaan puasa,
termasuk merokok dll. Itu sebabnya Orang Barat/ non-Muslim sering bertanya
terheran-heran kenapa dalam masa Ramadhan semua penjualan makanan menjadi naik,
termasuk harganya. Bukankah seharusnya turun, karena orang berpuasa berarti
mengurangi segala nafsu duniawinya termasuk nafsu makan-minum?
Kwalitas
dan kwantitas makan di bulan Ramadhan yang di sebut orang-orang kafir Kristen
pemuja Yesus tidak terpengaruh sama sekali. Dapat saya jelaskan bahwa orang-orang
kafir Kristen pemuja Yesus hanya melihat dan tidak pernah merasakan bagaimana
kita umat Islam menjalankan puasa Ramadhan. Mereka orang-orang kafir Kristen
pemuja Yesus tidak pernah berpuasa penuh seperti umat Islam berpuasa. Mereka
hanya mengganti menu makanan yang mereka makan, itulah cara mereka berpuasa. Memang
kalau di lihat, puasa Ramadhan yang diwajibkan kepada umat Islam seolah cuma
menggeser jam makan dari menggeser jam makan minumnya dari pagi-petang menjadi
petang-subuh. Tetapi ingat, kita umat Islam berpuasa di siang hari di saat
kebanyakan kita beraktivitas di luar rumah. Beraktivitas di siang hari dengan
kondisi puasa bukan perkara ringan. Berbeda jika seandainya puasa yang kita
lakukan di malam hari, kita bisa tiduran di rumah sampai waktu berbuka di pagi
harinya. Kwalitas dan kwantitas makanan saya akui memang meningkat di bulan
Ramadhan. Peningkatan kwalitas makanan memang sudah seharusnya dilakukan untuk
menunjang kelancaran berpuasa. Peningkatan kuantitas, paling cuma makanan kecil
sebagai takjil berbuka puasa. Penjualan makanan yang meningkat di bulan
Ramadhan tidak dapat dijadikan bukti bahwa umat Islam mempuas lampiaskan makan
di saat berbuka puasa. Menu untuk berbuka boleh saja bertambah, tetapi
kemampuan perut orang yang berpuasa justru berkurang. Yang biasanya sanggup
makan nasi satu piring penuh, di bulan Ramadhan saat berbuka puasa, baru
sedikit makanan masuk ke perut, rasanya sudah kenyang. Itu yang saya rasakan
saat berbuka puasa dan itulah gambaran makannya orang-orang beriman,
sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda: “Seorang mukmin itu makan dengan satu usus,
sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus”. Walaupun demikian, tidak
menutup kemungkinan ada sebagian umat Islam yang mempuas lampiaskan makan-minum
saat berbuka puasa. Hal tersebut bukanlah cara berbuka puasa yang benar dan tidak
adil jika kesalahan sebagian kecil umat Islam tersebut juga dibebankan kepada
umat Islam keseluruhan.
3. berkemenangan” sehari lepas sehari dalam
berpuasa hingga selesainya bulan Ramadhan. Tanpa usah dirinci, setiap usaha dan
pengorbanan manusia dalam bentuk apapun (dalam hal ini: ingkar makan-minum)
cenderung akan dikaitkan dengan perasaan sukses yang dicapai. Tetapi apakah
sukses semacam ini riil atau semu di hadapan Tuhan yang melihat hati dan bukan
“upacarawi”? Menang atas apa jikalau hanya memuaskan ego yang merasa sudah
berkurban sesaat lalu melampias di saat lainnya?
Kewajiban
berpuasa di bulan Ramadhan adalah ketetapan Allah dan syariat agamanya. Allah telah
menjanjikan ampunan bagi siapa saja yang berpuasa karena iman kepada Allah dan
mengharapkan pahala hanya dari-Nya. Orang yang memperoleh pahala dan ampunan
Allah karena puasanya, bukanlah orang yang berpuasa namun tidak menjaga
ucapannya dari dusta, dari Perkataan lagwu
(sia-sia) dan rofats (kata-kata porno),
sebagaimana hadits-hadits di bawah ini:
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar
dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan
minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu
dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu,
katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan
Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082 mengatakan
bahwa hadits ini shohih)
Jadi,
orang yang menang adalah orang-orang yang berpuasa Ramadhan karena iman kepada
Allah dan mengharapkan pahala hanya dari-Nya, banyak beramal dengan
amalan-amalan saleh, menjaga diri dari berbuat maksiat, menjaga ucapan dari
dusta, perkataan sia-sia dan kata-kata porno. Mereka itulah orang-orang yang
berkemenangan, orang-orang yang keluar dari bulan Ramadhan dengan ampunan dan
rida Tuhannya.
4. Perasaan “ingin dihormati” karena
bertindak mulia dan berkurban ketika puasa. Itu sebabnya mereka bangga
menampilkan dirinya sebagai orang yang berpuasa, malahan pura-pura bertanya
kepada setiap temannya “Puasa, kan?” yang harus diartikan: ”Saya berpuasa,
lho?”. Maka kedai-kedai makan dan resto “dihimbau” (malah ada yang diwajibkan)
untuk ditutup atau setidaknya setengah tertutup. Dalil yang dipakai adalah
“orang yang tak berpuasa harus sensitive dan menghormati”yang berpuasa”. Inilah
tuntutan halus yang salah fatal yang tidak disadari betul oleh Muslim. Sebab
kedai dan resto yang terbuka sebagaimana biasanya itu sama sekali tidak berbuat
salah apapun terhadap siapa pun, ketika mana mereka hanya meneruskan usaha
mereka sehari-hari yang toh harus dianggap amanah bagi kehidupan keluarga
mereka, sambil melayani orang lain. Lebih jauh lagi, orang yang sukses berpuasa
tidaklah bisa dikatakan sukses bilamana semua makanan dan minuman
diprakondisikan jauh dari matanya sehari-hari sehingga tidak available dan
tidak accessible baginya.
Puasa
Ramadhan diwajibkan kepada umat Islam. Meninggalkan puasa Ramadhan tanpa ada
alasan yang dibenarkan oleh syariat agama adalah dosa besar, maksiat kepada
Allah. Orang yang menjual makanan dan minuman di siang hari pada bulan
Ramadhan, sejatinya membantu atau menolong orang yang memiliki kewajiban
berpuasa Ramadhan untuk bermaksiat dengan makan atau minum di bulan Ramadhan.
Tolong menolong dalam perbuatan dosa adalah haram hukumnya. Firman Allah: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al Maa'idah: 2).
Jika seorang mukmin dapat memperoleh pahala puasa karena memberi makan
orang yang sedang berbuka puasa, maka ikut berdosa pula orang yang memberi
makan dan minum seorang Muslim di siang hari. Jadi, alasan pelarangan membuka
kedai-kedai makanan bukanlah karena ingin dihormati atau alasan-alasan lainnya,
melainkan untuk mencegah kemungkaran.
Inti Puasa Kristiani
5. “Semua
Muslim tahu berpuasa cara Islam, tetapi mereka praktis tidak tahu apa itu
“Puasa Injili” yang diperintahkan oleh Isa Al-Masih. Cara yang paling kontras
untuk memperlihatkan perbedaan keduanya adalah dengan merujuk kepada cara puasa
Muhammad dibandingkan dengan puasa Isa Al-Masih. Puasa Muhammad di bulan
Ramadhan dikatakan sebagai “puasa sebulan penuh”, dan berakhir dengan “kemenangan”
melawan godaan nafsu dan setan. Itu hanya istilah. Dalam kenyataannya istilah
“penuh” itu hanyalah “kosong”, karena setiap hari juga beliau makan-minum
dengan menggeser waktu. Dan “kemenangan” yang diperolehnya dari berpuasa tahun
ketahun? Ya, itu jelas tampak di medan peperangan dan akibatnya (seperti
pembunuhan, pemancungan kepala, pembudakan anak dan wanita) terus dan makin
bereskalasi hingga kepada pengusiran dan pemusnahan suku-suku Yahudi. Juga
penambahan jumlah istri dari tahun ke tahun khususnya pengambilan paksa istri
orang (Safiyya binti Huyayy isteri Kinana), serta akibat dari “kemenangan” ini,
beliau diracuni di Khaybar yang berdampak hingga kepada seluruh sisa hidupnya
(HS.Bukhari no.1570).”
Kafir
Kristen pemuja Yesus menyebut kemenangan puasa Nabi Muhammad di bulan Ramadhan
adalah tampak jelas di medan perang dan akibatnya, seperti pembunuhan,
pemancungan kepala, pembudakan anak dan wanita, pengusiran dan pemusnahan
Yahudi. Juga penambahan jumlah istri dan pengambilan istri Kinanah yang bernama
Safiyya.
Yang
mereka ucapkan tersebut di atas adalah tuduhan palsu, fitnah keji terhadap
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam. Semoga Allah menghukum mereka dengan
azab yang pedih, di dunia dan di akhirat kelak.
Tujuan
dari berpuasa Ramadhan adalah agar menjadi insan yang bertakwa, seperti yang
sudah dijelaskan dalam Al-Baqarah: 183. Sedangkan perang dan segala akibatnya
sama sekali tidak ada hubungannya dengan kemenangan berpuasa di bulan Ramadhan.
Yang namanya berperang, pastilah ada yang membunuh dan terbunuh. Korban dari
umat Islam yang terbunuh juga banyak. Jadi medan perang itu bukanlah
tempat dua kelompok orang bertemu
kemudian saling berpelukan, medan perang itu tempat membunuh atau dibunuh.
Rasulullah dan umatnya memerangi kaum Musyrikin Mekkah dan Yahudi karena mereka
menghendaki permusuhan dan perang. Lagi pula, dalam sejarah gereja juga tidak
lepas dari yang namanya perang, seperti perang salib. Penjajahan negara-negara
Eropa ke banyak negara-negara Asia dan Afrika juga tidak lepas dari peran
gereja. Mengenai perbudakan dapat saya katakan bahwa Perbudakan itu sudah ada jauh
sebelum Islam ada. Jika saja Yesus MAU dan MAMPU menghapus perbudakan di
zamannya, sudah barang tentu ketika Islam datang sudah tidak ada lagi
perbudakan. Jadi untuk masalah perbudakan, jangan salahkan Nabi Muhammad atau
Islam yang datang belakangan, salahkan saja Yesus, kenapa dia TIDAK MAU dan
TIDAK MAMPU menghapus perbudakan?!
Pengusiran
dan pemusnahan suku-suku Yahudi terjadi karena mereka melanggar perjanjian dengan
berkhianat dan bersekongkol dengan kaum Musyrikin Mekkah untuk membunuh Nabi
Muhammad. Mengenai seorang istri Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa salam
yang bernama Safiyya binti Huyay. Safiyya binti Huyay tidak di ambil paksa
seperti yang dituduhkan. Saat perang Badar, Safiyya binti Huyay tertawan
sedangkan suaminya mati terbunuh dalam perang. Nabi Muhammad menawari Safiyya
binti Huyay untuk jadi istri dan Safiyya binti Huyay bersedia, kisahnya bisa di
baca di Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. Jadi tidak ada paksaan atau pengambilan
paksa istri orang lain dalam kasus Safiyya binti Huyay. Tapi jika ada kaum
kafir Kristen pemuja Yesus yang sangat ingin tahu orang yang dengan sangat
jelas merebut istri orang lain, silakan baca 2 Samuel 11:2-17. Pada ayat-ayat
tersebut terdapat kisah moyong Yesus yang bernama Daud. Dikisahkan Daud
mengintip Batsyeba yang sedang mandi dan kemudian “menikmatinya” sampai hamil.
Karena takut suami Batsyeba akan tahu istrinya dihamili Daud, Daud mengirim
suami Batsyeba yang bernama Uria ke
medan perang dalam keadaan mabuk agar terbunuh. Seperti yang di rencanakan oleh
Daud, Uria mati dalam perang dan istrinya yang telah dihamilinya menjadi milik
Daud seutuhnya. Nah, itulah yang namanya pengambilan paksa istri orang lain.
Mengenai
racun wanita Yahudi di Khaibar sudah sangat sering di jawab. Di Khaibar
Rasulullah disuguhi daging kambing guling. Rasulullah sempat menggigit daging
tersebut tetapi kemudian memuntahkannya. Sedangkan orang makan bersama
Rasulullah begitu menelan daging kambing guling tersebut, langsung tewas di
tempat. Sedangkan Rasulullah masih hidup bertahun-tahun kemudian. Sirah
Nabawiyah Ibnu Hisyam tidak menyinggung racun Khaibar saat menceritakan
detik-detik meninggalnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam.
6. "Dan apabila kamu berpuasa (bukan
geser jam makan), janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah
air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa (minta pengakuan
dan penghormatan orang lain). Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah
mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan
cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa,
melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang
melihat yang tersembunyi (rendah hati, tidak menuntut) akan membalasnya
kepadamu." (Injil, Rasul Matius 6:16-18).
Apa
yang diucapkan Yesus di atas dimaksudkan untuk mendidik bangsa Israel agar
tulus, ikhlas dan tidak ada yang di maksud dalam ibadah selain Tuhan. Tidak ada
yang berbeda dengan Islam dalam hal ini. Dalam Islam, ibadah harus karena
Allah, bukan karena lain-lainnya, seperti ingin di puji orang (Riya) atau ingin
di dengar orang (sum’ah). Orang yang beramal karena Riya dan Sum’ah, maka
ibadahnya akan tertolak dan menjadi orang yang merugi kelak di akhirat. Amal
ibadah memang tidak boleh ditampakkan atau diperlihatkan kepada orang lain,
namun bukan berarti orang lain harus tidak tahu kita beramal atau beribadah.
Letak niat orang beribadah itu ada di hati, sedangkan hati hanya Allah dan
orang yang bersangkutan yang tahu. Jadi menurut saya, sangat berlebihan apabila
berpuasa kita harus meminyaki kepala dan terus menerus mencuci muka. Niat
ibadah itu di hati, selama dalam hati tidak ada maksud lain dalam beribadah
selain Allah, maka tidak mengapa seribu orang mengetahui kita beribadah.
Apalagi jika ibadah itu adalah puasa. Puasa bukanlah ibadah yang dapat
diketahui orang dari melihat perubahan fisik, karena yang tidak berpuasa sekali
pun, dapat memperlihatkan fisik sebagaimana fisik orang yang berpuasa.
Pilih mana, puasa Islam atau puasa Kristen?
Dalam
artikelnya (baca di sini),
kafir pemuja Yesus rupanya hanya sanggup mengkritik puasa Islam yang mereka
anggap hanya menggeser jam makan, tanpa memberikan solusi puasa yang mereka
anggap lebih baik dari pada puasa Islam. Saya sendiri tidak yakin kalau mereka
lupa. Saya lebih yakin, mereka sengaja tidak memberikan solusi puasa yang lebih
baik karena agama Kristen tidak memiliki konsep puasa yang lebih baik dari pada
puasa Islam. Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa puasa Islam bukanlah
puasa karena hanya menggeser jam makan dan minum. Lalu bagaimanakah cara orang-orang
kafir Kristen pemuja Yesus berpuasa? Ada tiga jenis puasa menurut Bibel. Puasa jenis pertama adalah puasa tidak
makan dan tidak minum selama empat puluh hari empat puluh malam berturut-turut.
Puasa jenis ini pernah dilakukan oleh Nabi Musa dan Yesus. Walaupun jenis puasa
ini sering digembar-gemborkan lebih baik dari puasanya umat Islam, tapi tidak
ada seorang kafir Kristen pemuja Yesus yang mampu melakukannya. Konon katanya
puasa jenis ini butuh kuasa ilahi. Puasa
jenis kedua adalah puasa tidak makan dan tidak minum selama tiga hari. Puasa
ini pernah dilakukan bangsa Israel di masa Ester hidup. Puasa jenis ini masih
tergolong berat, oleh karenanya tak ada satu pun yang mau dan sanggup
melakukannya. Puasa jenis ketiga adalah
puasa dengan cara mengubah menu makanan sehari-hari. Puasa jenis ini pernah
dilakukan oleh Daniel. Dari sekian banyak puasa yang ada Puasa dalam Bibel,
hanya puasa jenis inilah yang biasanya dilakukan oleh orang-orang kafir Kristen
pemuja Yesus, karena puasa jenis ini adalah puasa yang paling gampang, ringan
dan lebih enak dijalankan.
Kesimpulan
Ada dua
macam puasa dalam Islam, puasa wajib dan puasa sunah. Puasa wajib hanya di
bulan Ramadhan sedangkan puasa sunah ada banyak macamnya, seperti puasa sunah di
hari senin dan kamis, puasa sunah enam hari bulan Syawal dll. Baik puasa wajib
atau pun puasa sunah ada dalil wajib atau anjurannya dalam Al-Qur’an dan hadits
sahih. Semua penjelasan mengenai puasa sudah ada penjelasannya, umat Islam tinggal
menjalankannya. Syariat puasa dalam Islam memang tidak sama dengan syariat
puasa umat-umat terdahulu. Jika umat-umat terdahulu menjalankan puasa dengan
cara puasa “ngebleng” satu hari, tiga
hari sampai dengan empat puluh hari, maka umat Islam berpuasa hanya dari terbit
fajar sampai tenggelamnya matahari. Ketahanan fisik manusia sekarang berbeda dengan
manusia di zaman dahulu, itulah sebabnya puasa umat Islam dibatasi hanya dari
terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Puasa seperti yang dilakukan oleh
umat Islam adalah puasa yang paling ideal, puasa yang paling dapat dijalankan oleh manusia di akhir
zaman seperti kita ini.
Sedangkan
cara puasa orang-orang pemuja Yesus. Cara mereka “berpuasa” sebenarnya tidak
dapat di sebut dengan berpuasa. Mereka bukan tidak makan dan minum, mereka tetap
makan, hanya saja mereka membatasi dengan makan satu jenis makanan saja. Misalnya
mereka niat hanya makan nasi saja, makan sayur-sayuran saja, sebanyak dan
sesering yang mereka mau tentu. Yang mereka lakukan lebih tepat di sebut berpantang dari pada di sebut berpuasa.
Lebih lanjut, tidak ada perintah atau anjuran dalam Bibel yang mengharuskan
mereka untuk berpantang, atau aturan-aturan tertulis mengenainya. Mereka cuma “mengais-ngais”
puasanya orang-orang yang ada dalam Bibel. Yang di kais pun, bukan jenis “puasa”
yang berat, tetapi “puasa” yang paling gampang, ringan dan lebih enak
dijalankan.
Dari
penjelasan puasa Islam dan Kristen di atas. Bagi anda yang memiliki akal waras
dan sanggup menggunakannya dengan benar, tentu akan memilih puasanya umat Islam
dari pada cara “puasa” orang kafir Kristen pemuja Yesus.
0 Response to "Pilih Mana: Puasa Islami atau "Puasa" Kristen?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.