Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Mengapa Hukum Syariah Mendiskriminasikan Wanita Islam?

“TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia" (Taurat, Kitab Kejadian 2:18). Demikianlah Allah menciptakan wanita, agar dapat menjadi penolong yang sepadan bagi kaum pria.

Pandangan Budaya dan Negara Terhadap Wanita

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Dalam adat istiadat dan kehidupan bermasyarakat, peranan wanita masih sangat dijunjung tinggi. Misalnya suku Minangkabau, Sumatera Barat. Mereka menempatkan wanita pada posisi “induak bareh” atau “pemimpin” di masyarakat. Dikenal dengan sebutan “bundo kanduang”. Kedudukan wanita suku Minang begitu sentral. Mereka menjadi pemilik seluruh kekayaan, rumah, anak, suku bahkan kaumnya. Di Indonesia sendiri, dikenal dengan “Hari Ibu” yang diperingati setiap tanggal 22 Desember. Pepatah terkenal mengatakan bahwa “surga terletak di kaki ibu”. Maka, wanita bukan mahkluk lemah. Tetapi “penolong”, “pemimpin” di masyarakat, dan “surga bagi keluarganya”. Terlebih dari itu, wanita sepadan dengan pria.

Jawaban Saya: Kafir Kristen mengutip sebuah pepatah “surga terletak di bawah kaki ibu”. Pepatah itu saya ketahui berasal dari Indonesia. Karena Indonesia mayoritas penduduknya seorang Muslim, maka pepatah itu tentu berasal dari agama Islam. Dalam Hadits Shahih Rasulullah SAW menyatakan bahwa kedudukan seorang ibu lebih tinggi dari pada kedudukan ayah bagi seorang anak, sehingga seorang anak harus mendahulukan berbakti kepada ibu dari pada kepada ayahnya. Sebagaimana dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, dia berkata; "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." Ibnu Syubrumah dan Yahya bin Ayyub berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah hadits seperti di atas." (Shahih Bukhari: 5514).

Namun sangat disayangkan. Yesus yang di anggap oleh pemujanya sebagai Tuhan dan juru selamat, justru memperlakukan ibunya dengan tidak sepantasnya. Yesus pernah berkata kepada ibunya sendiri, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, perempuan? Saat-Ku belum tiba.” (Yohanes 2:4). Kata “perempuan” dalam terjemahan Perjanjian Baru telah di ubah menjadi “ibu” agar terlihat lebih santun. Terjemahan Perjanjian Baru yang lama dalam bahasa Inggris dengan jelas menyebut kata “Women”. Yesus juga tidak memperlihatkan bakti seorang anak kepada ibunya. Ketika ibunya hendak menemui Yesus, Yesus mengabaikannya dan tidak langsung menemuinya (Matius 12:47-48). Selama membaca Injil, saya tidak pernah menemukan perbuatan Yesus yang dapat di anggap sebagai bakti seorang anak kepada ibunya. Sangat berbeda dengan sosok Nabi Isa AS yang disebutkan sebagai anak yang berbakti kepada ibunya,  dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka (Maryam: 32). Tetapi tentu saja, ayat itu tidak akan pernah di akui oleh kafir Kristen pemuja Yesus karena tidak sesuai dengan “firman Tuhan” yang ada di Injil.

Penilaian Al-Quran Akan Wanita

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Bertolak-belakang dengan penilaian Al-Quran terhadap wanita.  Al-Quran tidak melihat wanita sebagai mahkluk yang kuat dan sepadan dengan pria. Sehingga tidak sedikit hukum yang mengatur hak wanita dalam Al-Quran. Sebagai wanita Muslim harus mematuhi hukum syariah tersebut, bila mereka ingin disebut wanita Muslimah.

Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mempermasalahkan Al-Qur’an yang tidak menempatkan wanita dan pria sederajat. Padahal kalau kafir Kristen pemuja Yesus memiliki rasa malu, mereka tidak akan mempermasalahkan Al-Qur’an yang tidak menempatkan wanita dan pria sederajat. Sebab dalam Bible Perjanjian Baru, pria ditempatkan lebih tinggi dari pada wanita, yang artinya tidak sederajat. Ini dia ayatnya;

Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.  Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. (Efesus 5:23-24).

Bahkan dalam kehidupan bangsa barat yang katanya liberal sekalipun, pria dan wanita diperlakukan berbeda. Misalnya toilet di sana dibedakan antara pria dan wanita, tidak campur baur. Dalam dunia olah raga juga terjadi pembedaan antara pria dan wanita. Bola basket atau bola volly untuk atlit Pria dan atlit wanita memiliki berat bola yang tidak sama. Sepak bola pemainnya juga tidak mencampur pria dan wanita, ada sepak bola pria dan ada sepak bola wanita. Kalau memang pria dan wanita memang harus sederajat, kenapa tidak di campur saja. Itulah bukti kalau dalam masyarakat barat yang liberal sekalipun, mereka sebetulnya sadar kalau pria dan wanita tidak akan pernah sama.

Wanita Muslim dan Hukum Syariah

Kafir Kristen pemuja Yesus: Bila dunia mengenal istilah “emansipasi wanita”, tidak dengan wanita Muslim. Wanita Muslim harus rela menerima kodratnya satu tingkat di bawah pria (Qs 2:228). Juga harus menerima kenyataan bahwa kesaksian mereka di pengadilan hanya bernilai seperempat dari pria. Dalam pembagian harta pusaka, wanita Muslim hanya berhak menerima setengah dari apa yang diterima pria (Qs 4:11). Dan pria, adalah pemimpin bagi wanita. Karena pria telah dilebihkan atas wanita (Qs 4:34).

Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa wanita Muslim tidak mengenal “emansipasi wanita” karena harus rela menerima kodratnya satu tingkat di bawah pria (Qs 2:228), tetapi demikian juga dalam ajaran Kristen. Dalam agama Kristen, kedudukan pria lebih tinggi satu tingkat di atas wanita; Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.  Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. (Efesus 5:23-24). Wanita Kristen juga harus diam di rumah saja, tidak boleh mengajar dan memerintah pria; Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. (1Timotius 2:12).   

Kesaksian wanita Muslim seperempat dari Pria. Yang di maksud oleh kafir Kristen pemuja Yesus dalam hal ini adalah ayat; Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. (An-Nuur: 4). Perhatikan ayatnya, di situ tidak ada kekhususan yang di minta kesaksian empat orang adalah untuk kesaksian wanita. Kesaksian pada ayat tersebut berlaku umum, baik untuk laki-laki ataupun wanita. Dalam kasus tuduhan perzinahan terhadap wanita yang baik-baik, harus ada empat orang saksi laki-laki atau empat orang saksi wanita.      

Hak waris wanita setengah dari pria (Qs 4:11), tetapi dalam Bible Perjanjian Lama hanya anak laki-laki saja yang menerima warisan. Anak wanita dapat menerima warisan ayahnya hanya jika mereka tidak mempunyai saudara laki-laki. Perhatikan ayatnya; Dan kepada orang Israel engkau harus berkata: Apabila seseorang mati dengan tidak mempunyai anak laki-laki, maka haruslah kamu memindahkan hak atas milik pusakanya kepada anaknya yang perempuan. (Bilangan 27:8). Sedangkan dalam hukum Islam, wanita memperoleh warisan ada atau tidak ada saudara laki-laki.

Wanita, Pria, dan Hukum Perkawinan Islam

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Selain hukum syariah yang mengatur hak wanita Muslim, seorang wanita Muslim juga harus tunduk dengan hukum perkawinan yang tidak “memihak” pada mereka. Di antaranya, mereka harus merelakan bila suatu saat suaminya ingin menceraikan dan menggantinya dengan isteri lain (Qs 4:20). Juga harus bersedia bila suaminya mengambil isteri lagi, sebanyak dua, tiga, bahkan sampai empat isteri (Qs 4:3). Sebegitu rendahkah kodrat wanita Muslim, sehingga harus pasrah menerima kenyataan kodratnya lebih rendah dibanding pria? Dan, adakah wanita yang rela berbagi suami dengan wanita lain?

Jawaban Saya: Dalam hal perceraian, kita sepakat bahwa pria lebih mampu menguasai diri dan menahan emosinya dari pada wanita. Ia lebih mampu menimbang setiap perkara dengan akal sehat dan memikirkan resiko-resiko besar akibat bobroknya kehidupan rumah tangga. Di samping itu, pria adalah orang yang menanggung berbagai kesulitan dan beban nafkah dalam keluarga. Sementara itu, wanita tidak menanggung beban dalam rumah tangga, sehingga orang pertama yang merasakan mudarat dari perceraian adalah suami. Oleh karena itu, sangat tepat kalau keputusan di mulai dari tangannya. Meskipun demikian, istri memiliki hak untuk khuluk atau bercerai karena terancam dan dirugikan jika tetap bersama suaminya.

Perceraian tidak dikenal dalam ajaran Kristen, namun demikian bukan berarti orang-orang Kristen tidak dapat bercerai. Gereja telah mengganti istilah perceraian perkawinan yang dilarang oleh Yesus dengan istilah pembatalan perkawinan agar orang-orang Kristen masih dapat “bercerai” tanpa merasa berdosa karena melanggar perintah Yesus. Pembatalan perkawinan tidak pernah dikenal dalam Bible Perjanjian Baru, itulah akal-akalan kafir Kristen pemuja Yesus.

Masalah poligami dalam Islam, saya sudah pernah menjawabnya panjang lebar tentang tuduhan kafir Kristen pemuja Yesus seputar poligami dalam Islam. Anda dapat membaca di postingan saya Benarkah Poligami Hukum Allah?

Pria dan Wanita Adalah Sama

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Allah memberi wahyu melalui Rasul-Nya, “Dalam hal ini....tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Injil, Surat Galatia 3:28). Dan Injil melihat bahwa pria dan wanita adalah sama. “Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan“ (Injil, Surat 1 Korintus 11:11). Sehingga seorang suami wajib mengasihi isterinya dan tidak diperkenankan untuk menceraikannya (Injil, Rasul Markus 10:6-9).

Jawaban Saya: Bagaimana dengan ayat ini; Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.  Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. (Efesus 5:23-24), Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah (1Korintus 11:3). Atau ayat ini; Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. (1Timotius 2:12). Bukankah sudah sangat jelas Paulus menyatakan dalam ayat-ayat tersebut bahwa pria dan wanita tidak memiliki derajat yang sama?  

Sukacita Para Wanita Pengikut Isa Al-Masih

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Isa Al-Masih memberi hak yang sama antara pria dan wanita. Sebab Allah telah menciptakan wanita sepadan dengan pria, baik dalam hidup bermasyarakat maupun dalam pernikahan. Sehingga wanita pengikut Isa tidak perlu khawatir akan diceraikan suaminya. Atau suaminya mengambil wanita lain sebagai isteri tambahan. Sebab Isa Al-Masih telah mengharamkan perceraian dan tidak memperkenankan wanita di poligami. Sebagai wanita yang telah menerima keselamatan dari Isa Al-Masih, mereka sangat bersuka-cita. Sebab Isa Al-Masih telah memberikan hak yang sama kepada mereka, seperti hak yang diterima oleh kaum pria.

Jawaban Saya: Yesus tidak pernah menganggap pria dan wanita sepadan. Anda dapat membaca dalam Bible Perjanjian Baru, murid-murid Yesus yang laki-laki dapat memperoleh pengajaran tanpa harus duduk di bawah kaki Yesus. Murid-murid Yesus dapat duduk sejajar dengan gurunya saat mereka memperoleh pengajaran. Tetapi ketika Maria ingin memperoleh pengajaran, dia tidak duduk sejajar dengan gurunya seperti murid-murid laki-laki. Maria harus duduk di bawah kaki Yesus agar dapat memperoleh pengajaran, persis seperti anjing yang ingin memperoleh rempah roti dari meja makan tuannya. Perilaku Yesus yang seperti itu tentu saja tidak dapat dikatakan sebagai memberi hak yang sama antara pria dan wanita. Yesus sama sekali tidak dapat di sebut menjunjung “emansipasi wanita”.


Kafir Kristen pemuja Yesus yang mengatakan hukum syariah mendiskriminasikan wanita Islam, ternyata mereka sendiri tidak mampu untuk membuktikan agama Kristen tidak mendiskriminasikan wanita. Bukti agama Kristen juga mendiskriminasikan wanita dapat di baca dalam surat-surat Paulus yang menyatakan pria sebagai pemimpin wanita (Efesus 5:23-24, 1Korintus 11:3). Paulus juga memerintahkan seorang wanita untuk diam saja di rumah, tidak boleh mengajar dan tidak boleh memerintah pria (1Timotius 2:12). Ayatnya sudah sangat jelas, mau bilang apa lagi mereka. Wanita Barat dapat hidup “sederajat” dengan pria bukan karena mereka orang-orang Kristen, tetapi karena dampak dari liberalisme yang ada di negara-negara Barat. Sedangkan Bible dan agama Kristen sendiri tidak pernah menempatkan wanita sederajat dengan pria.   

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mengapa Hukum Syariah Mendiskriminasikan Wanita Islam?"

Posting Komentar

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.