Berkaitan dengan
ajaran Al Bara (kebencian) kepada orang kafir, para Muslim bertanya,
“Bagaimanakah sikap Islam terhadap orang kafir?” Di sisi lain, saudara-saudara
Muslim Rohingya membutuhkan kasih para Budha di Myanmar. Sehingga mereka boleh
tinggal di sana dengan damai dan aman. Ajaran Al Bara ataukah kasih yang umat manusia
butuhkan?
Al Bara Dan Sikap Islam Terhadap Orang Kafir
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Menurut Ummu
‘Abdirrahman ajaran Al-Bara ialah “tidak memberikan kasih sayang kepada orang
kafir, tidak bergaul, dan bersahabat dengan mereka.”
Dr. Adika
Mianoki menjelaskan, “orang yang harus kita benci . . . musuhi secara mutlak,
serta tidak boleh mencintai dan loyal terhadap mereka. Mereka adalah
orang-orang kafir, musyrik, munafik, dan orang yang murtad, sebagaimana . . .
dalam surat Al-Mujadilah ayat 22.”
Ayat itu
berbunyi, “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya . . .” (Qs. 58:22).
Apakah pendapat
Anda tentang membenci orang yang berbeda agama dan keyakinan dengan kita?
Sampaikan di email ini.
Jawaban Saya: Dalam arti bahasa kata al-bara’ mempunyai banyak
arti, antara lain menjauhi, membersihkan diri, melepaskan diri dan memusuhi.
Kata bari-a berarti membebaskan diri dengan melaksanakan kewajibannya terhadap
orang lain. Sedangkan dalam arti istilah, al-bara’ berarti penyesuaian diri
seorang hamba terhadap apa yang dibenci dan dimurkai Allah berupa perkataan,
perbuatan, keyakinan dan kepercayaan serta orang. Jadi, ciri utama al-Bara’
adalah membenci apa yang di-benci Allah secara terus-menerus dan penuh
komitmen. Kafir Kristen pemuja Yesus menyinggung masalah Al-Bara’ dalam Islam
dengan menyempitkan maknanya, sehingga diharapkan akan muncul anggapan bahwa
Islam mengajarkan kepada umatnya kebencian.
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu
bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (Al-Mujadilah:
22)
Ayat tersebut diturunkan ketika kaum Muslimin dan orang-orang Musyrik
Mekkah berhadap-hadapan di perang Badar. Para sahabat Nabi Muhammad SAW
berperang melawan keluarga mereka sendiri yang masih kafir. Abu Ubaidah
membunuh ayahnya sendiri dalam perang tersebut, Abu Bakar As-Siddiq berperang
melawan anaknya dan hampir saja membunuhnya, Mus'ab ibnu Umair membunuh
saudaranya sendiri, dan Umar membunuh kerabatnya yang masih musyrik. Hamzah, Ali, dan Ubaidah ibnul Haris;
masing-masing dari mereka juga telah membunuh Atabah, Syaibah, dan Al-Walid
ibnu Atabah yang masih kerabat dalam perang tersebut.
Oleh karena konteks ayat tersebut diturunkan di masa perang antara kaum
Muslimin dan orang-orang Musyrik, maka ayat tersebut tidak dapat ditarik pada
saat kaum Muslimin dan orang-orang kafir telah terjalin perdamaian.
Orang Islam dan Kristen Membutuhkan Kasih dari
Sesamanya
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Baik orang Islam maupun
Kristen rindu dikasihi sesamanya, bukan? Sebaliknya, kita tidak ingin
orang-orang yang berbeda agama itu membenci dan memusuhi kita. Jutaan orang
Muslim Timur Tengah mengungsi ke negara-negara kafir di benua Eropa, Amerika,
Kanada dan Australia. Para pengungsi Muslim itu mengharapkan belas kasihan
sesamanya yang beragama kafir Kristen, Katholik dan agama lainnya di sana. Warga
negara–negara itu harus mengasihi para pengungsi Muslim itu. Caranya ialah
menolong kesusahan dan penderitaan mereka. Jelas tidak terpuji jika membenci
mereka karena alasan perbedaan agama dan keyakinan.
Jawaban Saya: Sikap kerasnya seorang Muslim terhadap
orang-orang kafir itu terjadi hanya ketika orang-orang kafir berbuat sesuatu
yang kaum Muslimin harus memerangi mereka. Sedangkan jika orang-orang kafir
yang tidak mengambil posisi bermusuhan dengan kaum Muslimin dan bersedia hidup
berdampingan bersama kaum Muslimin dengan damai, seperti kebanyakan orang-orang
kafir yang hidup di negara kita ini, maka tidak ada alasan bagi seorang Muslim
untuk bersikap keras terhadap orang kafir. Ayat-ayat Al-Qur’an menekankan untuk
berlaku baik, bersikap adil dan condong terhadap perdamaian ketika orang-orang
kafir tidak memerangi kaum Muslimin dan menginginkannya perdamaian. Kaum Muslimin
juga diminta untuk memberikan perlindungan apabila ada orang-orang kafir atau musyrik
yang meminta perlindungan. Anda dapat membaca pada ayat-ayat berikut;
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Al-Mumtahanah: 8).
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Anfaal: 61).
Dan jika seorang di antara
orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia
ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak
mengetahui. (At-Taubah: 6)
Dalam hadits Nabi juga terdapat anjuran untuk mengasihi dan menyayangi
penduduk bumi. Tidak pandang bulu apakah dia beriman ataukah dia kafir. Berikut
ini Hadits Nabi yang saya maksud;
Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amru, dari Abu Qabus, dari
Abdullah bin Amru bin al Ash dan sampai kepada Nabi SHALLALLAHU 'ALAIHI
WASALLAM, beliau bersabda: "Orang-orang yang mengasihi akan
dikasihi oleh ar Rahman, oleh karena itu kasihilah penduduk bumi maka niscaya
penduduk langit akan mengasihi kalian. Dan rasa kasihan adalah sebuah jalan
dari ar Rahman, barangsiapa yang menyambungnya maka ia akan tersambung
untuknya, dan barangsiapa memutuskannya maka ia akan terputus untuknya." (Musnad Ahmad: 6206)
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Musaddad
secara makna, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amru
dari Abu Qabus -mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh) Abdullah bin Amru-
dari Abdullah bin Amru dan sanadnya sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, (beliau bersabda): "Para penyayang akan disayangi oleh Ar
Rahman. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa
saja yang di langit." (Sunan Abu Daud: 4290)
Telah menceritakan kepada kami Waki'
dan Abdurrahman dari Sufyan dari Habib dari Maimun dari Abu Dzar ia berkata,
Abdurrahman berkata,"Aku berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'Alaihi
Wasallam, "Berilah aku wasiat!" Beliau menjawab: "Bertakwalah
pada Allah dimanapun kamu berada, iringilah setiap amal buruk dengan amal baik
hingga ia dapat menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang
baik." Bapakku berkata, "Waki' menceritakannya kepada kami dari
Maimun bin Abu Syabib, dari Mu'adz. Kemudian ia meralatnya kembali." (Musnad Ahmad: 20435)
Umat Islam memang diwajibkan memiliki sikap bara’ terhadap orang-orang
kafir, yaitu menjauhi, membersihkan diri, melepaskan diri dan memusuhi
kekufuran orang-orang kafir. Sikap bara’ umat Islam tidak melazimkan kami harus
berlaku kejam dan berbuat aniaya kepada orang-orang kafir. Karena sikap bara’
itu hanya ditujukan untuk kekufuran orang kafir, bukan manusianya. Oleh sebab
itu. Kita dapati dalam Hadits Rasulullah SAW berinteraksi dengan orang-orang
kafir dengan akhlak beliau yang mulia. Di antaranya Nabi Muhammad SAW memiliki pembantu dari
Yahudi yang ketika sakit beliau jenguk, beliau juga pernah memberikan hak
pengelolaan tanah Khaibar dengan imbalan setengah hasil panen kepada orang
Yahudi. Sedangkan istri beliau, Aisyah memberikan minyak wangi wanita Yahudi
yang memintanya. Itu adalah bukti jika sikap bara’ umat Islam tidak melazimkan
kami harus berlaku kejam dan berbuat aniaya, serta menjauhi sejauh-jauhnya
orang-orang kafir. Sebagaimana disebutkan dalam Hadits-hadits berikut;
Telah menceritakan kepada kami Yunus telah menceritakan
kepada kami Hammad dari Tsabit berkata, dan saya tidak mengetahuinya kecuali
dari Anas, ada seorang pemuda Yahudi yang pernah melayani Nabi
Shallallahu'alaihi wasallam. Suatu saat ia sakit hingga Nabi
Shallallahu'alaihi wasallam menjenguknya dalam sekaratnya. Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam mengajaknya masuk Islam. Pemuda itu menatap
bapaknya yang berada di sampingnya, kemudian bapaknya berujar,"Taatilah
Abu Qasim". Beberapa saat kemudian dia meninggal. Lalu Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam pulang dan bersabda, "Segala puji bagi Allah
yang telah menyelamatkannya dari neraka". (Musnad Ahmad: 12896)
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail; Telah
menceritakan kepada kami Juwairiyah dari Nafi' dari Abdullah radliallahu 'anhu,
katanya; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Pernah memberi orang yahudi hak
kelola tanah Khaibar, caranya, agar mereka kelola, mereka tanam, dan mereka
peroleh separuh hasilnya. (Shahih Bukhari: 3917)
Telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah, dia
berkata; Telah menceritakan kepada kami Al-A'masy dari Syaqiq dari Masruq dari
Aisyah berkata;"Ada seorang wanita yahudi menemui Aisyah meminta agar
dia diberi minyak wangi, lalu Aisyah pun memberinya." Kemudian (si
wanita yahudi) Berkata; "Semoga Allah menyelematkanmu dari siksa
kubur." Dia (Aisyah) Berkata; "Hal itu masih tetap mengganjal bagi
diriku hingga Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam pun datang, lalu aku
ceritakan hal itu kepadanya. Aku berkata; 'Wahai Rasulullah, apakah di kubur
ada penyiksaan? ' Beliau menjawab: 'Benar, mereka akan disiksa di
kuburan-kuburan mereka, siksaan yang dapat didengar oleh
binatang-binatang.'" (Musnad Ahmad: 23048)
Jadi Islam sama sekali tidak melarang umatnya untuk mengasihi orang kafir dengan kasih sayang yang bersifat umum. Seperti memberi makan jika dia lapar, memberi minum jika haus, mengobatinya jika sakit, menyelamatkannya dari kebinasaan dan tidak mengganggunya.
Kasih Terbesar bagi Para Muslim Juga
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Isa Al-Masih begitu
mengasihi semua manusia, termasuk para Muslim apalagi musuh-Nya. Ia tidak ingin
manusia dihukum di neraka karena dosa-dosa mereka. Karena itu Dia rela mati
tersalib guna menggantikan hukuman dosa-dosa kita. Karena Isa Al-Masih
adalah Kalimat Allah, maka berkuasa menjamin pengampunan dosa dan hidup kekal
bagi siapa saja yang percaya kepada-Nya. Itulah kasih Isa Al-Masih yang
terbesar. Dengan percaya kepada-Nya, Anda pasti beroleh jaminan hidup kekal dari
Dia.
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa
Yesus mengasihi semua manusia, termasuk musuhnya. Padahal menurut Kitab Wahyu,
Yesus nanti akan turun ke dunia dan akan memerangi musuh-musuhnya. Silakan baca
ayat-ayat berikut ini;
Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan
mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas
segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang
terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."(Wahyu 17:14)
Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia
yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar," Ia
menghakimi dan berperang dengan adil. (Wahyu 19:11)
Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu
dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulut-Ku ini. (Wahyu 2:16)
Kafir Kristen
pemuja Yesus mengatakan bahwa Yesus rela mati di salib. Mereka juga mengatakan
Yesus telah menyerahkan nyawanya. Tetapi mengapa kesan tersebut sama sekali
tidak terlihat. Jika benar Yesus memang rela di salib dan rela menyerahkan
nyawanya, mengapa ketika akan pergi ke Yerusalem Yesus memerintahkan
murid-muridnya untuk membeli pedang (Lukas 22:36)? Mengapa Yesus memerintahkan
murid-muridnya untuk menjaga dirinya dan terlihat Yesus sangat ketakutan
(Matius 26:38)? Mengapa Yesus sampai sujud dan berdoa demi keselamatannya
(Matius 26:42)? Dan mengapa ketika hampir mati di atas salib, Yesus berteriak
dengan keras: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?” yang berarti: Allahku, Allahku,
mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Markus 15:34). Itu semua adalah bukti kalau
Yesus tidak pernah rela mati di salib dan tidak pernah rela mati. Yesus lebih
tepat di sebut dikorbankan di kayu salib daripada mengkorbankan diri di kayu
salib.
Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Yesus menjamin pengampunan dosa
dan hidup kekal bagi siapa saja yang percaya. Yesus memang menjanjikan hidup
kekal, tetapi janji itu hanya untuk bangsa Israel yang mau mendengar dan
mengikuti Yesus. Perhatikan penjelasan saya berikut ini;
dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak
akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka
dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari
pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. (Yohanes 10:28-29)
Dalam ayat tersebut, Yesus berjanji akan memberikan hidup yang kekal dan
mereka tidak akan binasa selama-lamanya. Untuk mengetahui siapa yang telah
dijanjikan hidup yang kekal oleh Yesus, maka anda harus membaca ayat
sebelumnya, perhatian ayat ini;
Domba-domba-Ku mendengarkan
suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (Yohanes 10:27)
Pada ayat tersebut, Yesus menyebut domba-domba. Domba dalam
Injil Perjanjian Baru digunakan untuk menyebut umat dari bangsa Israel.
Sedangkan untuk bangsa di luar dari bangsa Israel, Yesus biasa menyebutnya
Anjing. Jadi, syarat pertama untuk memperoleh janji keselamatan dari Yesus,
orang tersebut haruslah berasal bangsa Israel. Tidak cukup itu saja, Yesus juga
mensyaratkan domba-domba tersebut harus mendengar dan mengikuti ajaran Yesus.
Kedua syarat tersebut ternyata tidak dimiliki oleh kafir Kristen pemuja Yesus.
Pertama; kebanyakan dari orang-orang Kristen bukanlah dari bangsa Israel,
kedua; orang-orang Kristen tidak mendengar dan mengikuti ajaran Yesus, tetapi
lebih mendengar dan mengikuti ajaran Paulus. Oleh karena kedua syarat tersebut
tidak dapat dipenuhi oleh kafir Kristen pemuja Yesus, maka mereka tidak akan
memperoleh janji keselamatan yang akan diberikan oleh Yesus.
0 Response to "Kebencian Ataukah Kasih Yang Umat Beragama Butuhkan?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.