Pada bulan Ramadhan tahun ini
kafir Kristen pemuja Yesus kembali menyinggung puasa yang dilakukan umat Islam.
Tidak kurang dari tiga artikel tentang puasa yang sudah mereka tulis, salah
satunya akan saya berikan tanggapan di posting kali ini. Sama seperti sebagian
besar tulisan-tulisan mereka sebelumnya, saya tidak melihat sesuatu yang
istimewa dari tulisan mereka kali ini. Sebagian besar hanya bermodal copas
terjemahan ayat Al-Qur’an kemudian menafsirkannya seenak udelnya (pusarnya)
sendiri. Itu pun masih di tambah dengan segala kebohongan yang mereka harap
dapat menipu dan memperdayai umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Usaha mereka akan sia-sia dan pasti sia-sia. Itu karena umat Islam tidak akan
bisa di tipu dengan model kebohongan seperti itu. Yang tertipu dan teperdaya
dengan model kebohongan seperti itu justru dari kalangan mereka sendiri yang
masih buta dan bodoh tentang Islam. Maka dari itu, ada baiknya kaum awam dari kafir pemuja Yesus untuk membaca sampai selesai tulisan saya di sini. Jadikanlah tulisan saya ini sebagai pembanding informasi yang anda peroleh dari situs Kristen. Jangan lagi mau di bodoh-bodohi. Anda yang selama ini sudah berhasil di bodohi dengan berbagai doktrin Kristen oleh gereja, jangan mau lagi di bodohi dengan informasi yang salah tentang Islam oleh saudara anda sendiri yang sebenarnya sama awamnya dengan anda, yang berani menggurui umat Islam seolah-olah mereka lebih paham tentang Islam dari pada umat Islam sendiri. Selamat membaca dan saya tunggu komentarnya.
Kafir pemuja Yesus mengatakan bahwa
menurut mereka di antara tujuan puasa adalah untuk menolong menambah kontrol
pada diri sendiri. Mereka menyatakan tujuan seperti itu tidak terjadi pada
bulan Ramadhan. Umat Islam menurut mereka justru tidak sanggup menambah kontol
diri pada saat menjalankan ibadah puasa. Sumber yang mereka gunakan berasal dari
website barat yang menyatakan di Algeria pada bulan Ramadhan kekerasan dalam
rumah tangga meningkat 120%, kenaikan kecelakaan 410%. Juga perkelahian dan
pertengkaran naik 320%. Sumber yang digunakan kafir Kristen pemuja Yesus
tersebut belum dapat dibuktikan validitasnya. Peningkatan tindak kejahatan yang
terjadi di Algeria selama bulan Ramadhan -jika itu valid- juga tidak dapat mereka
jadikan alasan untuk dapat berkesimpulan semua Muslim tidak dapat berpuasa
dengan baik. Umat Islam bukan cuma ada di Algeria, tentu tidak adil menghukum
semua umat Islam yang ada di dunia dengan perilaku menyimpang sebagian kecil
umat Islam yang ada di sebuah negara. Saya sebagai seorang Muslim yang setiap
tahunnya harus berpuasa Ramadhan, merasa tidak pernah melihat peningkatan
kejahatan seperti yang dituduhkan. Kehidupan saya sendiri dan orang-orang di
sekitar saya yang mayoritas Muslim berjalan normal seperti bulan-bulan lainnya,
tidak ada kekerasan dalam rumah tangga, tidak ada perkelahian dan pertengkaran.
Jikalau pun ada tindak kejahatan
yang dilakukan oleh sebagian umat Islam saat bulan Ramadhan, itu sepenuhnya
kesalahan manusianya, bukan kesalahan bulan puasa atau agamanya. Karena ibadah
puasa yang di tuntut Islam bukanlah puasa yang hanya menahan rasa lapar dan
dahaga saja, melainkan juga harus menghindarkan diri dari segala perbuatan yang
sia-sia seperti perkataan kotor dan perbuatan kotor. Menghindari sedapat
mungkin berperilaku buruk dan perkelahian, sebagaimana hadits Shahih di bawah
ini:
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari
Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu; Bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shaum itu benteng, maka
(orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula
berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya
maka katakanlah aku sedang shaum (ia mengulang ucapannya dua kali). Dan
demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang
shaum lebih harum di sisi Allah Ta'ala dari pada harumnya minyak misik, karena
dia meninggalkan makanannya, minuman dan nafsu syahwatnya karena Aku. Shaum itu
untuk Aku dan Aku sendiri yang akan membalasnya dan setiap satu kebaikan
dibalas dengan sepuiluh kebaikan yang serupa". (Shahih Bukhari: 1761)
Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Puasa itu adalah tameng, jika salah seorang dari kalian berpuasa, hendaklah
dia tidak berkata kotor dan tidak berperilaku buruk. Jika seseorang
memeranginya atau menghinanya hendaklah dia berkata; 'Aku sedang berpuasa, aku sedang
berpuasa." (Muwatha'
Malik: 602)
Apa akibatnya jika seorang Muslim
yang sedang berpuasa tetapi masih juga berperilaku buruk, tidak meninggalkan
ucapan keji dan perbuatan keji? Jawabnya adalah Allah tidak butuh orang itu
meninggalkan makan dan minumnya. Artinya ibadah puasa yang demikian adalah
sia-sia, tidak diterima puasanya, tidak memperoleh pahala justru mendapat dosa.
Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Dza'bi telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Maqbariy
dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang tidak
meninggalkan ucapan keji dan berbuat keji, Allah tidak butuh orang itu
meninggalkan makan dan minumnya". (Shahih Bukhari: 1770)
Kafir Kristen pemuja Yesus berkata: Isa Al-Masih pernah berpuasa 40
hari (Injil, Rasul Lukas 4:1-13). Bagaimana Ia berhasil mengalahkan godaan
Iblis? Ketika Isa berpuasa, Iblis menggoda Dia agar membuat batu menjadi roti.
Isa menunjukkan kontrol pada diri sendiri dengan menolak tawaran Iblis. Ia
mengutip ayat suci Taurat, “Manusia hidup
bukan dari roti saja” (Taurat, Kitab
Ulangan 8:3). Kiranya Anda membaca ayat-ayat suci dari Zabur dan Injil pada
bulan puasa. Kutiplah ayat-ayat tersebut tatkala Iblis menggoda. Anda akan
dapat menghindari KDRT dan tindakan-tindakan lain yang tidak suci.
Jawaban saya: Kafir Kristen pemuja Yesus berkata bahwa ketika Yesus
berpuasa, ia berhasil mengalahkan godaan Iblis dengan cara mengutip atau membaca
ayat Taurat di kitab Ulangan. Kafir Kristen pemuja Yesus kemudian mengajak umat
Islam yang sedang berpuasa untuk juga mengutip atau membaca ayat-ayat Taurat,
Zabur dan Injil seperti Yesus agar dapat berpuasa dengan baik. Saran kafir
Kristen pemuja Yesus agar umat Islam yang berpuasa membaca ayat-ayat Taurat,
Zabur dan Injil tidak akan banyak membantu. Itu karena yang dihadapi umat Islam
dalam berpuasa adalah godaan syaitan yang ada dalam diri masing-masing, berbeda
dengan syaitan yang mencobai Yesus saat berpuasa. Godaan syaitan dari dalam
diri tidak akan hilang hanya dengan membaca ayat, apalagi jika ayat-ayat yang
di baca berasal dari Taurat dan Zabur yang sekarang ini tak jelas mana yang
asli firman Allah dan mana yang karangan manusia belaka, dan Injil yang ada di
Kristen sekarang tidak lebih dari pada karya sastra yang anggap sebagai firman
Tuhan, tidak akan berguna juga membacanya. Jika dengan membaca ayat-ayat dapat
menghilangkan godaan syaitan dalam diri orang yang berpuasa, tentu umat Islam
akan membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang terjamin sepenuhnya firman Allah dari
pada Taurat, Zabur dan Injil yang tidak jelas itu.
Kafir Kristen pemuja Yesus berkata: Iblis juga menggodai supaya
orang yang kuat berpuasa menjadi angkuh. Kadang-kadang mereka memamerkan diri,
mencari perhatian, dan pujian karena amalnya. Bagaimana nasihat Isa
Al-Masih tentang masalah tersebut? Orang
yang berpuasa tidak boleh kelihatan muram mukanya, mengubah air mukanya, supaya
orang tahu mereka berpuasa. Umat Kristen dianjurkan berpuasa, tetapi tidak
terang-terangan. Orang lain tidak perlu mengetahuinya. Akibatnya orang Islam
jarang tahu kalau orang Kristen berpuasa. Ayat suci Injil berbunyi, “. . . apabila engkau berpuasa . . . . jangan dilihat oleh orang bahwa engkau
sedang berpuasa . . .” (Injil, Rasul
Besar Matius 6:16-18).
Jawaban saya: Mengenai keikhlasan dalam menjalankan ibadah, kafir
Kristen pemuja Yesus tidak perlu sampai repot-repot menggurui umat Islam. Apa
yang diucapkan Yesus di atas dimaksudkan untuk mendidik bangsa Israel agar
tulus, ikhlas dan tidak ada yang di maksud dalam ibadah selain Tuhan. Tidak ada
yang berbeda dengan Islam dalam hal ini. Dalam Islam, ibadah harus karena
Allah, bukan karena lain-lainnya, seperti ingin di puji orang (Riya) atau ingin
di dengar orang (sum’ah). Orang yang beramal karena Riya dan Sum’ah, maka
ibadahnya akan tertolak dan menjadi orang yang merugi kelak di akhirat. Amal
ibadah memang tidak boleh ditampakkan atau diperlihatkan kepada orang lain,
namun bukan berarti orang lain harus tidak tahu kita beramal atau beribadah.
Letak niat orang beribadah itu ada di hati, sedangkan hati hanya Allah dan
orang yang bersangkutan yang tahu. Jadi menurut saya, sangat berlebihan apabila
berpuasa kita harus meminyaki kepala dan terus menerus mencuci muka. Niat
ibadah itu di hati, selama dalam hati tidak ada maksud lain dalam beribadah
selain Allah, maka tidak mengapa seribu orang mengetahui kita beribadah.
Apalagi jika ibadah itu adalah puasa. Puasa bukanlah ibadah yang dapat
diketahui orang dari melihat perubahan fisik, karena yang tidak berpuasa sekali
pun, dapat memperlihatkan fisik sebagaimana fisik orang yang berpuasa.
Kafir pemuja Yesus berkata: Al-Quran mencatat, “Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa . . .” (Qs 2:183). Namun ajaran
agama Islam tidak menjamin seorang masuk sorga karena berpuasa. Demikian juga
Injil. Suatu waktu Isa menyampaikan perumpamaan kepada para Pakar Agama yang
menyombongkan diri karena ia berpuasa dua kali seminggu. Dekat Bait Allah ada seorang
Pemungut Cukai yang sangat korup. Dia menyesali kejahatannya. Ayat suci
berkata, “. . . pemungut cukai itu
berdiri jauh-jauh dan tidak berani menengadah ke langit. Sambil memukul-mukul
dada tanda menyesal ia berkata, 'Ya Allah, kasihanilah aku, orang yang berdosa!'”
(Injil, Rasul Lukas 18:9-14 KSI).
Isa berkata bahwa Allah
membenarkan Pemungut Cukai (Petugas Pajak), tetapi Pakar Agama tidak. Artinya,
walau seseorang berpuasa bahkan melebihi yang diwajibkan, ia tidak mengalami
keselamatan. Kitab Allah menekankan, “Oleh
anugerahlah kamu telah diselamatkan melalui iman: Itu bukan berasal dari dirimu
sendiri, melainkan pemberian Allah” (Injil,
Surat Efesus 2:8 KSI). Puasa maupun amal apapun tidak menyelamatkan
seseorang dari api neraka. Allah menyediakan keselamatan bagi kita lewat
penyaliban Kalimat Allah. Ia menanggung hukuman dosa kita di kayu salib. Jadi
kita tidak perlu ke neraka.
Jawaban saya: Kafir Kristen pemuja Yesus berkata bahwa ajaran Islam
tidak menjamin seorang Muslim masuk surga karena berpuasa. Ini adalah
pernyataan mereka yang paling lucu. Jika kafir Kristen pemuja Yesus menganggap
puasa tidak menjamin seorang Muslim masuk surga, mengapa mereka sampai harus
berbusa-busa menjelaskan kunci puasa yang berhasil menurut Isa Al-Masih pada
umat Islam? Bukankah dengan demikian mereka membuat segala penjelasan mereka di
awal menjadi sia-sia?
Kafir Kristen pemuja Yesus dalam
setiap tulisannya memang selalu menafikan amal sebagai sarana seseorang untuk
dapat masuk surga. Tujuannya tidak lain agar setiap orang (terutama Muslim)
tidak bergantung pada amal saleh sebagai salah satu upaya dalam mencapai
keselamatan, sehingga dengan mudah kafir Kristen pemuja Yesus dapat
menjerumuskan seorang Muslim ke neraka dengan mengikuti jejak mereka sebagai
pemuja Yesus. Amal saleh tidak menjamin seorang Muslim untuk masuk surga, itu
kata para kafir Kristen pemuja Yesus. Sedangkan menurut Al-Qur’an amal saleh
(salah satunya puasa) adalah salah satu faktor yang dapat mengantarkan seorang
Muslim untuk masuk surga, bahkan Allah telah mengistimewakan orang-orang yang
berpuasa dengan pintu surga khusus untuk mereka yang berpuasa bernama Ar-rayyan
(Shahih Bukhari: 1763). Jika seseorang dapat masuk neraka karena perbuatan dosa
yang dilakukannya, mengapa seorang Muslim tidak dapat masuk surga dengan amal
salehnya? Inilah penyimpangan nalar para kafir Kristen pemuja Yesus.
0 Response to "Puasa: Tiga Kunci Berhasil Menurut Isa Al-Masih"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.