Masalah
ke-Esa-an Allah adalah topik menarik untuk dibicarakan. Baik orang Islam maupun
Kristen percaya menyembah pada Allah yang Esa. Apakah sebenarnya arti kata
“Esa” itu sendiri? Mengapa Islam dan Kristen mempunyai pandangan yang sama
tentang sifat Allah yang satu ini? Apakah Al-Quran dan Injil mempunyai
pengertian yang sama akan Esa?
Esa Hanya Milik Allah
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Kata
Esa dalam bahasa Arab disebut juga Ahad atau Ahadun. Dalam pengalaman
kami berinteraksi dengan umat Muslim, mereka sangat yakin kata Esa hanya milik
Allah SWT sebab Allah mutlak satu dan tunggal. Atas dasar inilah, para ahli
umat Muslim masa lalu mengembangkan rukun Islam mengenai Allah yang Esa.
Konsep ini disebut “Tauhid” dalam bahasa Arab.
Jawaban Saya: Ahad dalam bahasa
Indonesia berarti esa, dapat juga berarti satu, tunggal atau kata lainnya yang
semakna. Tidak ada kata esa dalam bahasa Arab. Esa dalam bahasa Indonesia
memang secara khusus diberikan kepada Tuhan. Tetapi tidak dengan kata “ahad”
atau “ahadun” yang penggunaannya tidak khusus hanya untuk kepada Allah SWT,
tetapi umum kepada siapa dan apa pun. Hal ini perlu mendapat penjelasan, karena
setelah ini kafir Kristen pemuja Yesus akan penyamakan penggunaan kata “esa”
dalam bahasa Indonesia dengan “ahad” dalam bahasa Arab.
Allah Yang “Ahadun”
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Al-Quran
hanya menjelaskan satu kali bahwa Allah itu esa
atau Ahadun. “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha
Esa” (Qs 112:1). Dan lima kali menjelaskan Allah yang esa
atau ahadun itu, tidak ada yang menyerupai-Nya (diantaranya Qs
89:25). Berdasarkan pengertian yang demikian, umat Muslim percaya setelah
penciptaan dunia, Allah hanya berada di sorga. Ia tidak boleh melakukan
kegiatan apapun di dunia. Semua kehendak dan rencana-Nya, harus dan hanya
dijalankan oleh malaikat-malaikat-Nya untuk berinteraksi dengan manusia.
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja
Yesus mengatakan bahwa Al-Qur’an menjelaskan Allah SWT itu esa hanya dalam satu
ayat (Al-Ikhlash: 1). Padahal ada banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menyatakan
Allah SWT adalah Tuhan Yang Esa, di antaranya; Fushshilat: 6, Al- Mu'min: 16, Az-Zumar: 4, Shaad: 65, Ash Shaaffaat: 4 dan
masih banyak ayat-ayat lainnya. Mereka juga mengatakan Al-Qur’an hanya lima
kali menjelaskan Allah SWT tidak memiliki sekutu. Padahal setelah saya hitung,
ada lebih dari 40 ayat Al-Qur’an yang menyatakan Allah SWT tidak memiliki
sekutu.
Kafir
Kristen pemuja Yesus juga mengatakan bahwa umat Islam percaya setelah
penciptaan dunia, Allah hanya berada di surga dan tidak melakukan kegiatan apa
pun. Pernyataan tersebut tidak benar. Umat Islam tidak pernah meyakini Allah
SWT tidak melakukan kegiatan apa pun setelah menciptakan dunia. Karena Al-Qur’an
dengan sangat jelas menyatakan Allah SWT terus-menerus dalam kesibukan.
Sebagaimana firman Allah SWT;
Semua yang ada di langit dan bumi selalu
meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. (Ar-Rahman: 29)
Bahkan
Allah SWT juga turun ke langit bumi di sepertiga malam untuk mengabulkan
doa-doa hamba. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih berikut;
Telah menceritakan kepada kami Ismail telah
menceritakan kepadaku Malik dari Ibn Syihab dari Abu Abdullah Al Aghar dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb
kita Tabaraka wa Ta'ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga
malam, lantas Ia berkata, 'Siapa yang berdoa kepada-Ku maka aku beri, siapa
yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku ampuni?." (Shahih Bukhari: 6940)
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin
Manshur telah mengabarkan kepada kami Abul Mughirah telah menceritakan kepada
kami Al Auza'i telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada
kami Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika pertengahan malam atau
sepertiga malam telah berlalu, Allah Tabaraka wa Ta'ala turun ke langit dunia
dan berfirman, 'Adakah orang yang meminta hingga diberi, adakah orang yang
berdo'a hingga dikabulkan, dan adakah orang yang memohon ampun hingga dosanya
diampuni.' Demikian itu terjadi hingga waktu Shubuh datang." (Shahih
Muslim: 1263)
Jadi
tidak ada seorang Muslim yang meyakini Allah SWT tidak melakukan kegiatan apa
pun setelah menciptakan dunia. Keyakinan Tuhan tidak melakukan apa pun setelah
menciptakan dunia, justru dimiliki oleh kafir Kristen pemuja Yesus sendiri. Karena
menurut kitab yang mereka percayai, Tuhan berhenti setelah di hari ketujuh menciptakan
langit dan bumi. Perhatikan ayat berikut;
Ketika Allah pada hari ketujuh telah
menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh
dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari
ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala
pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. (Kejadian 2:2-3)
Bahkan
di ayat lainnya sangat jelas disebutkan Tuhan beristirahat setelah tujuh hari menciptakan
langit dan bumi. Rupanya Tuhan menurut agama Kristen dapat kecapaian sampai
butuh istirahat dan sampai sekarang masih leyeh-leyeh
tidak ngapa-ngapain. Perhatikan ayat
berikut;
Antara Aku dan orang Israel maka inilah
suatu peringatan untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan
langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat."
(Keluaran 31:17)
Siapapun, . . . Adalah “Ahadun”
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Sayangnya,
dalam menjelaskan ahadun Al-Quran memberi dua pandangan yang berbeda.
Siapa pun juga dapat disebut ahadun. Tidak seorangpun juga
disebut ahadun (menyerupai Allah). “Katakanlah:
"Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun (ahadun) yang dapat
melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat
berlindung selain daripada-Nya" (Qs 72:22). Namun di ayat lain
dikatakan seseorang dapat disebut “ahadun”. “…Katakanlah:
"Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan
(janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada
seseorang (adahun) seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan
pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujahmu di sisi
Tuhanmu"…" (Qs 3:73)
Jawaban Saya: Seperti penjelasan saya
di awal. Kata “ahad” atau “ahadun” yang terdapat dalam Al-Qur’an, penggunaannya
memang tidak khusus hanya kepada Allah SWT seperti kata “esa” dalam bahasa
Indonesia. Penggunaan kata “ahad” atau “ahadun” bersifat umum untuk siapa dan
apa pun. Apakah ini tidak bertentangan dengan banyaknya ayat Al-Qur’an yang
menyatakan Allah SWT tidak serupa dengan makhluknya? Sama sekali tidak! Menyerupakan
Allah SWT dengan makhluk itu dalam sifat-sifat-Nya. Misalnya jika dikatakan; Allah
SWT memiliki wajah yang sama dengan wajah yang dimiliki manusia, Allah memiliki
tangan yang sama dengan tangan yang dimiliki manusia atau pengelihatan Allah
SWT sama dengan pengelihatan manusia, dan lain-lain. Itulah yang namanya
menyerupakan Allah SWT dengan makhluk-Nya. Sedangkan yang dipermasalahkan oleh
kafir Kristen pemuja Yesus itu, hanya terbatas dalam penggunaan kata dalam Al-Qur’an
(ahadun) yang sama antara Allah SWT dan lainnya.
Ahad atau Ahadun
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Bila
demikian, maka kata Esa atau Ahad atau Ahadun bukan milik Allah semata. Tetapi
dapat menjadi milik siapapun. Sehingga kata Esa tidak berarti mutlak “satu”
tetapi bagian dari “kesatuan.”
Jadi,
inilah pertanyaan yang perlu direnungkan: Manakah yang benar: Allah itu Tunggal
atau Allah itu Esa? Karena tidak pernah ada keputusan dalam sejarah umat Muslim
maupun Kristen yang mengatakan Allah itu Tunggal. Juga tidak ada isi doa
mengatakan: “kepada Allah yang Tunggal”. Dan karena Allah bukan hanya memiliki
Roh, tetapi juga memiliki bagian diri-Nya yang lain. Diri-Nya yang lain berarti
Allah juga punya perasaan, sehingga Ia dapat mengasihi. Allah juga punya
pikiran, sehingga Ia bisa mengadili dengan seadil-adilnya.
Jawaban Saya: Dalam penggunaan bahasa,
kata ahad atau ahadun memang bukan khusus untuk Allah SWT semata. Tetapi dalam arti
bahasa, kata ahad atau ahadun artinya mutlak satu, bukan kesatuan. Itu sebabnya
selain menyatakan Allah SWT adalah esa atau satu, Al-Qur’an juga menyatakan
Allah SWT tidak memiliki sekutu. Seandainya yang dimaksud Allah SWT ahad itu
adalah kesatuan bukan satu, maka mustahil Al-Qur’an juga menyatakan Allah SWT tidak
memiliki sekutu. Jika Allah SWT memiliki sekutu, maka Dia akan menjelaskan
sekutu-sekutu-Nya tersebut dengan jelas dan tegas. Tetapi tidak satu pun ayat
Al-Qur’an yang menyebutkan sekutu-sekutu Allah SWT. Ada banyak ayat Al-Qur’an
yang menyatakan Allah SWT itu tidak memiliki sekutu dan ancaman bagi siapa saja
yang menyekutukannya, di antaranya;
Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah)". (Al-‘An’am:
163)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
(An-Nisaa’: 36)
Orang-orang kafir itu telah menjadikan
sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari
jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya
tempat kembalimu ialah neraka." (Ibrahim: 30)
dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi
Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah
dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni
neraka." (Az-Zumar: 8)
Al-Qur’an
dalam banyak ayatnya menyatakan Allah SWT adalah Tuhan yang esa, satu atau
tunggal. Sepanjang sejarah umat Islam di dunia ini, tidak ditemukan seorang pun
ulama yang berbeda pendapat dalam hal itu. Karena begitu jelasnya keesaan Allah
SWT dalam Al-Qur’an, tidak dibutuhkan lagi penegasan dalam setiap doa. Keputusan
umat Islam macam apa lagi yang minta kafir Kristen pemuja Yesus?
Allah yang “Echad” dalam Alkitab
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Dua
ribu tahun sebelum agama Islam muncul, Kitab Taurat Musa telah mendeklarasikan
bahwa Allah itu Esa (Ibrani: echad) (Taurat, Kitab Ulangan 6:4). Adapun
arti kata echad adalah “satu” yang merupakan “kesatuan” yang
tidak terpisahkan. Pengertian ini tidak berbeda dengan pengertian dari
kata ahad atau ahadun yang sudah dijelaskan di atas. Dengan
kesamaan pengertian tersebut, maka patut dipertanyakan apa yang dimaksud dengan
Allah itu esa atau satu tapi merupakan kesatuan?
Jawaban Saya: Tidak ada satu kesatuan Tuhan
dalam Bible Perjanjian Lama dan tidak ada satu kesatuan Tuhan dalam Al-Qur’an
sebagaimana penjelasan saya di atas. Jika satu kesatuan Tuhan dalam Bible
Perjanjian Lama memang ada, maka konsep Tritunggal dan Trinitas akan ditemukan
dalam ajaran Nabi-nabi terdahulu. Konsep Tri Tunggal tidak pernah di kenal di
zaman Yesus. Yesus tidak pernah mengajarkannya dan membicarakannya. Demikian
pula dengan para Nabi sebelum Yesus, mereka juga tidak pernah mengenal
konsep Tri Tunggal dan mengajarkannya kepada umatnya dari bangsa Israel. Itu
semua dapat terjadi karena Tuhan tidak pernah mewahyukan kepada para Nabi-Nya
tentang konsep Tri Tunggal. Jika Tuhan itu Tri Tunggal, maka Tuhan akan menyampaikannya
kepada para Nabi-Nya. Konsep Tri Tunggal akan dikenal jauh sebelum Yesus lahir
ke dunia, bukan setelah ratusan tahun Yesus lahir baru di kenal konsep Tri
Tunggal. Tri Tunggal tidak lebih dari konsep sesat yang menyimpang dari
keyakinan para Nabi Tuhan.
Allah Adalah Satu Kesatuan
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Orang
Kristen menyebut Allah adalah Esa, pengertian yang sama dengan menyebut
Allah Tri-Tunggal. Hal ini bukan dimaksudkan dengan formula 1+1+1=3.
Tetapi dengan pengertian formula 1x1x1=1. Bukan dimaksud dengan relasi
dari Tiga Allah (dari penganut sekte Unitarian) dan bukan pula
dimaksudkan dengan tiga keberadaan yang tiga-tiganya adalah Allah (dari
penganut sekte Triteisme). Ketiga oknum itu dikenal dengan nama: Allah Bapa,
Allah Roh, dan Kalimat/Firman Allah. Ketiga oknum ini, selain merupakan satu
kesatuan, juga mempunyai kesetaraan yang sama.
Jawaban Saya: Tritunggal atau Trinitas
adalah kepercayaan yang mempercayai bahwasanya Allah terdiri dari tiga oknum
yang ketiganya adalah Tuhan; Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus.
Meskipun kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Tuhan mereka esa, akan
tetapi mereka juga mempercayai adanya tiga Allah dalam Tuhan Yang Esa tersebut.
Singkat kata, ketuhanan dalam agama Kristen tidak dapat dilepaskan sama sekali
dengan konsep tiga Allah. Jelas sekali dalam ajaran Kristen, Tuhan memiliki
tiga oknum yang sehakikat. Bapa, Putera dan Roh Kudus, mereka mempercayai ketiganya
adalah Allah. Tuhan Kristen yang terdiri
dari tiga oknum, tidak dapat disebut dengan Tuhan yang Esa. Tidak mungkin Tuhan
dapat dibilang Esa kalau Dia terdiri dari tiga oknum. Itu artinya, kafir Kristen
pemuja Yesus mempercayai Tuhan memiliki sekutu dan ada yang serupa dengan
Allah. Jika mereka tidak bertaubat dari keyakinan tersebut, maka Allah SWT akan
mencampakkan kafir Kristen pemuja Yesus ke dalam neraka, seperti yang telah
dijanjikan-Nya.
Selain
itu, ternyata Injil Kristen hanya mengenal satu Tuhan yang mereka sebut Bapa.
Sedangkan Yesus dan Roh Kudus, tak sekalipun keduanya menyatakan diri sebagai
Tuhan. Menganggap Bapa, Yesus dan Roh Kudus sebagai bagian dari Tritunggal juga
tidak berdasar. Karena Bapa, Yesus dan Roh Kudus digambarkan dalam Injil
Kristen sebagai tiga pribadi yang berbeda, bukan tunggal. Kesimpulannya ada
banyak kesalahan dalam dogma Tritunggal. Pertama: salah menganggap Allah
Tritunggal adalah Tuhan Yang Esa, karena tidak mungkin Tuhan Yang Esa memiliki
tiga pribadi Allah. Kedua: salah menganggap Yesus dan Roh Kudus adalah Tuhan,
karena Yesus dan Roh Kudus tidak pernah menyatakan dirinya Tuhan apalagi Allah.
Ketiga: salah menganggap Bapa, Yesus dan Roh Kudus adalah pribadi Tunggal,
karena Injil Kristen selalu menggambarkan Bapa, Yesus dan Roh Kudus sebagai
tiga pribadi yang berbeda.
Kalimat Allah Menyelamatkan Dunia
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Kemudian
diterangkan juga bahwa Allah mengutus Kalimat-Nya ke dunia dalam rupa Isa Al-Masih.
Selama proses dalam rahim, Isa Al-Masih juga disebut berasal dari Roh Allah (Qs
4:171). Ini berarti bahwa ada Allah, ada Roh Allah dan ada Kalimat Allah dalam
rupa Isa Al-Masih. Inilah yang disebut “satu” yang merupakan
“kesatuan” yang tidak terpisahkan. Dijelaskan lebih lagi, tujuan Kalimat
Allah tersebut datang ke dunia untuk memberi jaminan kepastian keselamatan bagi
setiap orang yang mau menerima-Nya. “. . . setiap orang yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes
3:15).
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja
Yesus semakin ngawur melakukan pembenaran keyakinan mereka yang sesat. Mereka
mengatakan bahwa ada Allah, Kalimat Allah dan Roh Allah dalam diri Nabi Isa AS.
Padahal ayat Al-Qur’an jelas menegaskan Nabi Isa AS bukanlah Allah sehingga
berhak untuk di sembah. Dan bahkan Al-Qur’an juga mengkafirkan orang-orang yang
menganggap Nabi Isa AS adalah Allah.
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang
yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam".
Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi
kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta
ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?". Kepunyaan
Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Al-Ma’idah: 17)
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman:
"Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:
"Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa
menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang
bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada
diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".
(Al-Ma’idah: 116)
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka
mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (At-Taubah: 31)
Dalam
An-Nisaa’: 171 disebutkan Nabi Isa AS adalah Kalimat Allah SWT yang disampaikan-Nya
kepada Maryam. Isa Al-Masih dipanggil
“Kalimatullah” disebabkan oleh proses kejadian ‘Isa AS sendiri yang
diciptakan dengan kalimat Allah SWT yang disampaikan-Nya kepada Maryam; “kun”
(jadilah) tanpa proses hubungan biologis pria dan wanita sebagaimana manusia
lainnya. Jadi Kalimat Allah yang disebutkan dalam An-Nisaa’: 171 tidaklah sama
dengan firman dalam Injil Kristen. Kalimat Allah dalam An-Nisaa’: 171 bukanlah pribadi
Allah yang dapat di utus Allah untuk menjelma menjadi manusia. Tetapi kalimat
perintah (kun) yang disampaikan kepada Maryam melalui Malaikat.
Dalam
An-Nisaa’: 171 juga disebutkan roh Allah. Roh Allah yang dimaksud pada ayat
tersebut bukanlah Roh Kudus, tetapi roh yang ditiupkan ke dalam rahim Maryam
agar beliau dapat hamil dengan izin Allah SWT. Penciptaan Nabi Isa AS yang
seperti itu tidak berbeda dengan penciptaan manusia pada umumnya. Allah SWT
berfirman; Kemudian Dia menyempurnakan
dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajdah: 9)
Ayat berikut tidak ada di situs Kristen. Tetapi karena ayat ini juga tidak jarang jadi pertanyaan kafir Kristen pemuja Yesus, maka ada baiknya saya jawab juga:
Ayat berikut tidak ada di situs Kristen. Tetapi karena ayat ini juga tidak jarang jadi pertanyaan kafir Kristen pemuja Yesus, maka ada baiknya saya jawab juga:
“Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari
mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di
hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna”. (Maryam: 17)
Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa ruh Allah yang menjelma menjadi
manusia pada ayat di atas adalah Yesus. Hampir pasti mereka terinspirasi dengan
ayat Injil yang menyatakan firman menjelma menjadi manusia (Yohanes 1:14).
Ruh yang menjelma menjadi manusia sempurna pada ayat tersebut bukanlah
Yesus, tetapi Malaikat Jibril yang di utus Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk
memberi Maryam seorang anak laki-laki. Turunnya
Malaikat Jibril ke hadapan Maryam ini juga dapat kamu temukan dalam Injil
Kristen (Lukas 1:28). Jadi yang menjelma menjadi
manusia adalah Ruh yaitu Malaikat Jibril (Gabriel). Mustahil Ruh yang menjelma
di hadapan Maryam ada Nabi Isa 'Alaihis
Salam atau Yesus sendiri. Karena pada ayat yang ke 19,
Ruh ini berkata kepada Maryam; "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang
utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci".
Tidak masuk akal kalau Ruh yang menjelma menjadi Manusia tersebut adalah Yesus.
Mana mungkin Yesus menemui ibunya kemudian berkata bahwa dirinya akan memberi
seorang anak laki-laki yaitu dirinya sendiri. Penyebutan
“manusia yang sempurna” untuk ruh yang menjelma di hadapan Maryam sama sekali
bukan dalil ruh tersebut adalah Nabi Isa 'Alaihis Salam atau Yesus. Disebut
manusia yang sempurna karena Malaikat Jibril menyerupakan diri sebagai manusia
utuh sehingga Maryam tidak mengetahui bahwa dia adalah Malaikat.
Kafir Kristen pemuja Yesus berkata bahwa tidak ada ayat maupun hadits yang
menyatakan secara terus terang bahwa Jibril itu adalah Rohullah. Siapa bilang
Malaikat Jibril tidak pernah disebut ruh? Malaikat Jibril juga disebut dengan
Ruh seperti Asy-Syu'ara: 193-194.
Kesimpulannya
jelas tidak ada tiga pribadi Allah Tritunggal dalam Al-Qur’an. An-Nisaa’: 171
justru diturunkan untuk memperingatkan kafir Kristen pemuja Yesus agar mereka
berhenti mengatakan Allah terdiri dari tiga pribadi. Selain itu, An-Nisaa’: 171
juga menyatakan Allah adalah Tuhan yang Maha Esa (bukan Tritunggal) dan juga
membantah Allah SWT mempunyai anak. Allah SWT berfirman;
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui
batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang
benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah
dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam,
dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga",
berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah
Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala
yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi
Pemelihara. (An-Nisaa’: 171)
0 Response to "Muhammad Mengartikan Allah Yang Esa"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.