Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Muhammad Mengartikan Allah Yang Esa

Masalah ke-Esa-an Allah adalah topik menarik untuk dibicarakan. Baik orang Islam maupun Kristen percaya menyembah pada Allah yang Esa. Apakah sebenarnya arti kata “Esa” itu sendiri? Mengapa Islam dan Kristen mempunyai pandangan yang sama tentang sifat Allah yang satu ini? Apakah Al-Quran dan Injil mempunyai pengertian yang sama akan Esa?

Esa Hanya Milik Allah

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Kata Esa dalam bahasa Arab disebut juga Ahad atau Ahadun. Dalam pengalaman kami berinteraksi dengan umat Muslim, mereka sangat yakin kata Esa hanya milik Allah SWT sebab Allah mutlak satu dan tunggal. Atas dasar inilah, para ahli umat Muslim masa lalu mengembangkan rukun Islam mengenai Allah yang Esa.  Konsep ini disebut “Tauhid” dalam bahasa Arab.

Jawaban Saya: Ahad dalam bahasa Indonesia berarti esa, dapat juga berarti satu, tunggal atau kata lainnya yang semakna. Tidak ada kata esa dalam bahasa Arab. Esa dalam bahasa Indonesia memang secara khusus diberikan kepada Tuhan. Tetapi tidak dengan kata “ahad” atau “ahadun” yang penggunaannya tidak khusus hanya untuk kepada Allah SWT, tetapi umum kepada siapa dan apa pun. Hal ini perlu mendapat penjelasan, karena setelah ini kafir Kristen pemuja Yesus akan penyamakan penggunaan kata “esa” dalam bahasa Indonesia dengan “ahad” dalam bahasa Arab.

Allah Yang “Ahadun”

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Al-Quran hanya menjelaskan satu kali bahwa Allah itu esa atau Ahadun. “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa” (Qs 112:1). Dan lima kali menjelaskan Allah yang esa atau ahadun itu, tidak ada yang menyerupai-Nya (diantaranya Qs 89:25). Berdasarkan pengertian yang demikian, umat Muslim percaya setelah penciptaan dunia, Allah hanya berada di sorga.  Ia tidak boleh melakukan kegiatan apapun di dunia. Semua kehendak dan rencana-Nya, harus dan hanya dijalankan oleh malaikat-malaikat-Nya untuk berinteraksi dengan manusia.

Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Al-Qur’an menjelaskan Allah SWT itu esa hanya dalam satu ayat (Al-Ikhlash: 1). Padahal ada banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menyatakan Allah SWT adalah Tuhan Yang Esa, di antaranya; Fushshilat: 6, Al- Mu'min: 16,  Az-Zumar: 4, Shaad: 65, Ash Shaaffaat: 4 dan masih banyak ayat-ayat lainnya. Mereka juga mengatakan Al-Qur’an hanya lima kali menjelaskan Allah SWT tidak memiliki sekutu. Padahal setelah saya hitung, ada lebih dari 40 ayat Al-Qur’an yang menyatakan Allah SWT tidak memiliki sekutu.

Kafir Kristen pemuja Yesus juga mengatakan bahwa umat Islam percaya setelah penciptaan dunia, Allah hanya berada di surga dan tidak melakukan kegiatan apa pun. Pernyataan tersebut tidak benar. Umat Islam tidak pernah meyakini Allah SWT tidak melakukan kegiatan apa pun setelah menciptakan dunia. Karena Al-Qur’an dengan sangat jelas menyatakan Allah SWT terus-menerus dalam kesibukan. Sebagaimana firman Allah SWT;

Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. (Ar-Rahman: 29)

Bahkan Allah SWT juga turun ke langit bumi di sepertiga malam untuk mengabulkan doa-doa hamba. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih berikut;

Telah menceritakan kepada kami Ismail telah menceritakan kepadaku Malik dari Ibn Syihab dari Abu Abdullah Al Aghar dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb kita Tabaraka wa Ta'ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam, lantas Ia berkata, 'Siapa yang berdoa kepada-Ku maka aku beri, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku ampuni?." (Shahih Bukhari: 6940)

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur telah mengabarkan kepada kami Abul Mughirah telah menceritakan kepada kami Al Auza'i telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika pertengahan malam atau sepertiga malam telah berlalu, Allah Tabaraka wa Ta'ala turun ke langit dunia dan berfirman, 'Adakah orang yang meminta hingga diberi, adakah orang yang berdo'a hingga dikabulkan, dan adakah orang yang memohon ampun hingga dosanya diampuni.' Demikian itu terjadi hingga waktu Shubuh datang." (Shahih Muslim: 1263)

Jadi tidak ada seorang Muslim yang meyakini Allah SWT tidak melakukan kegiatan apa pun setelah menciptakan dunia. Keyakinan Tuhan tidak melakukan apa pun setelah menciptakan dunia, justru dimiliki oleh kafir Kristen pemuja Yesus sendiri. Karena menurut kitab yang mereka percayai, Tuhan berhenti setelah di hari ketujuh menciptakan langit dan bumi. Perhatikan ayat berikut;

Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. (Kejadian 2:2-3)

Bahkan di ayat lainnya sangat jelas disebutkan Tuhan beristirahat setelah tujuh hari menciptakan langit dan bumi. Rupanya Tuhan menurut agama Kristen dapat kecapaian sampai butuh istirahat dan sampai sekarang masih leyeh-leyeh tidak ngapa-ngapain. Perhatikan ayat berikut;

Antara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat." (Keluaran 31:17)

Siapapun, . . . Adalah “Ahadun”

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Sayangnya, dalam menjelaskan ahadun Al-Quran memberi dua pandangan yang berbeda. Siapa pun juga dapat disebut ahadun. Tidak seorangpun juga disebut ahadun (menyerupai Allah).  “Katakanlah: "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun (ahadun) yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya" (Qs 72:22). Namun di ayat lain dikatakan seseorang dapat disebut “ahadun”. “…Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang (adahun) seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujahmu di sisi Tuhanmu"…" (Qs 3:73)

Jawaban Saya: Seperti penjelasan saya di awal. Kata “ahad” atau “ahadun” yang terdapat dalam Al-Qur’an, penggunaannya memang tidak khusus hanya kepada Allah SWT seperti kata “esa” dalam bahasa Indonesia. Penggunaan kata “ahad” atau “ahadun” bersifat umum untuk siapa dan apa pun. Apakah ini tidak bertentangan dengan banyaknya ayat Al-Qur’an yang menyatakan Allah SWT tidak serupa dengan makhluknya? Sama sekali tidak! Menyerupakan Allah SWT dengan makhluk itu dalam sifat-sifat-Nya. Misalnya jika dikatakan; Allah SWT memiliki wajah yang sama dengan wajah yang dimiliki manusia, Allah memiliki tangan yang sama dengan tangan yang dimiliki manusia atau pengelihatan Allah SWT sama dengan pengelihatan manusia, dan lain-lain. Itulah yang namanya menyerupakan Allah SWT dengan makhluk-Nya. Sedangkan yang dipermasalahkan oleh kafir Kristen pemuja Yesus itu, hanya terbatas dalam penggunaan kata dalam Al-Qur’an (ahadun) yang sama antara Allah SWT dan lainnya.

Ahad atau Ahadun

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Bila demikian, maka kata Esa atau Ahad atau Ahadun bukan milik Allah semata. Tetapi dapat menjadi milik siapapun. Sehingga kata Esa tidak berarti mutlak “satu” tetapi bagian dari “kesatuan.”

Jadi, inilah pertanyaan yang perlu direnungkan: Manakah yang benar: Allah itu Tunggal atau Allah itu Esa? Karena tidak pernah ada keputusan dalam sejarah umat Muslim maupun Kristen yang mengatakan Allah itu Tunggal. Juga tidak ada isi doa mengatakan: “kepada Allah yang Tunggal”. Dan karena Allah bukan hanya memiliki Roh, tetapi juga memiliki bagian diri-Nya yang lain. Diri-Nya yang lain berarti Allah juga punya perasaan, sehingga Ia dapat mengasihi. Allah juga punya pikiran, sehingga Ia bisa mengadili dengan seadil-adilnya.

Jawaban Saya: Dalam penggunaan bahasa, kata ahad atau ahadun memang bukan khusus untuk Allah SWT semata. Tetapi dalam arti bahasa, kata ahad atau ahadun artinya mutlak satu, bukan kesatuan. Itu sebabnya selain menyatakan Allah SWT adalah esa atau satu, Al-Qur’an juga menyatakan Allah SWT tidak memiliki sekutu. Seandainya yang dimaksud Allah SWT ahad itu adalah kesatuan bukan satu, maka mustahil Al-Qur’an juga menyatakan Allah SWT tidak memiliki sekutu. Jika Allah SWT memiliki sekutu, maka Dia akan menjelaskan sekutu-sekutu-Nya tersebut dengan jelas dan tegas. Tetapi tidak satu pun ayat Al-Qur’an yang menyebutkan sekutu-sekutu Allah SWT. Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menyatakan Allah SWT itu tidak memiliki sekutu dan ancaman bagi siapa saja yang menyekutukannya, di antaranya;

Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Al-‘An’am: 163)

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (An-Nisaa’: 36)

Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka." (Ibrahim: 30)

dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka." (Az-Zumar: 8)

Al-Qur’an dalam banyak ayatnya menyatakan Allah SWT adalah Tuhan yang esa, satu atau tunggal. Sepanjang sejarah umat Islam di dunia ini, tidak ditemukan seorang pun ulama yang berbeda pendapat dalam hal itu. Karena begitu jelasnya keesaan Allah SWT dalam Al-Qur’an, tidak dibutuhkan lagi penegasan dalam setiap doa. Keputusan umat Islam macam apa lagi yang minta kafir Kristen pemuja Yesus?

Allah yang “Echad” dalam Alkitab

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Dua ribu tahun sebelum agama Islam muncul, Kitab Taurat Musa telah mendeklarasikan bahwa Allah itu Esa (Ibrani: echad) (Taurat, Kitab Ulangan 6:4). Adapun arti kata echad adalah “satu” yang merupakan “kesatuan” yang tidak terpisahkan. Pengertian ini tidak berbeda dengan pengertian dari kata ahad atau ahadun yang sudah dijelaskan di atas. Dengan kesamaan pengertian tersebut, maka patut dipertanyakan apa yang dimaksud dengan Allah itu esa atau satu tapi merupakan kesatuan?

Jawaban Saya: Tidak ada satu kesatuan Tuhan dalam Bible Perjanjian Lama dan tidak ada satu kesatuan Tuhan dalam Al-Qur’an sebagaimana penjelasan saya di atas. Jika satu kesatuan Tuhan dalam Bible Perjanjian Lama memang ada, maka konsep Tritunggal dan Trinitas akan ditemukan dalam ajaran Nabi-nabi terdahulu. Konsep Tri Tunggal tidak pernah di kenal di zaman Yesus. Yesus tidak pernah mengajarkannya dan membicarakannya. Demikian pula dengan para Nabi sebelum Yesus, mereka juga tidak pernah  mengenal konsep Tri Tunggal dan mengajarkannya kepada umatnya dari bangsa Israel. Itu semua dapat terjadi karena Tuhan tidak pernah mewahyukan kepada para Nabi-Nya tentang konsep Tri Tunggal. Jika Tuhan itu Tri Tunggal, maka Tuhan akan menyampaikannya kepada para Nabi-Nya. Konsep Tri Tunggal akan dikenal jauh sebelum Yesus lahir ke dunia, bukan setelah ratusan tahun Yesus lahir baru di kenal konsep Tri Tunggal. Tri Tunggal tidak lebih dari konsep sesat yang menyimpang dari keyakinan para Nabi Tuhan. 

Allah Adalah Satu Kesatuan

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Orang Kristen menyebut Allah adalah Esa, pengertian yang sama dengan menyebut Allah Tri-Tunggal. Hal ini bukan dimaksudkan dengan formula 1+1+1=3. Tetapi dengan pengertian formula 1x1x1=1. Bukan dimaksud dengan relasi dari Tiga Allah (dari penganut sekte Unitarian) dan bukan pula dimaksudkan dengan tiga keberadaan yang tiga-tiganya adalah Allah (dari penganut sekte Triteisme). Ketiga oknum itu dikenal dengan nama: Allah Bapa, Allah Roh, dan Kalimat/Firman Allah. Ketiga oknum ini, selain merupakan satu kesatuan, juga mempunyai kesetaraan yang sama.

Jawaban Saya: Tritunggal atau Trinitas adalah kepercayaan yang mempercayai bahwasanya Allah terdiri dari tiga oknum yang ketiganya adalah Tuhan; Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Meskipun kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Tuhan mereka esa, akan tetapi mereka juga mempercayai adanya tiga Allah dalam Tuhan Yang Esa tersebut. Singkat kata, ketuhanan dalam agama Kristen tidak dapat dilepaskan sama sekali dengan konsep tiga Allah. Jelas sekali dalam ajaran Kristen, Tuhan memiliki tiga oknum yang sehakikat. Bapa, Putera dan Roh Kudus, mereka mempercayai ketiganya adalah Allah. Tuhan  Kristen yang terdiri dari tiga oknum, tidak dapat disebut dengan Tuhan yang Esa. Tidak mungkin Tuhan dapat dibilang Esa kalau Dia terdiri dari tiga oknum. Itu artinya, kafir Kristen pemuja Yesus mempercayai Tuhan memiliki sekutu dan ada yang serupa dengan Allah. Jika mereka tidak bertaubat dari keyakinan tersebut, maka Allah SWT akan mencampakkan kafir Kristen pemuja Yesus ke dalam neraka, seperti yang telah dijanjikan-Nya.

Selain itu, ternyata Injil Kristen hanya mengenal satu Tuhan yang mereka sebut Bapa. Sedangkan Yesus dan Roh Kudus, tak sekalipun keduanya menyatakan diri sebagai Tuhan. Menganggap Bapa, Yesus dan Roh Kudus sebagai bagian dari Tritunggal juga tidak berdasar. Karena Bapa, Yesus dan Roh Kudus digambarkan dalam Injil Kristen sebagai tiga pribadi yang berbeda, bukan tunggal. Kesimpulannya ada banyak kesalahan dalam dogma Tritunggal. Pertama: salah menganggap Allah Tritunggal adalah Tuhan Yang Esa, karena tidak mungkin Tuhan Yang Esa memiliki tiga pribadi Allah. Kedua: salah menganggap Yesus dan Roh Kudus adalah Tuhan, karena Yesus dan Roh Kudus tidak pernah menyatakan dirinya Tuhan apalagi Allah. Ketiga: salah menganggap Bapa, Yesus dan Roh Kudus adalah pribadi Tunggal, karena Injil Kristen selalu menggambarkan Bapa, Yesus dan Roh Kudus sebagai tiga pribadi yang berbeda.

Kalimat Allah Menyelamatkan Dunia

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Kemudian diterangkan juga bahwa Allah mengutus Kalimat-Nya ke dunia dalam rupa Isa Al-Masih. Selama proses dalam rahim, Isa Al-Masih juga disebut berasal dari Roh Allah (Qs 4:171). Ini berarti bahwa ada Allah, ada Roh Allah dan ada Kalimat Allah dalam rupa Isa Al-Masih. Inilah yang disebut “satu” yang merupakan “kesatuan” yang tidak terpisahkan. Dijelaskan lebih lagi, tujuan Kalimat Allah tersebut datang ke dunia untuk memberi jaminan kepastian keselamatan bagi setiap orang yang mau menerima-Nya. “. . . setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:15). 

Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus semakin ngawur melakukan pembenaran keyakinan mereka yang sesat. Mereka mengatakan bahwa ada Allah, Kalimat Allah dan Roh Allah dalam diri Nabi Isa AS. Padahal ayat Al-Qur’an jelas menegaskan Nabi Isa AS bukanlah Allah sehingga berhak untuk di sembah. Dan bahkan Al-Qur’an juga mengkafirkan orang-orang yang menganggap Nabi Isa AS adalah Allah.

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?". Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Ma’idah: 17)

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib". (Al-Ma’idah: 116)

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (At-Taubah: 31)

Dalam An-Nisaa’: 171 disebutkan Nabi Isa AS adalah Kalimat Allah SWT yang disampaikan-Nya kepada Maryam. Isa Al-Masih dipanggil  “Kalimatullah” disebabkan oleh proses kejadian ‘Isa AS sendiri yang diciptakan dengan kalimat Allah SWT yang disampaikan-Nya kepada Maryam; “kun” (jadilah) tanpa proses hubungan biologis pria dan wanita sebagaimana manusia lainnya. Jadi Kalimat Allah yang disebutkan dalam An-Nisaa’: 171 tidaklah sama dengan firman dalam Injil Kristen. Kalimat Allah dalam An-Nisaa’: 171 bukanlah pribadi Allah yang dapat di utus Allah untuk menjelma menjadi manusia. Tetapi kalimat perintah (kun) yang disampaikan kepada Maryam melalui Malaikat.

Dalam An-Nisaa’: 171 juga disebutkan roh Allah. Roh Allah yang dimaksud pada ayat tersebut bukanlah Roh Kudus, tetapi roh yang ditiupkan ke dalam rahim Maryam agar beliau dapat hamil dengan izin Allah SWT. Penciptaan Nabi Isa AS yang seperti itu tidak berbeda dengan penciptaan manusia pada umumnya. Allah SWT berfirman; Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajdah: 9)

Ayat berikut tidak ada di situs Kristen. Tetapi karena ayat ini juga tidak jarang jadi pertanyaan kafir Kristen pemuja Yesus, maka ada baiknya saya jawab juga:

“Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. (Maryam: 17)

Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa ruh Allah yang menjelma menjadi manusia pada ayat di atas adalah Yesus. Hampir pasti mereka terinspirasi dengan ayat Injil yang menyatakan firman menjelma menjadi manusia (Yohanes 1:14).

Ruh yang menjelma menjadi manusia sempurna pada ayat tersebut bukanlah Yesus, tetapi Malaikat Jibril yang di utus Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk memberi Maryam seorang anak laki-laki. Turunnya Malaikat Jibril ke hadapan Maryam ini juga dapat kamu temukan dalam Injil Kristen (Lukas 1:28). Jadi yang menjelma menjadi manusia adalah Ruh yaitu Malaikat Jibril (Gabriel). Mustahil Ruh yang menjelma di hadapan Maryam ada Nabi Isa 'Alaihis Salam atau Yesus sendiri. Karena pada ayat yang ke 19, Ruh ini berkata kepada Maryam; "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". Tidak masuk akal kalau Ruh yang menjelma menjadi Manusia tersebut adalah Yesus. Mana mungkin Yesus menemui ibunya kemudian berkata bahwa dirinya akan memberi seorang anak laki-laki yaitu dirinya sendiri. Penyebutan “manusia yang sempurna” untuk ruh yang menjelma di hadapan Maryam sama sekali bukan dalil ruh tersebut adalah Nabi Isa 'Alaihis Salam atau Yesus. Disebut manusia yang sempurna karena Malaikat Jibril menyerupakan diri sebagai manusia utuh sehingga Maryam tidak mengetahui bahwa dia adalah Malaikat.

Kafir Kristen pemuja Yesus berkata bahwa tidak ada ayat maupun hadits yang menyatakan secara terus terang bahwa Jibril itu adalah Rohullah. Siapa bilang Malaikat Jibril tidak pernah disebut ruh? Malaikat Jibril juga disebut dengan Ruh seperti Asy-Syu'ara: 193-194.

Kesimpulannya jelas tidak ada tiga pribadi Allah Tritunggal dalam Al-Qur’an. An-Nisaa’: 171 justru diturunkan untuk memperingatkan kafir Kristen pemuja Yesus agar mereka berhenti mengatakan Allah terdiri dari tiga pribadi. Selain itu, An-Nisaa’: 171 juga menyatakan Allah adalah Tuhan yang Maha Esa (bukan Tritunggal) dan juga membantah Allah SWT mempunyai anak. Allah SWT berfirman;

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (An-Nisaa’: 171)    

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Muhammad Mengartikan Allah Yang Esa"

Posting Komentar

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.