Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Sholat, Kiblat, Dan Konsep "Rumah Allah", Membingungkan???

Di bawah ini adalah pertanyaan-pertanyaan umum mengenai Shalat, kiblat dan konsep rumah Allah yang di anggap membingungkan oleh kafir pemuja Yesus:

Kafir pemuja Yesus menulis: “Pada dasarnya agama Islam mengakui Allah itu Esa, Maha Kuasa, Maha Hadir dan Kekal. Ajaran Islam mewajibkan penganutnya sholat lima kali sehari semalam dalam bahasa Arab. Hal ini menggambarkan seolah-olah Allah hanya mengerti bahasa Arab saja. Di sisi lain Islam juga percaya Allah Maha Tahu, bersifat universal, milik semua bangsa, serta tidak terbatas pada satu bahasa. Lalu, mengapa sholat harus mutlak menggunakan bahasa Arab?

Ajaran Islam yang pokok adalah “Tauhid.” Pengakuannya: “Tiada Tuhan selain Allah dan hanya kepada Dialah kita wajib sembah sujud dan meminta pertolongan” (QS.1 Al-Fatihah 5). Apakah kiblat dan konsep “Rumah Allah” sesuai dengan konsep Tauhid?


Jawab: Shalat adalah termasuk ibadah tauqifi (dikerjakan sesuai dengan bentuk yang ditetapkan Allah Swt) dan Sunnah Rasulullah. Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan bagaimana shalat harus dikerjakan, yaitu salah satunya harus menggunakan bahasa arab. Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat itu harus dengan menggunakan bahasa arab. Sebab dahulu Rasulullah SAW mengajarkan demikian kepada orang Arab dan juga kepada orang-orang non Arab. Di masa beliau masih hidup ada Salman Al-Farisy yang berasal dari Persia, namun belum pernah Rasulullah SAW memberikan keringangan kepada beliau untuk shalat dengan menggunakan bahasa Persia. Juga ada Syuhaib Ar-Rumi yang berasal dari Romawi. Namun Rasulullah SAW tidak pernah membolehkannya shalat dengan bahasa Romawi. Juga ada Bilal bin Rabah al-Habsyi yang berasal dari Habasyah, Afrika. Namun Rasulullah SAW tidak pernah membolehkannya shalat dengan bahasa tersebut.

Jadi penggunaan bahasa Arab dalam shalat tidak lebih dari aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya, bukan merupakan indikasi bahwa Allah hanya mengerti bahasa Arab. Ini masalah aturan dalam Shalat, jangan karena beranggapan Allah mengerti semua bahasa kemudian dapat dijadikan alasan memperbolehkan shalat dengan selain bahasa Arab.

Bagaimana pun, ibadah Shalat tidak mungkin disamakan dengan tata cara pemujaan Yesus oleh kafir Kristen. Kafir Kristen pemuja Yesus dapat dengan leluasa membuat berbagai tata cara pemujaan kepada Yesus sesuka hatinya. Tidak demikian dengan ibadah Shalat. Umat Islam harus Shalat dengan cara yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.

Apakah kiblat dan konsep “rumah Allah” sesuai dengan konsep Tauhid? Tentu sesuai dengan konsep Tauhid. Karena Ka’bah atau Baitul Maqdis hanyalah kiblat, bukan objek pemujaan. Di waktu Nabi Muhammad s.a.w. berada di Mekah di tengah-tengah kaum musyirikin beliau berkiblat ke Baitul Maqdis. Tetapi setelah 16 atau 17 bulan Nabi berada di Madinah ditengah-tengah orang Yahudi dan Nasrani beliau disuruh oleh Tuhan untuk mengambil Ka'bah menjadi kiblat, terutama sekali untuk memberi pengertian bahwa dalam ibadat shalat itu bukanlah arah Baitul Maqdis dan Ka'bah itu yang menjadi tujuan, tetapi menghadapkan diri kepada Tuhan.Konsep kiblat juga dapat ditemukan dalam sejarah bangsa Israel, seperti ayat-ayat di bawah ini:

1Raja-Raja 8:44  “Apabila umat-Mu keluar untuk berperang melawan musuhnya, ke arah manapun Engkau menyuruh mereka, dan apabila mereka berdoa kepada TUHAN dengan berkiblat ke kota yang telah Kaupilih dan ke rumah yang telah kudirikan bagi nama-Mu,”

1Raja-Raja 8:48  “apabila mereka berbalik kepada-Mu dengan segenap hatinya dan dengan segenap jiwanya di negeri musuh yang mengangkut mereka tertawan, dan apabila mereka berdoa kepada-Mu dengan berkiblat ke negeri mereka yang telah Kauberikan kepada nenek moyang mereka, ke kota yang telah Kaupilih dan ke rumah yang telah kudirikan bagi nama-Mu,”

2Tawarikh 6:34  “Apabila umat-Mu keluar untuk berperang melawan musuh-musuhnya, ke arah manapun Engkau menyuruh mereka, dan apabila mereka berdoa kepada-Mu dengan berkiblat ke kota yang telah Kaupilih ini dan ke rumah yang telah kudirikan bagi nama-Mu,”

2Tawarikh 6:38  “apabila mereka berbalik kepada-Mu dengan segenap hatinya dan dengan segenap jiwanya di negeri orang-orang yang mengangkut mereka tertawan, dan apabila mereka berdoa kepada-Mu dengan berkiblat ke negeri mereka yang telah Kauberikan kepada nenek moyang mereka, ke kota yang telah Kaupilih dan ke rumah yang telah kudirikan bagi nama-Mu,”

Kafir pemuja Yesus menulis: Arah kiblat ditentukan ketika Muhammad dan rekan-rekannya hijrah ke Medinah. Di situ banyak bangsa Yahudi mempunyai pengaruh besar di bidang pemerintahan, ekonomi dan sosial budaya. Mereka juga sangat fanatik beragama. Setiap hari mereka sembahyang dengan kiblat ke Yerusalem. Karena berada di negeri orang Muhammad menetapkan kiblat sholat ke Yerusalem. Akhirnya dia berhasil mengusir bangsa Yahudi dari Medinah dengan kekuatan pedang. Dengan alasan mendapat wahyu dari Allah, kiblat sholat yang awalnya ke Yerusalem diganti menjadi ke arah Mekkah karena di sana ada ”Baithollah / Rumah Allah.” Baithollah sekarang dikenal sebagai “Kaabah dan Batu Hitamnya.” (QS. Al-Baqarah 142-145; 149-150).

Jawab: Sangat salah apabila dikatakan arah kiblat ke Baitul Maqdis baru ditentukan setelah Nabi Muhammad SAW dan umat Islam hujrah ke Madinah. Karena umat Islam sudah Shalat menghadap Baitul Maqdis ketika masih berada di Mekkah. Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa alasan umat Islam shalat dengan berkiblat ke baitul Maqdis adalah untuk menarik simpati orang-orang Yahudi. Pernyataan tersebut salah dengan bukti pernyataan mereka sendiri yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW berhasil mengusir Yahudi dari Madinah dengan kekuatan pedang. Jika Nabi Muhammad SAW sanggup mengusir Yahudi dari Madinah, mengapa Beliau beserta umatnya harus mencari simpati Yahudi dengan shalat menghadap Baitul Maqdis?

Ketika Allah SWT menetapkan Baitul Maqdis sebagai kiblat shalat, Rasulullah SAW selalu menengadahkan wajahnya ke langit, sangat berharap agar Allah SWT berkenan memindahkan kiblat Shalat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Hal itu tidak mungkin dilakukan Nabi jika tujuan Shalat menghadap Baitul Maqdis untuk mencari simpati orang-orang Yahudi.

Sebagaimana firman Allah yang artinya:

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (Al Baqarah: 144).

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Umat Islam mengakui bahwa Allah itu pada satu titik yang bersamaan ada di mana-mana di setiap sudut, penjuru dimensi dunia dan alam semesta ini. Itu betul! Namun “sepertinya” minimal lima kali dalam sehari semalam Allah hanya berada di Mekkah dalam Kabah. Betulkah Allah pencipta langit dan bumi beserta segala isinya mempunyai rumah atau bait di dunia, khususnya di Mekkah? Mungkinkah Allah berada di Baithollah lima kali sehari pada waktu-waktu khusus yaitu subuh, lohor, asyar, maghrib dan isya?

Jawab: Dapat saya katakan, jika ada seorang Muslim yang mengatakan bahwa Allah SWT ada di mana-mana, dia bukanlah seorang Muslim yang berilmu. Karena Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa Allah SWT bersemayam di atas ‘Arsy, Dia tidaklah berada di alam ini (sebagaimana makhluk-Nya), bahkan Allah terpisah dari makhluk-Nya. Namun Allah tetap mengetahui segala sesuatu, tidak ada sesuatu di bumi dan di langit yang samar dari-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Al A’raf : 54)

“ (Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Thoha: 4-5)

“Kemudian Allah bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.” (QS. Al Furqon: 59)

Masjidil Haram atau Ka’bah memang di sebut Baitullah yang artinya rumah Allah. Tetapi bukan berarti Allah tinggal di dalam Ka’bah. Masjidil Haram atau Ka’bah di sebut rumah Allah karena di dalamnya banyak di sebut nama Allah, tempat untuk shalat shalat dan membaca Al-Qur’an. Umat Islam shalat lima waktu menghadap kiblat Ka’bah bukan karena pada saat itu Allah ada di dalam Ka’bah, umat Islam tidak berpikir sepicik itu. Umat Islam shalat lima waktu dan shalat-shalat sunah lainnya menghadap kiblat (Ka’bah) karena rukun shalat mengharuskan demikian. Allah bersemayam di atas Arsy, bukan tinggal di dalam Ka’bah atau di bagian mana pun di alam ini, seperti penjelasan saya di atas.

Istilah Baitullah, Bait Allah atau rumah Allah juga terdapat di dalam Bibel. Gereja-gereja pun di sebut rumah Tuhan. Jika kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Tuhan umat Islam berada di dalam Ka’bah karena Ka’bah di sebut Baitullah atau rumah Allah. Bukankah kami umat Islam juga dapat berkata bahwa Tuhan kafir Kristen juga tinggal di dalam gereja di setiap hari minggu? 

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Islam dengan tegas melarang pengikutnya menyembah patung dan berhala. Hal itu berarti syirik/menduakan Allah. Ini bertentangan dengan inti syahadad “Lailahailallah.” Yang menjadi pertanyaan, apakah berjuta-juta umat Islam dalam melaksanakan ibadah haji dengan ruku dan sujud menyembah Kabah bukan berarti syirik? Mereka mencium Batu Hitam yang ada di dalamnya. Pada waktu yang sama mereka juga mengucapkan doanya “Allahuma labaik bismillahilahu akbar.” Artinya: “Kami memenuhi panggilanmu ya Allah!” Hal ini dilakukan sebanyak tujuh kali berturut-turut. Kitab Suci dengan jelas melarang tindakan seperti ini.



Jawab: Tuduhan yang selalu di ulang-ulang oleh Kafir Kristen pemuja Yesus adalah tuduhan bahwa umat Islam menyembah Ka’bah atau Hajar Aswat. Ka’bah hanyalah kiblat dan Hajar Aswat hanya sebongkah batu. Tidak ada seorang muslim pun yang menganggap Ka’bah dan Hajar Aswat sebagai Tuhan dan memujanya. Mereka sama sekali tidak mengerti esensi sebuah kiblat dalam agama Islam. Jika hanya karena umat Islam shalat menghadap ke arah Ka’bah dikatakan menyembah Ka’bah, lalu bagaimana dengan Yesus yang sujud berdoa menghadap Bait Allah (Matius 26:39, 1Raja-Raja 8:48). Dan jika umat Islam yang mencium Hajar Aswat dikatakan menyembah batu, lalu apakah yang dilakukan Paus ini dapat dikatakan menyembah patung???


Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Kami yakin pemikir-pemikir Islam mempunyai jawabannya, walaupun itu membingungkan. Kami tahu umat Islam berpegang teguh pada konsep Tauhid. Kami juga memuji mereka yang konsisten melakukan sholat. Jelas jutaan orang Islam ingin hidup berkenan pada Allah. Namun hal-hal yang disebutkan di atas sulit dimengerti oleh umat Kristen karena tidak mendapat dukungan dalam Kitab Suci.

Jawab: Sebetulnya tidak ada yang membingungkan dari jawaban-jawaban umat Islam. Masalah bukan terletak pada jawaban-jawabannya, tapi justru terlatak pada ketidakmauan kafir Kristen pemuja Yesus untuk memahami jawaban. Jika konsep Trinitas yang demikian rumit saja dapat mereka pahami, bagaimana mungkin mereka dapat binggung dengan jawaban-jawaban Muslim. Dalam jawaban di atas juga saya sertakan ayat-ayat Bibel dan contoh dari Paus atau bahkan dari Yesus sendiri. jadi jangan katakan tidak mendapat dukungan dari Bibel lagi.
  
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Alkitab mengajarkan Allah tidak mempunyai rumah di dunia. Langit adalah takhta-Nya dan bumi adalah tumpuan kaki-Nya (Injil, Kisah Para Rasul 7:48-50). Allah dalam satu detik yang bersamaan ada dimana-mana. Dia selalu ada di setiap milimeter di muka bumi dan jagad raya ini. Itulah sebabnya bila berdoa atau bersolat kepada Allah tidak memerlukan kiblat, berdoa dapat ke arah mana saja. Dimana kita berdoa, disitu ada Allah. Selain itu gerakan-gerakan jasmani (ruku, sujud, berdiri dst.) tidak diperlukan. Demikian juga halnya dengan doa yang dilafalkan dengan suara-suara yang berirama. Yang terutama, berdoalah dengan roh dan kebenaran karena Allah itu Roh adanya. (Injil, Rasul Besar Yohanes 4:21-24).

Yang lebih indah lagi Roh Allah ingin bertempat tinggal di dalam diri tiap orang yang menerima Isa Al-Masih sebagai Juru selamat: Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah . . . ? (Injil, Surat I Korintus 6:19) Tubuh kita dapat menjadi “Rumah Roh Allah.”

Jawab: Bibel mengajarkan Tuhan tidak mempunyai rumah di dunia, demikian juga dalam Islam. Al-Qur’an mengajarkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy. Sebutan Baitullah, Bait Allah atau rumah Allah yang ada dalam Al-Qur’an dan Bibel sesungguhnya hanya bermakna kiasan bukan makna sesungguhnya. Saya tidak kaget kalau kafir Kristen mengatakan Tuhan mereka berada di mana-mana. Jangankan cuma berada di mana-mana, Tuhan mereka jadi anjing, babi, atau tai saja bisa kok.

Bangsa Israel berdoa atau beribadah dengan berkiblat menghadap Bait Allah yang ada di Yerusalem sebagaimana terdapat dalam 1Raja-raja 8:44, 1Raja-raja 8:48, 2Tawarikh 6:34 dan 2Tawarikh 6:38. Dan tentu demikian juga Yesus yang menyembah dan berdoa dengan cara bersujud (Matius 26:39). Jika umat kafir Kristen pemuja Yesus tidak berdoa dan menyembah dengan cara yang sama sebagaimana Yesus berdoa dan menyembah, maka dapat dikatakan mereka bukanlah umat Yesus, melainkan umat Paulus karena mereka lebih mengutamakan ajaran-ajaran Paulus dari pada menjalankan ajaran Yesus.


Selesai.

Subscribe to receive free email updates:

3 Responses to "Sholat, Kiblat, Dan Konsep "Rumah Allah", Membingungkan???"

  1. Subhanallahh....jawaban yg sangat jelas dan terperinci...semoga menambah wawasan tentang islam untuk sya...

    BalasHapus
  2. Subhanallah... Semua agama mengajarkan keselamatan dengan cara yg berbeda... Ada yg berdoa dengan cara berteriak kepada Allah.. ada yg berdoda dengan mengunci pintu di dalam kamar dan berdoa dlm hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah...saya tidak tahu kalau ada agama yang berteriak saat berdoa kepada Allah. Yang saya tahu, ada memang agama yang kalau beribadah "memuja tuhan" dengan cara menyanyi sambil joget jingkrak-jingkrak dengan iringan musik ROCK N ROLL. Sedangkan Islam sendiri menganjurkan umatnya untuk tidak berdoa dengan suara yang keras, sebagaimana firman Allah; Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (Al A'raaf: 55). Kalau begitu bagaimana dengan adzan, kenapa dilakukan dengan suara keras? Adzan bukan termasuk doa ya, jadi tidak melanggar Al A'raaf: 55. Mengapa adzan harus dilakukan dengan keras, itu karena tujuan azdan adalah sebagai seruan kepada umat Islam untuk segera mendatangi masjid-masjid guna menunaikan shalat berjamaah.

      Hapus

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.