Kafir Kristen pemuja Yesus
mengatakan Islam tidak meningkatkan martabat wanita. Mereka berkata bahwa
wanita Arab dahulu menikmati banyak kebebasan dan kemandirian. Kebebasan ini
justru kemudian dikekang oleh pemberlakuan hukum-hukum Islam yang ditegakkan
oleh Muhammad. Standar yang digunakan oleh kafir Kristen pemuja Yesus untuk
menyatakan martabat wanita meningkat atau tidak bukan bersandar pada ayat-ayat
Bible, melainkan bersandar pada kehidupan wanita Barat pada saat ini. Islam dapat
dikatakan meningkatkan derajat wanita, apabila kondisi wanita dalam Islam pada saat itu, selaras dengan
kondisi wanita barat pada saat ini, yaitu laki-laki dan wanita harus sejajar,
wanita harus bebas mandiri tidak di bawah laki-laki, bebas dalam bergaul dengan
laki-laki, bebas dalam berpakaian walaupun itu setengah telanjang. Jika standar
ini yang mereka pakai, kafir Kristen pemuja Yesus seharusnya tidak perlu
jauh-jauh menilai Islam meningkatkan martabat wanita atau tidak. Untuk apa
mereka mengatakan Islam tidak meningkatkan martabat wanita, kalau agama mereka
sendiri tidak pernah meningkatkan martabat wanita. Kafir Kristen menuntut agar
wanita diperlakukan sama dengan laki-laki, padahal Paulus sendiri tidak
mengizinkan wanita untuk mengajar dan memerintah laki-laki. Wanita harus diam saja
di rumah. Perlakuan buruk agama Kristen terhadap kaum wanita tercermin dari
banyaknya pernyataan tokoh-tokoh gereja yang sangat menyudutkan kaum wanita.
Anda dapat membaca pernyataan-pernyataan mereka di bawah ini:
"Aku ingin supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristri
memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
Orang yang beristri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia
dapat menyenangkan istrinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi.
Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka
pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang
bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat
menyenangkan suaminya." (I
Korintus 7:32-34)
Inilah sebagian teks yang
dijadikan dalil bahwa pernikahan adalah najis dan harus dijauhi. Penyebabnya,
mereka beranggapan bahwa wanita adalah najis secara kodrati, penyebab disalib
dan dibunuhnya anak Tuhan, dan penyebab semua bentuk kesusahan umat manusia.
Karena wanitalah umat manusia diusir dari surga. Anggapan ini telah membuat
para pemimpin gereja menyiksa wanita dengan pedih, dan mencelanya dengan
kata-kata yang sangat keji, sehingga kondisi sosial kaum wanita benar-benar
hancur dan mereka menderita pelbagai bentuk penindasan sepanjang berabad-abad
yang lalu.
Ketertipuan oleh Iblis tidak dibebankan
kepada Adam dan Hawa secara sekaligus, tapi hanya kepada Hawa. Paulus
mengatakan:
"Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan
kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu
dengan kelicikannya. (II Korintus
11:3)
Lagi pula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang
tergoda dan jatuh ke dalam dosa. (I
Timotius 2:14)
Oleh karenanya Paulus melarang
perempuan untuk mengajar atau memerintah laki-laki
Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya
memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. (1Timotius 2:12)
Ajaran ini melekat pada pikiran
banyak tokoh gereja. Seorang Uskup dari Prancis pada abad ke-12 menulis, "Semua wanita, tanpa kecuali, adalah penggoda. Seperti
Hawa, mereka adalah penyebab semua kejahatan di dunia."
Father Gregory de Markus mengatakan, "Aku mencari kesucian di kalangan mereka, tapi tidak kutemukan sama sekali.
Tapi, kita dapat menemukan 1 dari 1000 laki-laki yang memiliki kesucian diri dan
rasa malu." Dia juga mengatakan, "Kekejaman
dan kebuasan adalah watak binatang yang bercakar dan bertaring. Kemarahan yang
disertai hasrat membunuh adalah watak ular. Tapi wanita, selain memiliki kedua
watak tersebut, juga memiliki watak pendendam dan pendengki."
St Turtullian berkhotbah di
hadapan jemaat wanita, "Tahukah kalian bahwa
masing-masing orang di antara kalian sama persis dengan Hawa. Sampai sekarang,
kutukan Allah masih berlangsung, tapi hanya untuk jenis kalian, sehingga
kejahatan dan kedengkian pasti selalu ada di dalam diri kalian. Kalian, wahai
kaum wanita, adalah gerbang setan. Kalianlah yang memetik buah terlarang.
Kalianlah yang melanggar hukum Tuhan. Kalianlah yang menggoda Adam. Ini kalian
lakukan sebelum Iblis menggoda kalian. Kalianlah yang menghilangkan surga Allah
dengan sangat mudah dan watak umat manusia. Pedihnya kematian adalah akibat
perbuatan buruk kalian. Bahkan, kematian Anak Allah juga disebabkan oleh
perbuatan kalian yang sangat keji."
Para gerejawan berpendapat,
"Suara wanita seperti desis ular. Mereka
seperti kalajengking yang selalu siap menyengat." Menurut mereka, 'Wanita adalah gerbang setan dan jalan penyiksaan
seperti sengatan kalajengking. Anak perempuan adalah kebohongan, prajurit dari
neraka, musuh perdamaian, dan binatang buas”. Menurut mereka, "Wanita membawa tanduk-tanduk jin dan setan. Setan
merasuki jiwa-jiwa manusia melalui tanduk-tanduk tersebut."
St. John Chrysostom, "Wanita
adalah kejahatan yang niscaya dan mesti ada, bencana yang dicari-cari, sihir
yang sangat ampuh, dan penyakit yang dikemas dalam perhiasan dan keindahan."
St. Clement of Alexandria mengatakan, "Akal adalah amanah bagi kaum lelaki, sehingga dia tidak terjatuh ke dalam
kesalahan dan aib. Tapi, memikirkan karakter wanita sungguh memalukan dan
merendahkan."
Wester Mark di dalam bukunya, him. 663, mengatakan, "Seorang pendeta besar pernah menyatakan di dalam
sebuah pertemuan Freemasonry bahwa wanita tidak memiliki kaitan dan hubungan
apa pun dengan spesies manusia.”
Thomas Aquinas mengatakan, "Wanita
lebih hina daripada budak. Sebab, sifat budak pada diri seorang budak tidak
alami, sedangkan wanita secara kodrati adalah budak bagi ayah, anak laki-laki,
dan suaminya."
Paus Innocent VIII, menyatakan bahwa "spesies manusia dan wanita nampak seperti dua hal yang sangat kontradiktif."
Filosof Nietzsche mengatakan, "Jika
seorang wanita telah tinggi derajatnya, dia menjadi layaknya sapi. Hati wanita
adalah lumbung kejahatan, misteri yang sulit dipecahkan. Laki-laki seyogyanya
tidak lupa membawa cemeti jika hendak menemui wanita."
Odo Al-Kani pada abad ke-12 mengatakan, "Memeluk wanita tak ubahnya memeluk sekarung sampah."
St. Turtullian mengatakan, "Wanita
adalah gerbang setan menuju jiwa manusia, penantang hukum Allah, dan perusak
laki-laki”. Karena itu, Aristobulus
berkata, "Laki-laki adalah pola atau
kriteria. Wanita adalah laki-laki yang tidak sempurna”. Seorang pendeta
Benediktin, Bernard de Moriks,
mengatakan tanpa ragu-ragu di dalam puisinya, "Di muka bumi, tiada wanita yang baik."
Pada abad ke-5 M, Konsili Bacon
berkumpul dan membahas, "Apakah wanita itu
tubuh semata-mata, atau tubuh yang memiliki roh dan mungkin memperoleh
keselamatan atau kebinasaan di akhirat." Konsili itu menetapkan bahwa
dari neraka Jahannam. Seluruh anak Hawa menyandang cacat ini, kecuali Maryam
'Alaihassalam.
Konsili lain menetapkan, wanita
adalah binatang dan najis yang harus dijauhi, tidak memiliki roh dan tidak
abadi, tidak perlu diajarkan prinsip-prinsip agama karena ibadahnya takkan
diterima, dan tidak akan masuk ke dalam surga dan Kerajaan Tuhan. Tapi, dia
wajib mengabdi dan beribadah, mulutnya harus dibungkam seperti unta atau anjing
agar tidak tertawa dan tidak berbicara, karena dia adalah tali-tali perangkap
setan."
Demikianlah pernyataan para tokoh
gereja tentang wanita. Pernyataan-pernyataan keji seperti itu tidak akan anda
temukan keluar dari mulut ulama-ulama umat Islam. Jika Anda menemukan perlakuan
baik tokoh-tokoh gereja terhadap wanita di zaman sekarang, itu semua hanya
usaha agar agama mereka dapat di terima oleh masyarakat di zaman sekarang.
Ayat Al-Quran yang Merendahkan Wanita
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Bagaimana Al-Quran menilai
wanita? Kita dapat merenungkan apakah benar ayat-ayat ini datang dari Allah
sendiri: Qs 4:32 dan 38:44 mengizinkan pemukulan istri; Qs 2:228 dan 24:31 yang
meletakkan wanita dibawah pria. Qs 5:6 yang menganggap wanita itu najis dalam
kaitan salatnya pria; Qs 4:24 dan 33:52 yang melecehi budak wanita.
Jawaban Saya: Wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka
di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu,
maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah
Maha Tinggi lagi Maha Besar. (An Nisaa':
34)
Pada ayat di atas, Allah
mengizinkan seorang suami untuk memukul istrinya jika meninggalkan kewajibannya
sebagai seorang istri. Tetapi pukulan tersebut adalah pukulan ringan yang tidak
berbekas dan tidak menyakitkan, itu pun sebagai pilihan terakhir setelah dengan
cara nasihat dan pisah ranjang tidak membuahkan hasil. Dalam hadits shahih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian memukul isterinya, seperti ia memukul seorang budak, namun saat hari memasuki waktu senja ia pun menggaulinya." ( Shahih Bukhari: 4805)
Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri tidak pernah memukul istri-istri Beliau:
Telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dia berkata; telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah berkata; "Saya tidak pernah melihat sama sekali Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam memukul pembantunya dan tidak pula isterinya. Dan, beliau tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya sama sekali kecuali ketika beliau berjihad di jalan Allah. (Musnad Ahmad: 24734)
Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri tidak pernah memukul istri-istri Beliau:
Telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dia berkata; telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah berkata; "Saya tidak pernah melihat sama sekali Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam memukul pembantunya dan tidak pula isterinya. Dan, beliau tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya sama sekali kecuali ketika beliau berjihad di jalan Allah. (Musnad Ahmad: 24734)
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. (An Nisaa': 34)
Itu bukan sebuah derajat lebih
tinggi dalam kemanusiaan atau dalam karakter. Juga bukan dominasi yang satu
atas yang lain atau penindasan yang satu atas yang lain. Itu adalah pembagian
kelimpahan anugerah Allah menurut kebutuhan alam yang Allah ciptakan.
Kepemimpinan pria atas wanita dalam Islam, seharusnya tidak perlu mendapat
celaan jika kafir Kristen pemuja Yesus benar-benar memperhatikan ayat ini, Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal
ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan
ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah. (1Korintus 11:3).
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Al Maa'idah: 6)
Ayat di atas menjelaskan perihal ketentuan
wudhu dan tayamum sebelum seorang Muslim mengerjakan shalat. Di dalam ayat
tersebut juga disebutkan salah satu yang menjadi sebab wajibnya wudhu bagi
seorang yang akan mengerjakan shalat, yaitu menyentuh
perempuan. Inilah yang dipersoalkan oleh kafir Kristen pemuja Yesus. Mereka
berpikir, “jika karena menyentuh perempuan laki-laki harus berwudhu, itu
berarti perempuan di anggap najis donk sama Islam”, padahal sama sekali tidak
demikian. Bersuci dari hadats dan bersuci dari najis itu dibedakan dalam Islam.
Untuk suci dari hadats, seorang Muslim harus mandi, wudhu atau tayamum.
Sedangkan agar suci dari najis, bagian yang terkena najis harus di basuh atau
dipercikkan air tergantung kadar najisnya. Pada ayat di atas, seorang Muslim
yang menyentuh perempuan harus wudhu, ini artinya menyentuh perempuan menjadi sebab berhadastnya
laki-laki, bukan menjadi sebab najisnya
laki-laki. Karena jika perempuan memang di anggap najis oleh Islam, harusnya
laki-laki yang menyentuh perempuan diperintah untuk membasuh tangannya, bukan
berwudhu. Jadi, tuduhan kafir Kristen pemuja Yesus yang menganggap wanita di
anggap najis dalam Islam adalah tuduhan keliru, yang bermula dari ketidaktahuan
dan kebodohan mereka terhadap syariat Islam.
Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak
boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun
kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang
kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu (Al Ahzab: 52).
Pada ayat di atas dinyatakan Nabi
Muhammad tidak dibolehkan kawin sesudah mempunyai isteri-isteri sebanyak yang
telah ada itu dan tidak pula dibolehkan mengganti isteri-isterinya yang telah
ada itu dengan menikahi perempuan lain, terkecuali hamba sahaya perempuan yang
di miliki. Jika kafir Kristen pemuja Yesus menganggap menggauli hamba sahaya
perempuan adalah pelecehan, coba tanyakan kepada Tuhan Israel, kenapa Dia
membolehkan melecehkan wanita dengan mengharuskan laki-laki untuk menggauli
budaknya perempuan?
Apabila ada seorang menjual anaknya yang perempuan sebagai budak, maka perempuan itu tidak boleh keluar
seperti cara budak-budak lelaki keluar. Jika perempuan itu tidak disukai tuannya,
yang telah menyediakannya bagi dirinya sendiri, maka haruslah tuannya itu
mengizinkan ia ditebus; tuannya itu tidak berhak untuk menjualnya kepada bangsa
asing, karena ia memungkiri janjinya kepada perempuan itu. Jika tuannya itu
menyediakannya bagi anaknya laki-laki, maka haruslah tuannya itu
memperlakukannya seperti anak-anak perempuan berhak diperlakukan. Jika tuannya itu mengambil perempuan lain, ia tidak
boleh mengurangi makanan perempuan itu, pakaiannya dan persetubuhan dengan dia.
Jika tuannya itu tidak melakukan ketiga hal itu kepadanya, maka perempuan itu
harus diizinkan keluar, dengan tidak membayar uang tebusan apa-apa." (Keluaran 21:7-11).
Hadis-hadis Juga Merendahkan Wanita
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Terdapat juga hadis yang
merendahkan martabat wanita. Hadist Bukhari 6/301 meriwayatkan alasan mengapa
wanita lebih banyak di neraka, yaitu karena kurang otak dan agamanya. Hadist
ini menegaskan wanita sebagai penghuni mayoritas neraka. HSB 62:81 meriwayatkan
hal terpenting yang dibawa wanita ke dalam pernikahan adalah apa yang ada di
antara kedua kakinya! HSB 62:58 menjelaskan betapa wanita-wanita yang
disodorkan kepadanya, apabila dia (Muhammad) tidak berkenan maka dihadiahkan
kepada pria lainnya! Hadis Muslim 4:1039 meriwayatkan Aisha berkata kepada
Muhammad, “Engkau telah menyamakan kami dengan anjing dan keledai.” Jadi,
benarkah Muhammad membawa pembaharuan martabat wanita ketimbang jaman Jahiliah?
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa alasan
mengapa wanita lebih banyak di neraka adalah karena kurang otak (akal) dan
agama. Tuduhan kafir Kristen tersebut tidak benar. Yang membuat wanita banyak
masuk neraka bukan karena kurang akal dan agamanya, tetapi karena banyak
melaknat dan banyak menghina pemberian suami. Saya akan kutip hadits yang di
maksud, perhatikan kalimat yang bergaris bawah:
Telah menceritakan kepada kami
Sa'id bin Abu Maryam berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far
berkata, telah mengabarkan kepadaku Zaid -yaitu Ibnu Aslam- dari 'Iyadl bin
'Abdullah dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pada hari raya 'Iedul Adlha atau Fitri keluar menuju tempat
shalat, beliau melewati para wanita seraya bersabda: "Wahai para wanita! Hendaklah kalian bersedekahlah, sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah
yang paling banyak menghuni neraka." Kami bertanya, "Apa sebabnya wahai Rasulullah?" beliau
menjawab: "Kalian banyak melaknat dan banyak
mengingkari pemberian suami. Dan aku tidak pernah melihat dari tulang
laki-laki yang akalnya lebih cepat hilang dan lemah agamanya selain
kalian." Kami bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apa tanda dari
kurangnya akal dan lemahnya agama?" Beliau menjawab: "Bukankah
persaksian seorang wanita setengah dari persaksian laki-laki?" Kami jawab,
"Benar." Beliau berkata lagi: "Itulah kekurangan akalnya. Dan
bukankah seorang wanita bila dia sedang haid dia tidak shalat dan puasa?"
Kami jawab, "Benar." Beliau berkata: "Itulah kekurangan agamanya."
(Shahih
Bukhari: 293).
Kafir Kristen pemuja Yesus
menuduh Nabi Muhammad merendahkan martabat wanita, karena beliau pernah
menghadiahkan wanita untuk orang lain. Wanita yang di maksud dalam hadits
tersebut adalah wanita hamba sahaya atau budak, dan bukan wanita merdeka.
Perlakukan terhadap wanita merdeka dan wanita hamba sahaya atau budak memang
berbeda. Wanita hamba sahaya atau budak dapat dijual, dihadiahkan atau
dibebaskan sekehendak tuannya. Berlaku tidak hanya hamba sahaya atau budak
wanita saja, hamba sahaya atau budak laki-laki juga diperlakukan sama.
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ma'mar berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim dari
Jarir bin Hazim berkata, aku mendengar Al Hasan berkata, telah menceritakan
kepada kami 'Amru bin Taghlib, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah
diberi hadiah berupa harta atau tawanan wanita, beliau lalu
membagi-bagikannya. Ada orang yang diberi dan ada yang tidak. Kemudian sampai
berita kepada beliau bahwa orang-orang yang tidak diberi, mereka mencela
(beliau). (Shahih Bukhari: 871).
Jika memperlakukan budak wanita
seperti itu di anggap oleh kafir Kristen pemuja Yesus sebagai perbuatan yang merendahkan
martabat wanita, kenapa mereka tidak mempermasalahkan perbuatan Tuhan Israel
yang membolehkan perbudakan?
Tetapi budakmu laki-laki atau perempuan yang boleh kaumiliki adalah
dari antara bangsa-bangsa yang di sekelilingmu; hanya
dari antara merekalah kamu boleh membeli budak laki-laki dan perempuan.
(Imamat 25:44).
Kafir Kristen pemuja Yesus juga
mengatakan ‘Aisyah pernah berkata kepada Nabi Muhammad, “Engkau telah
menyamakan kami dengan anjing dan keledai”. Tidak benar jika ‘Aisyah pernah
berkata demikian kepada Nabi Muhammad. Kalimat itu dikatakan ‘Aisyah kepada seseorang (bukan Nabi Muhammad) yang mengatakan
kepada dirinya bahwa lewatnya anjing, keledai dan perempuan dapat memutuskan
shalat. Perhatikan hadits di bawah ini:
Telah menceritakan kepada kami
'Umar bin Hafsh bin 'Iyats berkata, telah menceritakan kepada kami Bapakku ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Al A'masy berkata, telah menceritakan
kepada kami Ibrahim dari Al Aswad dari 'Aisyah. (dalam jalur lain disebutkan)
Al A'masy berkata, telah menceritakan kepadaku Muslim dari Masruq dari 'Aisyah,
bahwa telah disebutkan kepadanya tentang sesuatu
yang dapat memutuskan shalat; anjing, keledai dan wanita. Maka ia pun
berkata, "Kalian telah menyamakan kami dengan keledai dan anjing! Demi
Allah, aku pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat sedangkan
aku berbaring di atas tikar antara beliau dan arah kiblatnya. Sehingga ketika
aku ada suatu keperluan dan aku tidak ingin duduk hingga menyebabkan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam terganggu, maka aku pun pergi diam-diam dari dekat
kedua kaki beliau." (Shahih Bukhari: 484).
Sedangkan untuk tuduhan kafir
Kristen pemuja Yesus yang menyebutkan bahwa terdapat hadits yang menyatakan “hal
terpenting yang dibawa wanita ke dalam pernikahan adalah apa yang ada di antara
kedua kakinya”. Hadits yang di maksud sudah saya coba untuk mencari, tetapi
tidak dapat saya temukan. Hal itu dapat terjadi karena mereka sama sekali tidak
mengutip isi hadits yang di maksud. Nomor hadits tidak banyak membantu karena
perbedaan penomoran dalam kitab hadits. Tetapi saya yakin, tuduhan itu hanya
kesimpulan keliru kafir Kristen pemuja Yesus yang tidak mampu dalam memahami
hadits Nabi, sebagaimana ketidakmampuan mereka dalam memahami hadits-hadits di
atas.
Reformasi Isa Al-Masih Tentang Wanita
Kafir Kristen pemuja Yesus: Para pengikut Isa Al-Masih percaya akan
model pembaharuan yang diserukan-Nya. Keteladanan-Nya senyawa dengan apa yang
diperkatakan-Nya. Ia memberi perhatian dan waktu khusus untuk mengajari Maria
(bukan ibu-Nya), “Maria duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan
perkataan-Nya.” Kepada Marta, saudara Maria, Ia mengajar sekaligus menegur:
”Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya
satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan
diambil dari padanya” (Injil, Rasul Lukas 10:38-42). Penghormatan Yesus juga
didemonstrasikan kepada seorang wanita berdosa Ia datang kepada-Nya untuk
mendapatkan belas kasih-Nya. Dan Dia mendapatkannya dengan cuma-cuma (Injil,
Rasul Lukas 7:36-39).
Jawaban Saya: Apa yang dilakukan oleh Yesus terhadap murid
wanitanya, bukan sesuatu yang pantas di sebut sebagai reformasi. Murid-murid
Yesus yang laki-laki dapat memperoleh pengajaran tanpa harus duduk di bawah
kaki Yesus. Murid-murid Yesus dapat duduk sejajar dengan gurunya saat mereka
memperoleh pengajaran. Tetapi ketika Maria ingin memperoleh pengajaran, dia
tidak duduk sejajar dengan gurunya seperti murid-murid laki-laki. Maria harus
duduk di bawah kaki Yesus agar dapat memperoleh pengajaran, persis seperti
anjing yang ingin memperoleh rempah roti dari meja makan tuannya. Reformasi itu
kalau misalnya Maria ditempatkan oleh Yesus duduk sejajar dengan murid-muridnya
yang laki-laki, tetapi hal ini tidak pernah terjadi. Penghormatan Yesus kepada
wanita berdosa bukan sesuatu yang istimewa sampai harus di sebut sebagai reformasi.
Nilai Kesaksian Wanita
Kafir Kristen pemuja Yesus: Setelah kebangkitan-Nya, Yesus justru
menyatakan diri terlebih dulu kepada murid-murid wanita-Nya. Mereka orang
pertama di antara semua murid-Nya yang menjadi saksi atas kebangkitan-Nya
(Injil, Rasul Besar Matius 28:8-10). Artinya, nilai kesaksian wanita diangkat
dan dihargai Yesus sama dengan pria. Kemartabatan mereka sama dengan kaum pria,
tidak menjadi separuh kesaksian pria. Inilah bukti bahwa Yesus menempatkan
pria-wanita adalah satu. “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang
Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan,
karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Injil, Surat Galatia
3:28).
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Yesus
menyatakan diri terlebih dahulu kepada murid-murid wanitanya. Tetapi kalau
menurut saya itu hanya faktor kebetulan saja. Mereka yang bertemu pertama kali
dengan Yesus adalah murid-muridnya wanita, ya itu karena mereka orang pertama
yang mengunjungi makam Yesus. Setelah murid-murid wanita bertemu dengan
gurunya, apa yang terjadi? Murid-murid wanita Yesus ini sujud menyembah
gurunya, padahal murid-murid Yesus yang laki-laki tidak pernah sujud menyembah
saat bertemu dengan Yesus. Kenapa ada perlakuan berbeda antara murid-murid
laki-laki dan murid-murid wanita?!
Pria dan Wanita Mendapat Hak Sama Tentang Keselamatan
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Yesus tidak hanya mereformasi
hak-hak wanita secara jasmani. Dalam hal keselamatan, Yesus juga memberi
kesempatan yang sama kepada pria dan wanita. Yesus rindu, melalui jaminan keselamatan
yang dibawa-Nya, sorga Allah akan ditempati oleh pria dan wanita. Suatu hari
Yesus berkata kepada seorang wanita Samaria. Suku yang tidak bersahabat dengan
bani Israel, “Tetapi barang siapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia
tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan
kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar
sampai kepada hidup yang kekal" (Injil, Rasul Besar Yohanes 4:14). Melalui
keselamatan yang dibawa-Nya, Yesus telah mematahkan penghalang rasial dan
kultural. Kepada wanita Samaria tersebut, Dia menunjukkan identitas-Nya yang
sesungguhnya sebagai Mesias. Juga Dia telah memberikan satu hidup kekal kepada
wanita tersebut.
Jawaban Saya: Di dalam Islam, keselamatan bukan semata-mata milik
laki-laki, tetapi juga milik seorang wanita, perhatikan ayat ini:
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun
wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan
mereka tidak dianiaya walau sedikit pun. (An Nisaa': 124).
Kesimpulan: Kafir Kristen pemuja Yesus yang mengatakan Nabi
Muhammad tidak dapat mengangkat derajat wanita, ternyata tidak mampu
membuktikan kepada kita bahwa Yesus dapat melakukannya. Yesus hanya mampu melakukan
hal-hal sederhana terhadap wanita, bukan sesuatu yang istimewa sampai harus di sebut
sebagai reformasi. Jikalau bukan karena Islam, anak-anak wanita Arab sampai sekarang
akan dikubur hidup-hidup. Jikalau bukan karena Islam, anak laki-laki masih
dapat mewarisi ibunya ketika ayahnya meninggal. Jikalau bukan karena Islam,
wanita tidak akan memperoleh warisan sebagaimana wanita dalam Bible (Bilangan
27: 8-11). Jikalau bukan karena Islam, poligami dapat dilakukan tanpa batas
jumlah istri. Jikalau bukan karena Islam, wanita tidak akan dapat belajar atau
mengajar. Itulah reformasi Islam terhadap kaum wanita.
0 Response to "Derajat Wanita Bagaimanakah Diangkat Muhammad?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.