Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Berwudhu, Dapatkah Menjamin Sholat Diterima Allah?

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. Dan, jika kamu junub, mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu bersyukur.” (QS al-Maidah: 6).

Dalam ayat ini, Allah SWT mensyariatkan wudhu bagi Muslim ketika hendak melakukan shalat adalah untuk mensucikan dan membersihkan mereka. Di samping itu, untuk menjaga kesehatan melalui kebersihan secara lahir yang dilakukan paling tidak lima kali sehari. Wudhu juga membersihkan diri dari dosa dan kesalahan yang dilakukan anggota badan. Rasulullah saw juga menjelaskan, bekas berwudhu pun akan menjadi saksi bagi orang-orang yang melakukannya. Yaitu, dengan bersinarnya bekas-bekas anggota badan yang dibasuh dan dicuci ketika berwudhu.


Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Khalid dari Sa'id bin Abu Hilal dari Nu'aim bin Al Mujmir berkata, "Aku mendaki masjid bersama Abu Hurairah, lalu dia berwudlu' dan berkata, "Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah berseri-seri karena sisa air wudlu, barangsiapa di antara kalian bisa memperpanjang cahayanya hendaklah ia lakukan." (Shahih Bukhari: 133)

Dan telah menceritakan kepadaku Harun bin Sa'id al-Aili telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada kami Amru bin al-Harits dari Sa'id bin Abu Hilal dari Nu'aim bin Abdullah bahwa dia melihat Abu Hurairah berwudlu, lalu membasuh wajahnya dan kedua tangannya hingga hampir mencapai lengan, kemudian membasuh kedua kakinya hingga meninggi sampai pada kedua betisnya, kemudian dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya umatku datang pada hari kiamat dalam keadaan putih bercahaya disebabkan bekas wudlu. Maka barangsiapa di antara kalian mampu untuk memanjangkan putih pada wajahnya maka hendaklah dia melakukannya'." (Shahih Muslim: 363)

Pengertian wudhu secara bahasa, menurut Al Imam Ibnu Atsir Al-Jazary rohimahumullah (seorang ahli bahasa) menjelaskan bahwa jika dikatakan wadhu, maka yang dimaksud adalah air yang digunakan berwudhu. Bila dikatakan wudhu, maka yang diinginkan di situ adalah perbuatannya. Jadi, wudhu adalah perbuatan sedang wadhu adalah air wudhu. Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy rohimahulloh, kata wudhu terambil dari kata al-wadho’ah / kesucian. Wudhu disebut demikian, karena orang yang sholat membersihkan diri dengannya. Akhirnya, ia menjadi orang yang suci.”

Sedangkan pengertian wudhu secara syariat, menurut Syaikh Sholih Ibnu Ghonim As-Sadlan Hafishohulloh adalah adalah menggunakan air yang suci lagi menyucikan pada anggota-anggota badan yang empat (wajah, tangan, kepala dan kaki) berdasarkan tata cara yang khusus menurut syariat”. Jadi definisi wudhu bila ditinjau dari sisi syariat adalah suatu bentuk peribadatan kepada Allah Ta’ala dengan mencuci anggota tubuh tertentu dengan tata cara yang khusus.

Kafir Kristen pemuja Yesus bertanya: Apakah wudhu menjamin Shalat diterima Allah? Saya jawab: ya, wudhu menjamin Shalat diterima Allah, berdasarkan hadits-hadits shahih berikut ini:

Telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Nashr telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq dari Ma'mar dari Hammam dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah tidak menerima shalat salah seorang diantara kalian jika berhadas hingga ia berwudhu." (Shahih Bukhari: 6440)

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi' telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq bin Hammam telah menceritakan kepada kami Ma'mar bin Rasyid dari Hammam bin Munabbih saudara Wahab bin Munabbih, dia berkata, "Inilah sesuatu yang diceritakan oleh Abu Hurairah kepada kami, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadas sehingga dia berwudlu." (Shahih Muslim: 330)

Manakah Yang Paling Penting, Kebersihan Tubuh Atau Hati?

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Datang menghadap Sang Khalik dalam keadaan tubuh dan pakaian bersih memang tidak salah. Tetapi apakah itu lebih penting dibandingkan kebersihan hati? Manusia memang terkadang hanya melihat dan memperhatikan apa yang terlihat oleh mata jasmani. Manusia cenderung membersihkan 'kotoran-kotoran' yang terlihat oleh mata. Biasanya ia mengabaikan 'kotoran-kotoran' lain yang seharusnya lebih penting dibersihkan dari sekedar membersihkan tubuh. Taurat, Kitab I Nabi Besar Samuel 16:7 berkata: “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." Jelas, ayat ini menekankan bahwa Allah melihat kebersihan hati seseorang yang datang menghadap-Nya. Keadaan hati lebih utama dibandingkan kebersihan tubuh jasmani. Kalau tubuh bersih dan hati kotor, penyembah pasti ditolak Allah!

Saya jawab: Jika datang menghadap sang Khalik dalam keadaan tubuh dan pakaian bersih di anggap tidak salah oleh kafir Kristen pemuja Yesus, mengapa kemudian mereka mempermasalahkannya?! Umat Islam memang di tuntut untuk bersih dan suci ketika akan Shalat; baik tubuh, pakaian dan tempat yang akan digunakan. Tetapi itu bukan berarti umat Islam hanya mementingkan kebersihan dan kesucian tubuh dan pakaian saja. Kebersihan tubuh atau kebersihan hati sama-sama pentingnya bagi umat Islam, tidak ada yang lebih penting di antara keduanya, dan Shalat yang akan didirikan adalah salah satu ikhtiar umat Islam untuk menjaga kebersihan dan kesucian hati.

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al 'Ankabuut: 45)

Bagaimana Mendapatkan “Hati Yang Suci”?

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Dalam Injil Markus 7:21-22, Isa Al-Masih menekankan: "Dari hati orang timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan". Kotoran-kotoran inilah yang seharusnya terlebih dahulu dibersihkan dari tubuh rohani kita sebelum datang menghadapi-Nya. Bagaimana mungkin kita dapat memanjatkan setiap doa, sholat, pujian dan penyembahan bila hati masih dipenuhi oleh 'kotoran-kotoran'? Kotoran hati ini yang membuat kita terlihat menjadi jijik di hadapan Allah! Sudah jelas Allah menyediakan jalan indah supaya dosa Saudara dibersihkan, yaitu dengan penebusan dosa oleh darah Yesus.

Saya jawab: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa dengan menerima Yesus sebagai juru selamat dan penebus dosa dapat membersihkan hati dari kekotoran. Jika itu benar, umat Kristen yang telah meyakini Yesus sebagai juru selamat dan penebus dosa tentunya hati mereka sudah bersih dari kotoran. Tetapi mengapa banyak dari mereka masih melakukan pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, dan kebebalan? Jika seandainya dengan meyakini Yesus sebagai juru selamat dan penebus dosa dapat membuat hati mereka bersih dari kekotoran, tentu tidak akan banyak pelecehan seksual di gereja-gereja. Tidak akan ada seorang biarawati hamil tanpa diketahui siapa yang menghamilinya. Dan kita tidak akan menemukan sejarah gelap para paus Katolik. Itu semua merupakan bukti bahwa dengan meyakini Yesus sebagai juru selamat dan penebus dosa, tidak akan menjamin hati kita menjadi bersih dari kekotoran, apalagi menjamin kita masuk surga.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Berwudhu, Dapatkah Menjamin Sholat Diterima Allah?"

Posting Komentar

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.