Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Jihad Islam atau Kasih Isa Al-Masih?

Kafir Kristen Pemuja Yesus menulis: JIHAD adalah kata yang selalu kita dengar bila terjadi bom di tempat-tempat umum dan memakan begitu banyak korban tak bersalah. Bila ada teroris tertangkap mereka selalu mengatas-namakan JIHAD atas semua kerusuhan yang telah mereka timbulkan. Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim sering menjadi sasaran para teroris yang mengatas-namakan jihad. Jihad dalam bahasa Indonesia berarti “Berusaha Keras” atau “Berjuang”. Dalam konteks Islam Jihad berarti "Berjuang menegakkan syariat Islamiah". JIHAD juga sering diartikan sebagai "Perang Suci". Ayat QS 2:216; QS 8:39; QS 9:29 adalah sebagian dari ayat-ayat dalam Al-Quran yang menyerukan perang. Para pembela kaum Islam mengartikan bahwa tujuan dari ayat ini adalah tindakan yang harus dilakukan sampai musuh-musuh mereka memeluk agama Islam, dan akhirnya “agama Allah (Islam) menjadi penguasa tunggal!”.

Jihad Diartikan Dari Segi Agresif

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Dapat diartikan bahwa ini adalah pernyataan perang yang sangat agresif. Sifatnya menyerang, karena orang yang sedang menyerang tidak mungkin dikejar, orang yang melarikan dirilah yang dikejar. Namun tentu saja, orang-orang Muslim biasa yang mempunyai akal sehat dan yang tinggi nilai kemanusiaannya, akan mengabaikan saja ayat-ayat semacam ini. Lagi banyak orang Islam juga mengartikan jihad sebagai “jihad dengan pena” dan “jihad melalui argumentasi” dan menolak jihad dengan pedang.


Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus semau-maunya sendiri mengartikan perang. Mereka mengatakan bahwa perang itu sifatnya menyerang, orang yang menyerang tidak mungkin dikejar, orang yang melarikan dirilah yang dikejar. Dari tulisan itu, mereka ingin menimbulkan kesan bahwa perang yang dilakukan umat Islam terjadi sebagai bentuk penindasan terhadap mereka yang lemah. Kafir Kristen pemuja Yesus menggambarkan umat Islam yang berjihad membela agama sebagai orang-orang yang kuat, bersenjata lengkap, mengejar untuk membunuh musuh. Sedangkan musuh umat Islam digambarkan sebagai orang-orang yang lemah, tidak bersenjata, cinta damai, tidak memiliki keinginan membunuh. Kafir Kristen pemuja Yesus menggambarkan musuh umat Islam hanya dapat berlari menyelamatkan diri dari pembunuhan yang akan dilakukan oleh umat Islam. Kesan yang ingin ditimbulkan oleh tulisan kafir Kristen pemuja Yesus tersebut tentu saja tidak benar. Karena jika kita melihat sejarah jihadnya Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, anda tidak akan pernah menemukan kesan yang seperti itu.

Orang-orang Musyrik Mekkah bukanlah orang-orang lemah yang tidak pandai dalam berperang. Mereka memiliki persenjataan lengkap, baju-baju jirah dan juga kuda-kuda perang. Itulah sebabnya, perang yang terjadi antara umat Islam dan kaum Musyrik Mekkah, selalu menimbulkan korban jiwa dari kedua belah pihak. Jika dalam perang umat Islam berada di pihak yang mengejar, sedangkan kaum Musyrik Mekkah di pihak yang di kejar, tentu saja korban jiwa hanya ada di pihak kaum Musyrik Mekkah. Bukti lainnya adalah tempat terjadinya peperangan. Umat Islam berperang melawan kaum Musyrik Mekkah di padang pasir Arab dan di bukit-bukit, bukan di perkampungan mereka. Artinya kaum Musyrik Mekkah memang telah siap dalam berbagai keperluan berperang seperti perbekalan, persenjataan dan strategi perang dalam menghadapi umat Islam.    

Isa Al-Masih melarang Perang?

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Lalu bagaimana pandangan Injil tentang “Perang Suci” ini? Ketika Isa Al-Masih akhirnya ditangkap, Petrus salah seorang murid-Nya, mencabut pedangnya guna mempertahankan Tuhannya dari tangan para serdadu Romawi yang menangkap-Nya, akan tetapi Isa MENGHARDIK Petrus. “Kata Yesus [Isa Al-Masih] kepadanya, "Masukkan kembali pedangmu ke dalam sarungnya, sebab semua orang yang menggunakan pedangnya akan mati oleh pedang” (Injil, Rasul Matius 26:52).

Jawaban Saya: Yesus memerintahkan Petrus untuk menyarungkan pedangnya, karena Yesus dan murid-muridnya kalah dalam jumlah dan persenjataan. Apalagi mereka pada saat itu berada di bawah kuasa dan hukum kekaisaran Romawi. Jika Petrus menggunakan pedangnya untuk membunuh, maka dia akan di tuntut sebagai pembunuh oleh pengadilan Romawi. Dengan kata lain, Yesus memerintahkan Petrus untuk menyarungkan pedangnya adalah karena situasi dan kondisi yang sangat tidak memungkinkan untuk berjihad. Masa dakwah Yesus dan murid-muridnya ini sama dengan masa dakwah Nabi Muhammad SAW ketika periode Mekkah. Tidak ada perintah perang saat Nabi Muhammad SAW berdakwah di Mekkah, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan pada saat itu. Pada saat itu sebagian orang beriman meminta izin kepada Nabi Muhammad SAW untuk memerangi kaum Musyrik Mekkah dengan maksud menghentikan perbuatan kejam mereka terhadap orang beriman. Namun Nabi Muhammad SAW tidak mengizinkannya. Sampai Nabi Muhammad dan umat Islam hijrah ke Madinah dan membangun Daulah Islam, barulah perintah berjihad Allah SWT turunkan.

Kasih Adalah Cara Allah!

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Isa Al-Masih tidak mengajarkan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan Dia mengajarkan supaya umat-Nya saling mengasihi, bahkan kepada musuh sekalipun. “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; minta berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu”. (Injil, Rasul Lukas 6:27)

Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Yesus tidak mengajarkan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan Dia mengajarkan supaya umat-Nya saling mengasihi, bahkan kepada musuh sekalipun. Ya itu benar, tetapi apa alasannya? Yesus dan murid-muridnya itu hidup dalam kuasa dan hukum kekaisaran Romawi. Yang berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang berbuat jahat pada saat itu hanya penguasa Romawi. Jika seseorang berbuat jahat kepada murid-murid Yesus dan kemudian murid-murid Yesus membalasnya, itu akan menjadi alasan bagi penguasa Romawi untuk menghukum murid-murid Yesus karena sudah melanggar hukum dengan main hakim sendiri. Bukan hanya Yesus yang memahami situasi dan kondisi yang demikian, imam dan tua-tua Yahudi juga memahaminya. Itu sebab imam dan tua-tua Yahudi tidak langsung membunuh Yesus ketika mereka berhasil menangkapnya. Mereka menyerahkan Yesus terlebih dahulu untuk di adili oleh wali negeri. Di banyak kesempatan, imam dan tua-tua Yahudi berusaha menjebak Yesus agar dia melanggar hukum yang berlaku dan dapat dijatuhi hukuman. Jadi alasan Yesus mengajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan dan mengasihi musuh adalah untuk menghindarkan murid-muridnya dari hukum kekaisaran Romawi.


Ajaran kasih sampai hari ini masih sering kita dengar dari mulut orang-orang Kristen. Menjadi salah satu “nilai jual” Kristen yang tidak pernah laku terjual. Diajarkan dan diseminarkan, tapi tidak ada penerapan dalam kehidupan. Kasih menjadi slogan agama Kristen, tetapi slogan ini tidak menghentikan mereka untuk terlibat dalam peperangan dan pembunuhan. Pesawat-pesawat tempur super canggih, senjata-senjata modern dan bom-bom pemusnah massal tidak dapat dilepaskan dari negara-negara adidaya yang Kristen. Mereka yang banyak meneriakkan kata-kata kasih dan perdamaian, mereka jua yang lebih banyak terlibat dalam peperangan dan pembunuhan. Manusia tidak butuh agama Kristen untuk mengerti kasih, karena sesungguhnya, Tuhan telah mengaruniakan kasih dan sayang dalam hati setiap manusia. Ajaran kasih hanya digunakan oleh kaum Misionaris untuk memurtadkan Muslim dari agamanya. Setelah itu, anda dapat temukan ajaran tersebut di tempat pembuangan sampah.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jihad Islam atau Kasih Isa Al-Masih?"

Posting Komentar

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.