Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Mencari Teladan Yang Baik Agar Lebih Sholeh


Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Saya sedang dalam kesulitan besar. Saya baru masuk kuliah dan sedang mencari teladan yang baik dalam agama. Banyak mahasiswa melupakan sholat, tidak ikut Ramadhan, menonton video yang kurang baik, dll.

Sejak kecil, orang tua dan imam saya selalu menyuruh agar saya mengikuti teladan Nabi Muhammad. Jadi, saya sedang belajar untuk lebih meneladani Nabi saya dengan cara membaca Al-Quran dan Hadist.

Ada beberapa kebenaran yang membingungkan. Saya mencari informasi dan jawabannya di internet. Fakta ini membuat saya bertanya, haruskah saya mengikut teladan Nabi saya atau tidak? Jika tidak, apa dampaknya bagi iman saya?

Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus menggambarkan dirinya sendiri sebagai seorang Muslim yang sedang kebingungan mencari teladan yang baik dalam beragama. Sejak kecil orang tua dan imamnya (seorang Muslim sungguhan tidak pernah menyebut guru agamanya dengan sebutan imam) selalu menyuruh agar mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW. Ada lima hal yang membingungkan kafir Kristen yang mengaku-ngaku sebagai seorang Muslim ini. Dan kesemuanya telah terjawab. Kafir Kristen pemuja Yesus selama ini memang hanya sanggup mengulang-ulang tuduhan. Dengan itu mereka berharap agar saudara-saudara mereka sesama kafir Kristen terus mempunyai alasan untuk tetap kafir, syukur-syukur ada Muslim yang mau murtad ke Kristen setelah membacanya.    

Lima Hal Yang Membingungkan Saya

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Inilah beberapa hal yang membingungkan saya tentang teladan Nabi saya;

1.    Mempunyai sebelas isteri. Sementara Al-Quran hanya mengijinkan empat. “. . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat” (Qs 4:3). Teladan mana yang harus saya ikuti? Sebelas atau empat isteri?

2.       Menikahi anak di bawah umur. “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menikahinya saat ia berumur enam tahun, dan ia digauli saat berumur sembilan tahun” (HR Bukhari 4738).
Saya mempunyai adik berusia sembilan tahun, dan ayah berusia lima puluh tahun. Saya tidak setuju pernikahan dini. Seandainya ada seorang bapak seusia ayah saya, ingin menikahi adik saya, keluarga pasti menolak. Bagaimana dengan keluarga Anda?

3.    Ikut berperang dan terlibat pembunuhan 600 laki-laki remaja (Dawud 38:4390). Saya tidak mau membunuh orang lain. Kita harus menghargai sesama manusia jika ingin hidup dengan damai, bukan?

4.  Memiliki budak dan menggauli budak-budak wanita. Al-Quran memperbolehkannya. “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki . . .” (Qs 4:24). Apakah tindakan ini tidak termasuk dosa besar?

5.    Tidak yakin apakah akan masuk sorga atau neraka. Seluruh Muslim di dunia diperintahkan untuk menaikkan doa shalawat bagi keselamatan nabi. Bagaimana nasib saya di akhirat, bila yang saya teladani tidak yakin akan keselamatannya?

Jawaban Saya:

1.   Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (An-Nisaa': 4)

Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan Nabi Muhammad SAW mempunyai sebelas orang istri, sementara Al-Qur’an hanya membatasi hanya empat istri (An Nisaa': 4), manakah yang akan Muslim ikuti?

Dibatasinya kaum lelaki yang hanya boleh menikahi empat orang wanita. Maka dalilnya berasal dari ayat ini, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan jumhur ulama, mengingat makna ayat mengandung pengertian dibolehkan dan pemberian keringanan. Seandainya diperbolehkan mempunyai istri lebih dari itu (yakni lebih dari empat orang), niscaya hal ini akan disebutkan oleh firman-Nya.

Imam Syafii mengatakan, "Sesungguhnya sunnah Rasulullah SAW yang menjelaskan wahyu dari Allah telah menunjukkan bahwa seseorang selain Rasulullah SAW tidak boleh mempunyai istri lebih dari empat orang wanita." Apa yang dikatakan oleh Imam Syafii ini telah disepakati di kalangan para ulama, kecuali apa yang diriwayatkan dari segolongan ulama Syi’ah yang mengatakan, "Seorang lelaki diperbolehkan mempunyai istri lebih dari empat orang sampai sembilan orang." Sebagian dari kalangan Syi'ah ada yang mengatakan tanpa batas. Sebagian dari mereka berpegang kepada perbuatan Rasulullah SAW dalam hal menghimpun istri lebih banyak daripada empat orang sampai sembilan orang wanita, seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih.

Adapun mengenai boleh menghimpun istri sebanyak sebelas orang, seperti yang disebutkan di dalam sebagian lafaz hadis yang diketengahkan oleh Imam Bukhari; sesungguhnya Imam Bukhari sendiri telah men-ta'liq-nya (memberinya komentar). Telah diriwayatkan kepada kami, dari Anas, bahwa Rasulullah SAW menikah dengan lima belas orang istri, sedangkan yang pernah beliau gauli hanya tiga belas orang, yang berkumpul dengan beliau ada sebelas orang, dan beliau wafat dalam keadaan meninggalkan sembilan orang istri. Hal ini menurut para ulama termasuk kekhususan bagi Nabi SAW sendiri, bukan untuk umatnya; karena adanya hadis-hadis yang menunjukkan kepada pengertian tersebut, yaitu membatasi istri hanya sampai empat orang. Dalam pembahasan berikut kami akan mengemukakan hadis-hadis yang menunjukkan kepada pengertian tersebut.

Telah menceritakan kepada kami Isma'il telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri dari Salim dari Ayahnya, bahwa ketika Ghailan bin Salamah Ats Tsaqafi masuk Islam, ia memiliki isteri sepuluh orang. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian mengatakan kepadanya: "Pilihlah empat orang di antara mereka." (Musnad Ahmad: 4380)

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Syafii, Imam Turmuzi, Imam Ibnu Majah, Imam Daruqutni, dan Imam Bailiaqi serta lain-lainnya melalui berbagai jalur dari Ismail ibnu Ulayyah, Gundar, Yazid ibnu Zurai', Sa'id ibnu Abu Arubah, Sufyan As-Sauri, Isa ibnu Yunus, Abdur Rahman ibnu Muhammad Al-Muharibi, dan Al-Fadl ibnu Musa serta lain-lainnya dari kalangan para huffazul hadis, dari Ma'mar berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal sampai pada sabda Nabi Saw.: Pilihlah olehmu empat orang saja di antara mereka! (Tafsir Ibnu Katsir)

Dalam implementasinya, memang secara jujur harus diakui adanya sedikit detail syariah yang berbeda antara Rasulullah SAW dengan umatnya. Namun pengecualian ini sama sekali tidak merusak misi utamanya sebagai pembawa risalah dan juga qudwah. Sebab di balik hal itu, pasti ada hikmah ilahiyah yang tersembunyi.

Misalnya, bila umat Islam tidak diwajibkan melakukan shalat malam, maka Rasulullah SAW justru diwajibkan untuk melakukannya (Al-Muzammil: 19). Bila umat Islam diharamkan berpuasa dengan cara wishal , maka Rasulullah SAW justru diperbolehkan bahkan diperintahkan. Bila isteri-isteri umat Islam tidak diwajibkan bertabir dengan laki-laki ajnabi, khusus buat para isteri Rasulullah SAW telah ditetapkan kewajiban bertabir. Sehingga wajah mereka tidak boleh dilihat oleh laki-laki, sebagaimana mereka pun tidak boleh melihat wajah laki-laki lain. Hal itu berlaku buat para isteri Nabi SAW. Bila wanita yang telah ditinggal mati oleh suaminya selesai dari ‘iddah mereka boleh dinikahi oleh orang lain, maka para janda Rasulullah SAW justru haram dinikahi selamanya oleh siapa pun. Bahkan kepada mereka disandangkan gelar ummahatul mukminin yang artinya adalah ibu orang-orang mukmin. Haramnya menikahi janda Rasulullah SAW sama dengan haramnya menikahi ibu sendiri. Rasulullah SAW juga diharamkan oleh Allah SWT memakan dari harta zakat. Dan masih ada beberapa lagi kekhususan bagi Rasulullah SAW. Salah satunya adalah kebolehan beliau untuk tidak menceraikan isteri yang jumlahnya sudah lebih dari 4 orang. Sedangkan umat Islam lainnya, disuruh untuk menceraikan isteri bila melebihi 4 orang.

2.   Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Hisyam dari bapaknya dari Aisyah radliallahu 'anha, bahwasanya; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menikahinya saat ia berumur enam tahun, dan ia digauli saat berumur sembilan tahun. Dan Aisyah hidup bersama dengan beliau selama sembilan tahun. (Shahih Bukhari: 4738)

Kafir Kristen pemuja Yesus mempermasalahkan Nabi Muhammad SAW yang menikahi ‘Aisyah saat berumur 6 tahun. Perbuatan Nabi tersebut mereka anggap bukan teladan yang baik. Ya, jika kita menggunakan kaca mata manusia saat ini, maka apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW tersebut adalah tidak rasional dan bertentangan dengan tradisi. Tetapi pandanglah dengan kaca mata manusia yang hidup di zaman itu, masa di mana Nabi Muhammad SAW dan ‘Aisyah hidup bersama-sama dalam kebiasaan bangsa Arab dan beberapa abad setelahnya. Menikahi gadis muda belia di Arab pada zaman itu bukan sesuatu yang tabu. Itulah sebabnya pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah tidak pernah dijadikan olok-olok oleh orang-orang kafir dan musyrik. Sebelum dinikahi oleh Rasulullah SAW, Aisyah sudah ditunangkan. Itu bukti kalau pernikahan di usia muda pada zaman itu sangat lumrah dilakukan.  

Justru tidak rasional jika ada manusia zaman ini yang menilai manusia masa lalu dengan sudut pandang manusia masa kini. Tidak masuk akal menilai standar kepantasan manusia masa lalu dengan standar kepantasan manusia masa kini. Para fuqaha di berbagi mazhab fiqih ramai membicarakan dalam kitab-kitab mereka tentang pernikahan sesama anak-anak, bahkan sebagian mereka ada yang membicarakan pernikahan bayi, apakah sah atau tidak?! Apa artinya ini? Ini menunjukkan pernikahan anak di bawah umur sudah biasa terjadi saat itu dan merupakan tradisi mereka, dan saat itu bukan dianggap aneh, apalagi dianggap kejahatan terhadap anak-anak di bawah umur. Lalu hari ini kita hidup di zaman modern menghakimi tradisi masa itu dengan standar tradisi manusia hari ini? Jelas sangat tidak rasional!

Yesus pun dapat di anggap durhaka kepada orang tuanya jika kita melihat perbuatan Yesus dengan kaca mata manusia masa kini. Yesus pernah memanggil ibunya sendiri dengan sebutan perempuan (Yohanes 2:4). Sedangkan penyebutan “perempuan” yang dilakukan oleh seorang anak kepada ibunya adalah perbuatan yang tidak pantas dilakukan jika dilihat dari kaca mata manusia masa kini. Seorang Kristen pernah membahas dalam facebook topik mirip seperti ini. Dia kaget ketika saya katakan Yesus pun dapat dikatakan anak kurang ajar karena memanggil ibunya sendiri dengan panggilan perempuan. Karena Bible cetakan terbaru sudah mengganti kata “perempuan” dengan kata “ibu” agar terlihat lebih sopan. Tetapi Bible bahasa Inggris atau cetakan lebih lama, kata “perempuan” masih dapat Anda temukan. Dia juga bertanya mengapa Nabi Muhammad SAW tidak mengubah kebiasaan yang ada tetapi justru mengikutinya? Saya jawab pertanyaannya tersebut dengan pertanyaan pula, kenapa Yesus tidak mengubah kebiasaan memanggil ibu sendiri dengan panggilan perempuan tetapi justru mengikutinya?

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Saya mempunyai adik berusia sembilan tahun, dan ayah berusia lima puluh tahun. Saya tidak setuju pernikahan dini. Seandainya ada seorang bapak seusia ayah saya, ingin menikahi adik saya, keluarga pasti menolak. Bagaimana dengan keluarga Anda?

Saya juga bisa mengatakan demikian: Saya mempunyai anak berumur tiga puluh tahun. Saya tidak setuju dan saya pasti menolak kalau anak saya tersebut memanggil ibunya dengan sebutan “hai perempuan”. Bagaimana dengan keluarga Anda?

3.   Nabi Muhammad SAW ikut berperang dan terlibat pembunuhan, hal tersebut di anggap oleh kafir Kristen pemuja Yesus bukan teladan yang baik. Kafir Kristen pemuja Yesus tidak mau membunuh orang lain dan menghargai orang lain agar dapat hidup damai.

Nabi Muhammad SAW berperang karena adanya perintah dari Allah SWT untuk memerangi orang-orang kafir, sebagaimana Tuhan dalam Bible Perjanjian Lama juga memerintahkan para Nabi-Nya dan bangsa Israel untuk berperang. Perintah perang dalam Islam dimaksudkan sebagai bentuk perlindungan atau pertahanan diri orang-orang beriman terhadap perlakuan dzalim orang-orang kafir. Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk memerangi orang-orang kafir bukan karena mereka tidak percaya kepada Nabi Muhammad SAW, bukan juga karena mereka tidak mau masuk Islam atau hanya bermaksud untuk mengambil barang jarahan. Orang-orang beriman memerangi orang-orang kafir karena mereka selalu berbuat dzalim dan menebarkan fitnah di tengah-tengah kaum Muslimin. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya;

Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 193)

Jika orang-orang kafir tidak berbuat dzalim dengan memerangi orang-orang beriman atau mengusir orang-orang beriman dari negerinya, maka Allah SWT juga tidak melarang orang-orang beriman untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir, sebagaimana firman Allah SWT;

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (Al-Mumtahanah: 8). Jadi ayat-ayat perang dalam Al-Qur’an itu muncul sebagai tindak lanjut dari ancaman perang orang-orang kafir.

Orang-orang kafir jahiliyah bukanlah orang-orang cinta damai yang dapat bertoleransi dengan dakwah Nabi Muhammad SAW, sehingga harus disikapi dengan penuh damai pula. Terhadap kaum Muslimin, mereka sering membunuh, menyiksa, memboikot kaum Muslimin sehingga banyak yang mati kelaparan. Sikap intoleran orang-orang kafir jahiliyah sudah terlihat sejak awal dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah dan semakin memuncak ketika umat Islam mengalami kemajuan pesat setelah hijrah ke Madinah. Sikap intoleran orang-orang kafir jahiliyah itulah yang di kemudian hari memicu perang. Kafir Kristen pemuja Yesus harusnya lebih banyak membaca Bible, karena di sana juga buanyak ayat-ayat yang memerintahkan berperang.

4.  Nabi Muhammad SAW memiliki budak dan menggauli budaknya tersebut, karena Al-Qur’an membolehkan kaum Muslimin untuk memiliki budak dan menggaulinya. Perbuatan Nabi Muhammad SAW tersebut di anggap oleh kafir Kristen pemuja Yesus bukan teladan yang baik. Mereka menganggap memiliki budak dan menggaulinya adalah perbuatan dosa besar, padahal tidak ada satu ayat pun dalam Bible yang mengharamkan seorang tuan menggauli budaknya. Justru Tuhan dalam Bible mengharuskan seorang tuan untuk menggauli budaknya, jika tidak maka si budak dapat bebas. Agaknya kafir Kristen pemuja Yesus menulis hanya berdasar kebencian mereka terhadap Islam, bukan berdasarkan firman Tuhan. Perhatikan firman Tuhan dalam Bible ini wahai kafir Kristen pemuja Yesus;

Apabila ada seorang menjual anaknya yang perempuan sebagai budak, maka perempuan itu tidak boleh keluar seperti cara budak-budak lelaki keluar. Jika perempuan itu tidak disukai tuannya, yang telah menyediakannya bagi dirinya sendiri, maka haruslah tuannya itu mengizinkan ia ditebus; tuannya itu tidak berhak untuk menjualnya kepada bangsa asing, karena ia memungkiri janjinya kepada perempuan itu. Jika tuannya itu menyediakannya bagi anaknya laki-laki, maka haruslah tuannya itu memperlakukannya seperti anak-anak perempuan berhak diperlakukan. Jika tuannya itu mengambil perempuan lain, ia tidak boleh mengurangi makanan perempuan itu, pakaiannya dan persetubuhan dengan dia. Jika tuannya itu tidak melakukan ketiga hal itu kepadanya, maka perempuan itu harus diizinkan keluar, dengan tidak membayar uang tebusan apa-apa." (Keluaran 21:7-11).  

Saya Sedang Mencari Teladan Yang Baik

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Saya ingin tahu, adakah teladan yang lebih baik lagi? Saya juga ingin belajar tentang teladan Isa Al-Masih, karena katanya Ia tidak pernah berdosa. Maka saya mulai membaca Kitab Suci Injil mengenai kehidupan Isa. Dikatakan bahwa Isa Al-Masih tidak pernah berdosa. Ia melakukan banyak mukjizat, tidak pernah ikut perang, dan Ia ada di sorga.

Ajaran-Nya juga luar biasa. Seperti, “. . . Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” “. . . Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Injil, Matius 5:28, 44).

Saya belum pernah menemukan teladan sebaik ini. Silakan mengemail saya jika Anda ingin mengikuti pelajaran tentang Isa Al-Masih.

Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Yesus tidak pernah berdosa, melakukan banyak mukjizat, tidak pernah ikut perang dan berada di sorga. Sementara itu menurut Injil Kristen sendiri Yesus pernah berbuat dosa dengan berbohong kepada saudara-saudaranya (Yohanes 7:8-10) dan menyuruh murid-muridnya untuk mengambil keledai betina milik orang lain tanpa izin pemiliknya (Matius 21:2). Mengenai mukjizat, Kitab Para Rasul menyatakan Allah yang melakukan mukjizat, sementara Yesus hanya dijadikan perantara untuk menunjukkan kuasa Allah (Kisah Rasul 2:22). Menurut kitab Wahyu, Yesus juga akan berperang memerangi orang-orang kafir ketika dia turun dari sorga (Wahyu 17:14, Wahyu 19:11, Wahyu 2:16). Yesus sekarang memang berada di langit, tetapi itu tidak akan selamanya. Sebab pada saatnya nanti, Yesus akan turun ke dunia dan akan mengikuti syariat Islam, mematahkan salib, mengharamkan babi, menjadi hakim umat Islam, membunuh Dajjal, dan meninggal dan dimakamkan di bumi sebagai seorang Muslim. Perhatikan Hadits Shahih berikut ini;

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada Nabi antara aku dan dia -maksudnya Isa-. Sungguh, kelak ia akan turun, jika kalian melihatnya maka kenalilah. Ia adalah seorang laki-laki yang sedang (tidak tinggi ataupun pendek), berkulit merah keputih-putihan, mengenakan kain berwarna kekuningan. Seakan rambut kepala menetes meski tidak basah. Ia akan memerangi manusia hingga mereka masuk ke dalam Islam, ia memecahkan salib, membunuh babi dan membebaskan jizyah (pajak). Pada masanya Allah akan membinasakan semua agama selain Islam, Isa akan membunuh Dajjal, dan akan tinggal di dunia selama empat puluh tahun. Setelah itu ia meninggal dan kaum muslimin menshalatinya." (Sunan Abu Daud: 3766)

Sebagai seorang Nabi, Isa AS atau Yesus sudah barang tentu memiliki akhlak mulia yang dapat menjadi teladan bagi umat manusia. Tetapi hal tersebut bukanlah alasan untuk membenarkan perbuatan orang-orang kafir yang menjadikannya sesembahan selain Allah. Orang-orang yang menganggap Yesus sebagai Tuhan dan menyembah kepadanya, bukanlah orang-orang yang benar-benar menjadikan Yesus sebagai teladan hidupnya. Bagaimana kafir Kristen pemuja Yesus dapat mengklaim diri mereka meneladani Yesus? Sementara mereka berdoa dan menyembah tidak kepada Tuhannya Yesus! Siapa yang menjadi teladan kafir Kristen pemuja Yesus tatkala mereka menganggap Yesus sebagai Tuhan dan menyembah kepadanya? Sementara Yesus sendiri tidak pernah sekalipun menyatakan dirinya Tuhan dan meminta manusia untuk menyembah kepadanya! Yesus yang mereka sembah tersebut justru mengajarkan bahwa Tuhan itu satu, menyembah dan berdoa hanya kepada-Nya (Markus 12:29, Matius 26:39, Matius 6:6). Itulah teladan Yesus yang dilupakan oleh para pemuja Yesus.      

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mencari Teladan Yang Baik Agar Lebih Sholeh"

Posting Komentar

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.