Kematian merupakan akhir
kehidupan setiap makhluk. Artinya, tidak ada yang kekal di dunia. Cepat atau
lambat, semua pasti mengalaminya. Demikian juga Muhammad dan Isa Al-Masih.
Sebagai nabi terbesar dalam ajaran Islam dan Kristen, adakah hikmah dibalik
wafat mereka? Adakah perbedaan misi dan pengharapan dalam kematian keduanya?
Memahami hikmah wafat mereka, membuat Anda mengerti kuasanya masing-masing!
Adakah Nubuat Bagi Kematian Muhammad dan Isa Al-Masih?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Baik dalam Al-Quran maupun
hadist, kita tidak pernah menemukan ada nubuat tentang wafat Muhammad.
Kematiannya yang mendadak, meninggalkan duka mendalam bagi pengikutnya. Berbeda
dengan Isa Al-Masih. Tujuh ratus tahun sebelumnya, nabi Allah telah menubuatkan
bagaimana Isa menghadapi kematian-Nya. “ . . . dalam matinya ia [Isa Al-Masih]
ada di antara penjahat-penjahat, . . .” (Taurat, Kitab Nabi Yesaya 53:9). Tahun
33 Masehi, nubuat tersebut digenapi. “. . .
prajurit-prajurit itu [Romawi]
menyalibkan Yesus [Isa Al-Masih]” (Injil Rasul Besar Yohanes 19 :23).
Jawaban Saya: Kitab Taurat sudah ada jauh sebelum Injil di tulis.
Maka sangat mudah bagi penulis-penulis Injil untuk menuliskan kisah Yesus agar berkesesuaian
dengan ayat-ayat yang ada dalam kitab Taurat. Tujuannya tentu saja untuk
membuat orang-orang Yahudi mau menerima Yesus karena melihat seolah Yesus telah
dinubuatkan. Singkatnya, penulis-penulis Injil memang sengaja menulis
kisah-kisah Yesus sesuai dengan gambaran ayat-ayat Taurat, agar muncul persepsi
Yesus telah dinubuatkan di banyak tempat dalam Taurat.
Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam
matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat
kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. (Yesaya 53:9). Ayat ini
dikatakan oleh kafir Kristen pemuja Yesus sebagai nubuat akan kematian Yesus,
padahal kalau dibaca ayat selanjutnya, akan terlihat bahwa perkataan mereka itu
tidak benar. Kalaupun Yesaya 53:9 adalah nubuat, tidak mungkin nubuat tersebut
untuk Yesus, karena di ayat selanjutnya dikatakan bahwa orang yang di maksud
Yesaya 53:9 adalah orang yang memiliki keturunan dan Yesus tidak pernah menikah
apalagi memiliki keturunan. Perhatian ayat ini;
Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia
menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat
keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana
olehnya. (Yesaya 53:10).
Kematian Muhammad dan Isa Fakta Bahwa Keduanya Manusia?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Dari penjelasan di atas kita
dapat menyimpulkan bahwa kematian Muhammad karena mengikuti siklus hidup
manusia umumnya. Yaitu: Lahir, bertumbuh, hingga akhirnya meninggal dunia.
Bagaimana dengan Isa Al-Masih? Bukankah Ia juga mengalami kematian dan hal itu
menandakan bahwa Ia manusia? Benar! Tapi Kitab Suci Allah memberi
kesaksian “ . . . Ia [Isa Al-Masih],
yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, . . .” (Injil, Surat 1
Petrus 3:18). Jadi yang disalibkan dan mati adalah tubuh kemanusiaan Isa
Al-Masih. Bukan ke-Ilahian-Nya, sebab Tuhan tidak dapat mati.
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus beranggapan bahwa dalam
diri Yesus terdapat dua entitas yang berbeda yaitu Tuhan dan manusia. Entitas
Tuhan lebih kuat daripada entitas manusia. Kalau memang Yesus memiliki dua
entitas tersebut, maka entitas Tuhan-lah yang akan lebih dominan karena entitas
Tuhan lebih kuat daripada entitas manusia. Jadi jika benar Yesus itu Tuhan
sekaligus manusia, maka Yesus tidak akan memperlihatkan kelemahan sebagaimana
manusia, termasuk tidak akan pernah mati. Fakta bahwa Yesus memperlihatkan
kelemahan sebagaimana manusia bahkan sampai mati di salib adalah bukti Yesus
hanyalah manusia biasa, bukan Tuhan.
Makna Kematian Isa Al-Masih
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Setelah tiga hari berada dalam
kubur-Nya, Isa bangkit dan hidup lagi. Ini fakta bahwa sebenarnya tujuan
kematian Isa Al-Masih ialah menanggung hukuman dosa dan mengampuni dosa
manusia. “Sebab inilah darah-Ku, . . . . ditumpahkan bagi banyak orang untuk
pengampunan dosa. (Injil, Rasul Besar Matius 26:28). Misi kematian dan
kebangkitan-Nya untuk menjamin sorga bagi para pengikut-Nya. Isa berkata, “Di
rumah Bapa-Ku [di sorga] banyak tempat tinggal . . . Sebab Aku pergi ke situ
untuk menyediakan tempat bagimu . . . Aku akan datang kembali dan membawa kamu
ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada” (Injil,
Rasul Besar Yohanes 14:2-3).
Jawaban Saya: Sebab inilah
darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk
pengampunan dosa (Matius 26:28). Penulis Injil Matius menyandarkan ucapan
itu kepada Yesus. Ada banyak hal yang harus menjadi bahan pertimbangan bagi
siapa pun orang yang mempercayai ayat itu sebagai ucapan Yesus. Yang saya
ketahui, Injil baru ditulis puluhan hingga ratusan tahun setelah Yesus di
angkat ke langit, itu artinya Yesus tidak dapat mengkonfirmasi kebenaran ucapan
di Matius 26:28 sebagai ucapannya dirinya. Menurut pengakuan orang Kristen yang
ketika itu berdebat
dengan saya, Injil Matius ditulis mulai tahun 40 Masehi sampai abad ke 2
Masehi. Menurut saya tidak masuk akal, masak untuk menulis satu kitab saja butuh
waktu hampir 200 tahun. Selain itu penulis Injil Matius ternyata bukanlah
Matius murid langsung Yesus. Injil Matius ditulis oleh orang lain yang bernama
Matius, dia hidup di 200 tahun setelah Yesus. Penulis Injil Matius siapa pun
orangnya, tidak mungkin mendengar langsung ucapan Yesus karena penulis Injil
Matius lahir jauh setelah Yesus di angkat ke langit. Jadi tidak mungkin penulis
Injil Matius dapat mengutip ucapan Yesus kecuali melalui saksi-saksi. Jika
Injil Matius ditulis berdasarkan pengakuan saksi-saksi, siapa sajakah
saksi-saksi itu? Bagaimanakah kejujuran mereka? Pertanyaan-pertanyaan tersebut
tidak akan mungkin terjawab walau sampai kiamat sekalipun.
Sedikit tambahan. Semua Injil,
termasuk Injil Matius, pada mulanya tidak pernah di anggap sebagai kitab suci.
Orang Kristen periode awal tidak pernah menganggap Injil sebagai kitab suci
yang berisi firman Allah. Mereka menganggap Injil hanya sebatas kisah rakyat
atau dongeng. Oleh karenanya, orang Kristen periode awal tidak pernah mensejajarkan
Injil dengan Taurat dan tidak pernah Injil dibacakan dalam rumah ibadah. Baru
di tahun 300 Masehi mulai ada upaya menjadikan Injil sebagai kitab suci untuk
kemudian disejajarkan dengan Taurat. Dengan fakta-fakta yang telah saya
terangkan tadi, rasanya tidak mungkin menerima Injil menjadi sumber informasi
yang tepercaya.
Siapa Dapat Memberi Jaminan Hidup Kekal?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Dalam Qs 46:9 nabi umat Islam
mengaku " . . . aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku
dan tidak pula terhadapmu . . .”. Bahkan menjelang kematiannya dia berdoa, “Ya
Allah! Ampunilah saya! Kasihanilah saya dan hubungkanlah saya dengan Teman Yang
Maha Tinggi . . .” (Hadis Shahih Bukhari 1573). Kita menemukan hal berbeda
dalam diri Isa Al-Masih. Ia tidak pernah meminta ampun. Qs 19:19 berkata Ia
suci adanya. Sejak dalam kandungan hingga wafat. Sebab itu Isa tidak minta
syafaat untuk diri-Nya. Lagi Isa berkuasa memberi syafaat bagi orang lain,
yaitu orang berdosa. Isa berjanji, “Aku memberikan hidup yang kekal kepada
mereka [para pengikut-Nya] dan mereka pasti tidak akan binasa sampai
selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku”
(Injil, Rasul Besar Yohanes 10:28) Sungguh indah bukan jika ada yang menjamin
hidup kekal Anda!?
Jawaban Saya: : Firman Allah SWT, Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku
tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula)
terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan
aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan."
(Al Ahqaaf: 9).
Abu Bakar Al-Huzali telah
meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna firman-Nya: dan aku
tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula)
terhadapmu. (Al-Ahqaf: 9) Adapun di akhirat, maka mendapat pemaafan dari Allah,
dan telah diketahui bahwa hal itu berarti dimasukkan ke dalam surga. Tetapi
Nabi SAW mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah yang akan dilakukan
terhadap dirinya dan tidak (pula) terhadap diri mereka di dunia ini. Apakah
beliau SAW akan diusir sebagaimana para nabi sebelumnya diusir dari negerinya?
Ataukah beliau akan di bunuh sebagaimana para nabi terdahulu banyak yang
dibunuh? Nabi SAW bersabda, "Aku tidak mengetahui apakah kalian akan
dibenamkan ke dalam bumi ataukah dilempari batu-batuan dari langit?"
Pendapat inilah yang dijadikan
pegangan oleh Ibnu Jarir, dan bahwa tiada takwiI lain selain ini.
Dan memang tidak diragukan lagi
pendapat inilah yang sesuai dengan takwil ayat, karena sesungguhnya mengenai
nasib di akhirat sudah dapat dipastikan tempat kembali Rasulullah SAW adalah
surga, begitu pula orang-orang yang mengikutinya. Ada pun apa yang dilakukan
terhadap dirinya (Nabi SAW) di dunia ini, maka beliau tidak mengetahui apakah
akibat dari urusannya dan urusan orang-orang musyrik Quraisy, bagaimanakah
kesudahannya nanti, apakah mereka akan beriman ataukah mereka tetap pada
kekafirannya yang akibatnya mereka akan diazab dan dimusnahkan. (Tafsir Ibnu
Katsir).
Jadi ketidaktahuan Nabi yang di maksud
dalam Al Ahqaaf: 9 adalah ketidaktahuan atas nasib beliau di dunia, apakah
beliau akan di usir atau akan di bunuh oleh orang-orang kafir. Mengenai nasib
Nabi Muhammad SAW di akhirat sudah dapat dipastikan tempat kembali Rasulullah
SAW adalah surga, karena Allah SWT telah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya (Shahih Bukhari 5982). Umatnya pun di jamin
pasti masuk surga, selagi mereka beriman kepada Allah SWT dengan keimanan yang
benar dan taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan telah menceritakan
kepada kami Fulaih telah menceritakan kepada kami Hilal bin Ali dari 'Atha bin
Yasar dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Setiap umatku masuk surga selain yang enggan, "
Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?"
Nabi menjawab: "Siapa yang taat kepadaku masuk surga dan siapa yang
membangkang aku berarti ia enggan." (Shahih Bukhari: 6737).
Kafir Kristen pemuja Yesus
mengutip sebuah hadits yang disebutnya dari Shahih Bukhari 1573. Namun hadits
dengan isi persis seperti kutipan kafir Kristen di atas tidak dapat saya
temukan, tetapi ada hadits yang memiliki makna sama, Telah menceritakan kepada kami Mu'alla bin Asad Telah menceritakan
kepada kami Abdul 'Azid bin Mukhtar Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin
Urwah dari Abbad bin Abdullah bin Zubair bahwa Aisyah mengabarkan kepadanya;
dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata sebelum beliau
wafat di pangkuan Aisyah dan ia pun mendengar ucapan beliau; "Ya Allah,
Ampunilah aku, berikanlah rahmat kepadaku dan pertemukanlah aku dengan
kekasihku!" (Shahih
Bukhari: 4086).
Kafir Kristen pemuja Yesus memang
sering memahami sesuatu dengan pola sebab akibat. Misalnya kalau Nabi Muhammad
SAW berdoa untuk di ampuni dosanya, berarti Nabi Muhammad SAW pernah melakukan
maksiat, padahal tidak harus demikian. Jika pola mereka itu di pakai, maka
Yesus pun dapat di asumsikan pernah bermaksiat. Yesus dalam Injil memang tidak
pernah doa agar dosanya di ampuni, tetapi dalam Injil Yesus diceritakan pernah
dibaptis (Matius 3:13). Baptis itu tanda bahwa orang itu telah bertaubat. Orang
yang melakukan taubat biasanya karena telah melakukan perbuatan dosa dan ingin
agar dosanya di ampuni oleh Tuhan melalui pembaptisan. Kalau Yesus dibaptis itu
berarti Yesus pernah melakukan perbuatan dosa dan ingin agar dosanya di ampuni
Tuhan melalui pembaptisan. Nabi Isa memang di sebut Al-Qur’an sebagai seorang
anak yang suci, tetapi bukan hanya Nabi Isa saja yang suci, karena semua
manusia lahir dalam keadaan suci (Shahih
Muslim: 4804). Jadi sangat salah kalau orang kafir pemuja Yesus menjadikan
Yesus sebagai tumbal penebus dosa, karena Yesus
Bukan Tebusan Yang Sempurna.
0 Response to "Hikmah Wafat Muhammad Dan Isa Al-Masih"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.