Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Sejak kecil Mustafa rajin
sholat dan berpuasa setiap Ramadan. Ia juga menaati orang tuanya. Ketika usia
16 tahun, ia mulai tertarik pada wanita, dan sewaktu-waktu timbul pikiran
jelek. Ia tidak ingin berdosa, jadi ingin menghilangkan pikiran jelek. Namun ia
sulit mengendalikan hawa nafsunya. Akibatnya dia mulai depresi. Pada pubertas,
tatkala hormon testosteron muncul, pria mulai berperang dengan nafsu seks.
Bagaimana Mustafa dapat mengatasinya?
Jawaban Saya: Yesus dalam Bible Perjanjian Baru memang mengajarkan
niat berbuat dosa sudah dinilai sebagaimana telah melakukan dosa, sebagaimana
ayat ini: Tetapi Aku berkata kepadamu:
Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah
dengan dia di dalam hatinya. (Matius
5:28). Tetapi tidak demikian dengan Islam. Dalam Islam, seseorang yang
berniat melakukan dosa tidak di anggap berdosa kecuali dia telah melakukannya.
Dalilnya ada pada sabda Rasulullah SAW: ...barang
siapa yang berniat melakukan kejahatan kemudian tidak jadi ia amalkan, Allah
menulis satu kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat
kejahatan dan jadi ia lakukan, Allah menulisnya sebagai satu kejahatan saja."
(Shahih
Bukhari: 6010). Oleh karena yang dijadikan contoh adalah seorang
Muslim, maka seharusnya tidak menggunakan dalil dari Bible Perjanjian Baru,
melainkan harus berdasarkan hadits shahih di atas.
Solusi Agama Islam, Pria Jangan Melihat Wanita
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Salah satu usaha melindungi
pria dari nafsu seks ialah memisahkan pria dari wanita. Jadi putra dan putri
mengikuti sekolah tersendiri. Malahan di Arab Saudi ada hari-hari tertentu
untuk kaum wanita shopping ke mall. Sedangkan para pria pada hari lainnya. Yang
lebih ekstrim lagi ialah sistem purdah. Yaitu wanita hanya boleh keluar rumah
pada hari pernikahannya dan hari kematiannya. Strategi lain, memaksa wanita
memakai jilbab atau pakaian lebih lengkap seperti abaya atau burqa. Maksudnya,
jika pria tidak dapat melihat muka wanita, ia dapat mengontrol hawa nafsunya.
Jawaban Saya: Tujuan dari larangan Ikhtilath (campur baur antara pria
dan wanita yang bukan mahram) dalam Islam adalah untuk mencegah munculnya sebab
terjadinya perzinaan. Ulama juga sepakat bahwa dalam perkara yang bukan wajib
tidak dibolehkan bagi wanita melakukan safar (perjalanan) kecuali disertai oleh
suami atau mahram yang lain, terkecuali wanita kafir yang telah masuk Islam di
negeri musuh atau tawanan wanita yang telah berhasil meloloskan diri dari
tangan-tangan orang kafir, mau tidak mau ia harus keluar dari lingkup mereka
dengan tanpa mahram, walaupun ia seorang diri bila tidak merasa takut. Islam
juga mewajibkan wanita Muslim untuk menutup auratnya. Aturan-aturan tersebut
bukan bertujuan untuk mengontrol hawa nafsu, melainkan bertujuan untuk
memelihara kesucian umat Islam, baik laki-laki maupun wanita dari perbuatan
dosa.
Sedangkan untuk dapat mengontrol
hawa nafsu (syahwat), Rasulullah SAW menganjurkan para pemuda untuk segera
menikah atau berpuasa kalau dia belum mampu untuk menikah. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW: "Wahai para pemuda,
siapa di antara kalian yang telah memperoleh kemampuan menghidupi
kerumahtanggaan, kawinlah. Karena sesungguhnya, pernikahan itu lebih mampu
menahan pandangan mata dan menjaga kemaluan. Dan, barang siapa belum mampu
melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu akan meredakan gejolak
hasrat seksual." (Shahih Muslim: 2486).
Maka pada hadits tersebut
Rasulullah memerintahkan bagi orang yang telah kuat syahwatnya akan tetapi
belum mampu untuk menikah maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa dapat
menjadi pemutus syahwat ini, karena puasa menahan kuatnya anggota badan hingga
badan bisa terkontrol menenangkan seluruh anggota badan serta seluruh kekuatan
(yang jelek) bisa di tahan hingga dapat melakukan ketaatan dan di belenggu
dengan kendali puasa.
Dua Solusi Lain - Nikah Mut’ah dan Pornografi
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Strategi lain ialah “Nikah
Mut’ah” atau “Nikah Misyar,” yaitu nikah sementara. Sebagian pakar Islam mensahkan pernikahan
ini, supaya kaum pria memuaskan gairah seksnya tanpa berdosa. Namun pakar Islam
lainnya menilai cara ini sebagai prostitusi. Ada yang berpikir, kalau melihat
pornografi tidak berdosa dan nafsu seks dipuaskan. Soalnya hanya gambar saja.
Bagaimana kata Isa Al-Masih? “. . .
barang siapa memandang perempuan serta menginginkannya, maka ia telah berbuat
zina dengan perempuan itu di dalam hatinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:28).
Lagi menonton pornografi tidak mengurangi nafsu seks. Tahukah Anda bahwa enam
dari sepuluh negara pengakses pornografi tertinggi di dunia, adalah negara
Islam? Yaitu Pakistan, Mesir, Indonesia, Arab Saudi, Turki, dan Iran. Dalam
satu penyelidikan di Arab Saudi, 70% ponsel-ponsel pemuda berisi file porno.
Apa Akibatnya? 88% remaja puteri di sana pernah diganggu pria Arab Saudi. Jadi
semua strategi agama untuk mengurangi nafsu seks pria, gagal!
Jawaban Saya: Nikah Mut’ah adalah seseorang menikah dengan seorang
wanita dalam batas waktu tertentu, dengan sesuatu pemberian kepadanya, berupa
harta, makanan, pakaian atau yang lainnya. Jika masanya telah selesai, maka
dengan sendirinya mereka berpisah tanpa kata thalak dan tanpa warisan. Nikah
mut’ah telah diharamkan oleh Rasulullah SAW, tidak ada seorang pun dari ulama
Islam yang menghalalkannya. Yang menghalalkan pernikahan mut’ah hanya para
penganut agama Syiah. Mengenai larangan nikah mut’ah Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya
saya pernah mengizinkan kepada kalian nikah mut'ah terhadap wanita, dan
sesungguhnya (mulai saat ini) Allah telah mengharamkannya sampai Hari Kiamat,
oleh karena itu barang siapa yang masih memiliki (wanita yang dimut'ah), maka
ceraikanlah dia dan jangan kamu ambil kembali apa yang telah kamu berikan padanya."
(Shahih
Muslim: 2502).
Pornografi jelas dilarang dalam
Islam karena hal tersebut masuk dalam kategori zina mata. Dalam hadits shahih
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya
Allah Allah `Azza Wa Jalla telah menetapkan pada setiap anak cucu Adam
bagiannya dari perbuatan zina yang pasti terjadi dan tidak mungkin dihindari.
Maka zinanya mata adalah melihat, zinanya lisan adalah ucapan, sedangkan nafsu
berkeinginan dan berangan-angan, dan kemaluanlah sebagai pembenar atau
tidaknya." (Shahih Muslim: 4801). Seorang
Muslim yang melihat video atau gambar porno, berarti dia telah melanggar
larangan agama dan berdosa karenanya, bukan karena Islam membolehkan
pornografi. Pengakses pornografi tertinggi di dunia adalah negara-negara Islam?
Mungkin, tetapi produsen dan distributor pornografi di dunia sudah pasti
berasal dari negara-negara Barat yang mayoritas Kristen.
Islam telah melarang ikhtilaf
laki-laki dan wanita, Islam juga telah melarang wanita bepergian tanpa disertai
suami atau mahram, Islam juga memerintahkan wanita untuk menutup aurat dan juga
memerintahkan laki-laki untuk menundukkan pandangan. Kalau harus ada yang di
sebut gagal, itu bukan Islamnya, tetapi yang gagal itu adalah sebagian umat
Islam. Selagi ajaran-ajaran Islam tersebut di pegang teguh oleh pemimpin dan
rakyatnya, pelecehan seksual akan dapat cegah, walaupun mustahil sampai dengan
seratus persen. Kalau negara Islam seperti Saudi Arabia yang menjalankan dengan
ketat hukum-hukum Islam masih saja ada kasus pelecehan seksual, lalu bagaimana
dengan negara-negara Barat Kristen yang tidak menerapkan hukum Islam? Bukan
cuma pelecehan seksual, perkosaan di Amerika Serikat yang mayoritas Kristen
dapat terjadi 24 kali dalam semenit. Itu baru kasus perkosaan, belum lagi
perzinaan yang terjadi karena suka sama suka, tentu jauh lebih tinggi
jumlahnya.
Nasihat Isa Al-Masih untuk Mengatasi Semua Hawa Nafsu
Kafir pemuja Yesus menulis: Isa Al-Masih memberi hukum pertama dan
utama. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Injil, Rasul Besar Matius 25:37). Jika
seseorang berfokus pada mengasihi Allah, ia akan mengatasi masalah syahwatnya.
Banyak pria sulit mengasihi Allah karena merasa Allah jauh dari mereka. Isa
menolong kita melihat Allah sebagai bapa yang baik. Jadi umat-Nya boleh
memanggil dirinya anak-anak-Nya. Mereka boleh berdoa kepada “Allah Bapanya.”
Pria harus menjadi “anak Allah.”
Ia harus mengalami hubungan intim dengan Allah sebagai Bapanya. Allah betul
akan menjadi tujuan hidupnya. Baru pria dapat mengatasi hawa nafsunya. Kiranya
Anda mempelajari bagaimana Allah dapat menjadi Bapak Anda. Ini langkah pertama
dalam kemenangan atas hawa nafsu seks.
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa untuk
dapat mengurangi nafsu seksnya, pria harus menjadi “anak Allah”. Pria harus
mengalami hubungan intim dengan Allah sebagai Bapanya. Apakah strategi Kristen
ini berhasil? Sama sekali tidak. Bagaimana dikatakan berhasil kalau surat kabar
Italia La Republica yang terbit di Vatikan pada hari rabu, 21-3 -2001
mengabarkan tentang banyaknya kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan biarawati
yang dilakukan oleh pastur dan uskup di gereja Katolik, lalu mereka memaksa
para biarawati itu agar menggugurkan kandungannya untuk mencegah terbongkarnya
skandal. Dan sekitar 3000 pendeta lainnya menghadapi tuduhan pelecehan seksual
terhadap anak-anak di bawah umur. Kafir Kristen pemuja Yesus yang menuduh agama
Islam telah gagal mengurangi nafsu seks pria, ternyata agamanya sendiri tidak
dapat membuat “anak-anak Allah” mengendalikan nafsu seksualnya.
0 Response to "Strategi Islam Dan Kristen Mengendalikan Hawa Nafsu Pria"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.