Menjelang berakhirnya Ramadhan,
seluruh umat Muslim di dunia mulai bersiap untuk merayakan Idul Fitri. Idul
Fitri dimaknai sebagai hari kemenangan atau “kembali fitrah.” Sebelum hari itu
tiba, penting mengetahui bagaimana agar dapat selalu tinggal dalam fitrah-Nya.
Makna dari Fitrah
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Menurut Hadits Tirmidzi No.
693, makna Idul Fitri adalah “hari raya berbuka puasa.” Artinya, tidak berpuasa
lagi setelah selama sebulan berpuasa. Dari Abi Hurairah (berkata): Bahwasanya
Nabi telah berkata, “Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul)
Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka.”
Sedangkan kata “fitrah” berasal
dari kata “fathara” yang artinya kembali kepada keadaan normal, baik kehidupan
jasmani maupun rohani. Atau kembali pada
keadaan mula-mula, yang semula/asal atau “yang asli.”
Jawaban Saya: Memang hampir seluruh lapisan masyarakat mengartikan
Idul Fitri sebagai kembali suci, ini pemahaman yang tidak tepat. Idul fitri
berasal dari dua kata; id dan al-fitri.
Id secara bahasa berasal dari kata aada – ya’uudu, yang artinya kembali. Hari
raya disebut ‘id karena hari raya terjadi secara berulang-ulang, dimeriahkan
setiap tahun, pada waktu yang sama. Ibnul A’rabi mengatakan; Hari raya
dinamakan id karena berulang setiap tahun dengan kegembiraan yang baru. (Lisan
Al-Arab, 3/315).
Sedangkan fitri berasal dari kata
afthara – yufthiru, yang artinya berbuka atau tidak lagi berpuasa. Disebut idul
fitri, karena hari raya ini dimeriahkan bersamaan dengan keadaan kaum muslimin
yang tidak lagi berpuasa ramadhan. Fitri dan fitrah adalah dua kata yang
berbeda. Beda arti dan penggunaannya. Namun masyarakat menganggap kedua kata
tersebut sama karena pengucapannya yang hampir sama.
Dosa Membuat Manusia Keluar dari Fitrah
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Menurut Kitab Suci Allah,
Taurat, pada mulanya Allah menciptakan manusia suci adanya. Karenanya, manusia
dapat tinggal bersama-sama dengan Allah di Taman Firdaus. Namun kehidupan yang
sempurna di Firdaus rusak ketika manusia melanggar perintah Allah. Akibatnya,
Allah mengusir mereka dari taman itu. Sejak saat itu, manusia sudah keluar dari
fitrahnya. Yaitu kehidupan yang semula Allah ciptakan untuk mereka. Inilah
bukti awal bahwa dosa sudah memasuki kehidupan manusia. “Tetapi yang merupakan
pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia
menyembunyikan diri terhadap kamu, ialah segala dosamu” (Kitab Nabi Yesaya
59:2).
Jawaban Saya: Adam dan Hawa diciptakan Allah dengan memiliki
kecenderungan atau potensi untuk dapat berbuat dosa. Itulah sebabnya, walaupun
mereka berdua hidup di dalam surga, mereka dapat berbuat dosa. Kecenderungan
dan potensi yang Allah berikan kepada Adam dan Hawa inilah yang kemudian
diwariskan kepada anak cucunya sampai kita sekarang ini. Jadi bukan karena Adam
berdosa lalu kita sekarang juga ikutan dapat berbuat dosa. Kita dapat berbuat
dosa adalah karena kecenderungan atau potensi yang diberikan Allah kepada kita
melalui Adam dan Hawa. Adam dan Hawa memang telah berdosa karena memakan buah
dari pohon yang Allah larang untuk mendekatinya, tetapi dosa keduanya tidak
menjalar sampai ke anak cucunya. Perbuatan dosa yang Adam dan Hawa lakukan
hanya menimpa diri mereka sendiri. Mereka telah bertaubat, memohon ampun kepada
Allah dan Allah menerima taubat mereka dan mengampuni keduanya. Oleh karena
itulah, dalam Islam tidak dikenal adanya dosa asal atau dosa waris.
Keduanya (Adam dan Hawa)
berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi. (Al A'raaf: 23)
“Kemudian Tuhannya memilihnya,
maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk”. (Thaahaa:
122)
Turunnya Adam dan Hawa dari Surga bukan disebabkan karena mereka melanggar larangan Allah SWT untuk menjauhi pohon terlarang. Adam dan Hawa diturunkan ke dunia untuk menjadi khalifah (penguasa di bumi) sebagaimana tujuan Allah SWT menciptakannya. Jadi melanggar larangan Allah SWT atau tidak, Adam dan Hawa pasti akan diturunkan juga ke dunia. Firman Allah SWT mengenai penciptaan Adam adalah sebagai berikut;
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui." (Al Baqarah: 30)
Tidak berbeda dengan kisah Adam dan
Hawa dalam Bible Perjanjian Lama. Adam dan Hawa diciptakan Allah bukan untuk
menjadi penghuni surga. Adam dan Hawa diciptakan Allah dengan tujuan agar untuk
beranak cucu, berkuasa dan menaklukkan makhluk Allah lainnya. Keterangan tersebut
dapat anda baca pada ayat-ayat berikut;
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi." (Kejadian 1:26)
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah
itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di
udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28)
Jadi, bukan karena berdosa Adam
dan Hawa diturunkan dari surga. Adam dan Hawa memang diciptakan Allah agar dapat
berkuasa terhadap makhluk Allah yang ada di bumi. Oleh karena Adam dan Hawa
diturunkan bukan karena berdosa, maka segala dogma yang berkaitan dengan
turunnya Adam dan Hawa patut dipertanyakan kebenarannya. Seperti adanya dosa
asal dan penebusan dosa ala Kristen.
Rahmat Allah Satu-satunya Cara Menjadi Fitrah
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Manusia melakukan berbagai cara
agar dapat kembali kepada kehidupan yang semula/asal. Yaitu kehidupan yang suci
dan berkenan di hadapan Allah. Misalnya lewat berpuasa, beramal, serta berusaha
melakukan semua ritual agama dengan benar. Sayangnya Nabi Islam dalam salah
satu haditsnya berkata, “Tidak seorang pun dari kalian yang dimasukkan ke surga
karena amalnya, dan tidak juga diselamatkan dari neraka karenanya. Tidak juga
aku (Muhammad), kecuali karena rahmat dari Allah” (Shahih Muslim, nomor 5042).
Benar! Hanya dengan rahmat Allah
saja seseorang dapat menjadi fitrah. Tentang hal itu Kitab Suci Allah sudah
menegaskan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan
hasil usahamu, tetapi pemberian [rahmat] Allah” (Injil, Surat Efesus 2:8).
Silakan mengemail kami bila Anda tidak setuju!
Jawaban Saya: Dalam hadits memang disebutkan bahwa seorang Muslim bahkan termasuk Nabi Muhammad saw sendiri tidak akan diselamatkan oleh sebab amalnya. Seorang Muslim atau Nabi Muhammad saw sendiri diselamatkan dengan rahmat Allah swt. Jikalau Nabi Muhammad saw sudah pasti selamat karena Allah swt telah melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau, bagaimana dengan umatnya? Umat Islam dapat memperoleh keselamatan dengan cara banyak beramal, karena amal inilah yang menjadi sebab turunnya rahmat Allah swt kepada seorang Muslim. Itulah sebabnya Nabi Muhammad SAW tetap memerintahkan umatnya agar tetap beramal. Perhatikan hadits shahih di bawah ini;
Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Salah seorang dari kalian tidak akan dapat diselamatkan oleh amalnya, " maka para sahabat bertanya; 'Tidak juga dengan engkau wahai Rasulullah? ' Beliau menjawab: 'Tidak juga saya, hanya saja Allah telah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku. Maka beramallah kalian sesuai sunnah dan berlakulah dengan imbang, berangkatlah di pagi hari dan berangkatlah di sore hari, dan (lakukanlah) sedikit waktu (untuk shalat) di malam hari, niat dan niat maka kalian akan sampai." (Shahih Bukhari 5982).
Bagaimana Dapat Kembali Fitrah?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Hanya ada satu cara agar bisa
menjadi fitrah. Yaitu menerima rahmat Allah. Rahmat-Nya terdapat dalam diri Isa
Al-Masih! Tentang hal itu Al-Quran berkata, " . . . Kami menjadikannya
[Isa Al-Masih] . . . rahmat dari Kami” (Qs 19:21). Mengapa Isa Al-Masih adalah
Rahmat yang dapat membuat Anda menjadi fitrah? Karena Isa dapat membersihkan
dosa-dosa Anda, sebagaimana kesaksian Nabi Yahya Pembaptis, "Lihatlah Anak
domba Allah [kata kiasan untuk Isa Al-Masih] yang menghapus dosa dunia” (Injil,
Rasul Besar Yohanes 1:29).
Jawaban Saya: Kita dapat berbuat dosa adalah karena kecenderungan
atau potensi yang diberikan Allah kepada kita melalui Adam dan Hawa. Untuk
menghapus dosa yang telah terlanjur dilakukan, seorang Muslim tidak perlu
melakukan penyucian dosa dengan cara mengkorbankan darah binatang, apalagi
sampai harus mengkorbankan darah Tuhan sebagai korban penebus dosa. Seorang
Muslim yang berdosa harus bertaubat, mengakui kesalahannya dan memohon ampunan
Allah atas dosa yang dilakukannya. Jika dosa tersebut ada hubungannya dengan
sesama manusia, selain memohon ampunan Allah juga harus meminta maaf kepada
orang di sakiti. Selain dari pada itu, Allah juga berkenan menghapus dosa
seorang Muslim dengan lantaran ia beramal saleh baik itu yang wajib atau pun
yang sunah.
Jibril berkata:
"Demikianlah." Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiKu;
dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai
rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan." (Maryam: 21). Allah SWT menyebut kelahiran Nabi Isa AS
sebagai rahmat karena Nabi Isa AS akan dijadikan seorang Nabi yang menyeru
bangsa Israel untuk menyembah hanya kepada Allah SWT semata. Jika kelahiran
Nabi Isa AS dijadikan Allah SWT sebagai rahmat bagi bangsa Israel, lebih dari
itu Nabi Muhammad SAW dijadikan oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh
semesta alam, Dan tiadalah Kami mengutus
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al Anbiyaa': 107)
Kafir Kristen pemuja Yesus
menganggap Yesus mati tersalib untuk membayar dan menebus dosa mereka. Padahal
Yesus yang mereka anggap sebagai korban tebusan dosa, bukanlah korban tebusan
yang sempurna. Oleh karena Yesus
bukan korban tebusan yang sempurna, maka dosa mereka akan tetap ada. Dengan
menjadikan Yesus sebagai korban penebus tidak akan membuat anda menjadi fitrah,
tetapi justru akan memasukkan anda ke dalam neraka Jahanam. Allah SWT telah
memastikan kekafiran orang-orang yang menyembah Yesus (Al-Maa’idah: 17, 72,73)
dan memastikan mereka semua kekal di neraka (Al Bayyinah: 6).
0 Response to "Makna Kembali Fitrah Dalam Islam Dan Kristen"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.