“TUHAN Allah berfirman:
"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya, yang sepadan dengan dia" (Taurat, Kitab Kejadian 2:18).
Demikianlah Allah menciptakan wanita, agar dapat menjadi penolong yang sepadan
bagi kaum pria.
Pandangan Budaya dan Negara Terhadap Wanita
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Dalam adat istiadat dan
kehidupan bermasyarakat, peranan wanita masih sangat dijunjung tinggi. Misalnya
suku Minangkabau, Sumatera Barat. Mereka menempatkan wanita pada posisi “induak
bareh” atau “pemimpin” di masyarakat. Dikenal dengan sebutan “bundo kanduang”.
Kedudukan wanita suku Minang begitu sentral. Mereka menjadi pemilik seluruh
kekayaan, rumah, anak, suku bahkan kaumnya. Di Indonesia sendiri, dikenal
dengan “Hari Ibu” yang diperingati setiap tanggal 22 Desember. Pepatah terkenal
mengatakan bahwa “surga terletak di kaki ibu”. Maka, wanita bukan mahkluk
lemah. Tetapi “penolong”, “pemimpin” di masyarakat, dan “surga bagi
keluarganya”. Terlebih dari itu, wanita sepadan dengan pria.
Jawaban Saya: Kafir Kristen mengutip sebuah pepatah “surga terletak
di bawah kaki ibu”. Pepatah itu saya ketahui berasal dari Indonesia. Karena
Indonesia mayoritas penduduknya seorang Muslim, maka pepatah itu tentu berasal
dari agama Islam. Dalam Hadits Shahih Rasulullah SAW menyatakan bahwa kedudukan
seorang ibu lebih tinggi dari pada kedudukan ayah bagi seorang anak, sehingga
seorang anak harus mendahulukan berbakti kepada ibu dari pada kepada ayahnya.
Sebagaimana dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, dia berkata; "Seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah,
siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau
menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian
siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi;
"kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia
bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian
ayahmu." Ibnu Syubrumah dan Yahya bin Ayyub berkata; telah
menceritakan kepada kami Abu Zur'ah hadits seperti di atas." (Shahih
Bukhari: 5514).
Namun sangat disayangkan. Yesus
yang di anggap oleh pemujanya sebagai Tuhan dan juru selamat, justru
memperlakukan ibunya dengan tidak sepantasnya. Yesus pernah berkata kepada
ibunya sendiri, “Mau apakah engkau dari
pada-Ku, perempuan? Saat-Ku belum tiba.” (Yohanes 2:4). Kata “perempuan” dalam terjemahan Perjanjian Baru
telah di ubah menjadi “ibu” agar terlihat lebih santun. Terjemahan Perjanjian
Baru yang lama dalam bahasa Inggris dengan jelas menyebut kata “Women”. Yesus juga tidak memperlihatkan
bakti seorang anak kepada ibunya. Ketika ibunya hendak menemui Yesus, Yesus
mengabaikannya dan tidak langsung menemuinya (Matius 12:47-48). Selama membaca Injil, saya tidak pernah
menemukan perbuatan Yesus yang dapat di anggap sebagai bakti seorang anak
kepada ibunya. Sangat berbeda dengan sosok Nabi Isa AS yang disebutkan sebagai
anak yang berbakti kepada ibunya, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka (Maryam: 32). Tetapi tentu saja, ayat itu tidak akan pernah di akui
oleh kafir Kristen pemuja Yesus karena tidak sesuai dengan “firman Tuhan” yang
ada di Injil.
Penilaian Al-Quran Akan Wanita
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Bertolak-belakang dengan
penilaian Al-Quran terhadap wanita.
Al-Quran tidak melihat wanita sebagai mahkluk yang kuat dan sepadan
dengan pria. Sehingga tidak sedikit hukum yang mengatur hak wanita dalam
Al-Quran. Sebagai wanita Muslim harus mematuhi hukum syariah tersebut, bila
mereka ingin disebut wanita Muslimah.
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mempermasalahkan Al-Qur’an
yang tidak menempatkan wanita dan pria sederajat. Padahal kalau kafir Kristen
pemuja Yesus memiliki rasa malu, mereka tidak akan mempermasalahkan Al-Qur’an yang
tidak menempatkan wanita dan pria sederajat. Sebab dalam Bible Perjanjian Baru,
pria ditempatkan lebih tinggi dari pada wanita, yang artinya tidak sederajat.
Ini dia ayatnya;
Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah
kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah
isteri kepada suami dalam segala sesuatu. (Efesus 5:23-24).
Bahkan dalam kehidupan bangsa
barat yang katanya liberal sekalipun, pria dan wanita diperlakukan berbeda.
Misalnya toilet di sana dibedakan antara pria dan wanita, tidak campur baur. Dalam
dunia olah raga juga terjadi pembedaan antara pria dan wanita. Bola basket atau
bola volly untuk atlit Pria dan atlit wanita memiliki berat bola yang tidak
sama. Sepak bola pemainnya juga tidak mencampur pria dan wanita, ada sepak bola
pria dan ada sepak bola wanita. Kalau memang pria dan wanita memang harus
sederajat, kenapa tidak di campur saja. Itulah bukti kalau dalam masyarakat
barat yang liberal sekalipun, mereka sebetulnya sadar kalau pria dan wanita
tidak akan pernah sama.
Wanita Muslim dan Hukum Syariah
Kafir Kristen pemuja Yesus: Bila dunia mengenal istilah “emansipasi
wanita”, tidak dengan wanita Muslim. Wanita Muslim harus rela menerima
kodratnya satu tingkat di bawah pria (Qs 2:228). Juga harus menerima kenyataan
bahwa kesaksian mereka di pengadilan hanya bernilai seperempat dari pria. Dalam
pembagian harta pusaka, wanita Muslim hanya berhak menerima setengah dari apa
yang diterima pria (Qs 4:11). Dan pria, adalah pemimpin bagi wanita. Karena
pria telah dilebihkan atas wanita (Qs 4:34).
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa wanita
Muslim tidak mengenal “emansipasi wanita” karena harus rela menerima kodratnya
satu tingkat di bawah pria (Qs 2:228), tetapi demikian juga dalam ajaran
Kristen. Dalam agama Kristen, kedudukan pria lebih tinggi satu tingkat di atas
wanita; Karena suami adalah kepala
isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan
tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat
tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala
sesuatu. (Efesus 5:23-24).
Wanita Kristen juga harus diam di rumah saja, tidak boleh mengajar dan
memerintah pria; Aku tidak mengizinkan
perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki;
hendaklah ia berdiam diri. (1Timotius
2:12).
Kesaksian wanita Muslim
seperempat dari Pria. Yang di maksud oleh kafir Kristen pemuja Yesus dalam hal
ini adalah ayat; Dan orang-orang yang
menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu)
delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat
selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. (An-Nuur: 4). Perhatikan ayatnya, di
situ tidak ada kekhususan yang di minta kesaksian empat orang adalah untuk kesaksian
wanita. Kesaksian pada ayat tersebut berlaku umum, baik untuk laki-laki ataupun
wanita. Dalam kasus tuduhan perzinahan terhadap wanita yang baik-baik, harus
ada empat orang saksi laki-laki atau empat orang saksi wanita.
Hak waris wanita setengah dari
pria (Qs 4:11), tetapi dalam Bible Perjanjian Lama hanya anak laki-laki saja
yang menerima warisan. Anak wanita dapat menerima warisan ayahnya hanya jika
mereka tidak mempunyai saudara laki-laki. Perhatikan ayatnya; Dan kepada orang Israel engkau harus
berkata: Apabila seseorang mati dengan tidak mempunyai anak laki-laki, maka
haruslah kamu memindahkan hak atas milik pusakanya kepada anaknya yang perempuan.
(Bilangan 27:8). Sedangkan dalam
hukum Islam, wanita memperoleh warisan ada atau tidak ada saudara laki-laki.
Wanita, Pria, dan Hukum Perkawinan Islam
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Selain hukum syariah yang
mengatur hak wanita Muslim, seorang wanita Muslim juga harus tunduk dengan
hukum perkawinan yang tidak “memihak” pada mereka. Di antaranya, mereka harus
merelakan bila suatu saat suaminya ingin menceraikan dan menggantinya dengan
isteri lain (Qs 4:20). Juga harus bersedia bila suaminya mengambil isteri lagi,
sebanyak dua, tiga, bahkan sampai empat isteri (Qs 4:3). Sebegitu rendahkah
kodrat wanita Muslim, sehingga harus pasrah menerima kenyataan kodratnya lebih
rendah dibanding pria? Dan, adakah wanita yang rela berbagi suami dengan wanita
lain?
Jawaban Saya: Dalam hal perceraian, kita sepakat bahwa pria lebih
mampu menguasai diri dan menahan emosinya dari pada wanita. Ia lebih mampu
menimbang setiap perkara dengan akal sehat dan memikirkan resiko-resiko besar
akibat bobroknya kehidupan rumah tangga. Di samping itu, pria adalah orang yang
menanggung berbagai kesulitan dan beban nafkah dalam keluarga. Sementara itu,
wanita tidak menanggung beban dalam rumah tangga, sehingga orang pertama yang
merasakan mudarat dari perceraian adalah suami. Oleh karena itu, sangat tepat
kalau keputusan di mulai dari tangannya. Meskipun demikian, istri memiliki hak
untuk khuluk atau bercerai karena terancam dan dirugikan jika tetap bersama
suaminya.
Perceraian tidak dikenal dalam
ajaran Kristen, namun demikian bukan berarti orang-orang Kristen tidak dapat
bercerai. Gereja telah mengganti istilah perceraian perkawinan yang dilarang
oleh Yesus dengan istilah pembatalan perkawinan agar orang-orang Kristen masih
dapat “bercerai” tanpa merasa berdosa karena melanggar perintah Yesus.
Pembatalan perkawinan tidak pernah dikenal dalam Bible Perjanjian Baru, itulah
akal-akalan kafir Kristen pemuja Yesus.
Masalah poligami dalam Islam,
saya sudah pernah menjawabnya panjang lebar tentang tuduhan kafir Kristen
pemuja Yesus seputar poligami dalam Islam. Anda dapat membaca di postingan saya
Benarkah
Poligami Hukum Allah?
Pria dan Wanita Adalah Sama
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Allah memberi wahyu melalui
Rasul-Nya, “Dalam hal ini....tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu
semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Injil, Surat Galatia 3:28). Dan
Injil melihat bahwa pria dan wanita adalah sama. “Namun demikian, dalam Tuhan
tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan“
(Injil, Surat 1 Korintus 11:11). Sehingga seorang suami wajib mengasihi
isterinya dan tidak diperkenankan untuk menceraikannya (Injil, Rasul Markus
10:6-9).
Jawaban Saya: Bagaimana dengan ayat ini; Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah
kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah
isteri kepada suami dalam segala sesuatu. (Efesus 5:23-24), Tetapi aku
mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki
ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari
Kristus ialah Allah (1Korintus 11:3).
Atau ayat ini; Aku tidak mengizinkan
perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki;
hendaklah ia berdiam diri. (1Timotius
2:12). Bukankah sudah sangat jelas Paulus menyatakan dalam ayat-ayat
tersebut bahwa pria dan wanita tidak memiliki derajat yang sama?
Sukacita Para Wanita Pengikut Isa Al-Masih
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Isa Al-Masih memberi hak yang
sama antara pria dan wanita. Sebab Allah telah menciptakan wanita sepadan
dengan pria, baik dalam hidup bermasyarakat maupun dalam pernikahan. Sehingga
wanita pengikut Isa tidak perlu khawatir akan diceraikan suaminya. Atau
suaminya mengambil wanita lain sebagai isteri tambahan. Sebab Isa Al-Masih
telah mengharamkan perceraian dan tidak memperkenankan wanita di poligami.
Sebagai wanita yang telah menerima keselamatan dari Isa Al-Masih, mereka sangat
bersuka-cita. Sebab Isa Al-Masih telah memberikan hak yang sama kepada mereka,
seperti hak yang diterima oleh kaum pria.
Jawaban Saya: Yesus tidak pernah menganggap pria dan wanita
sepadan. Anda dapat membaca dalam Bible Perjanjian Baru, murid-murid Yesus yang
laki-laki dapat memperoleh pengajaran tanpa harus duduk di bawah kaki Yesus.
Murid-murid Yesus dapat duduk sejajar dengan gurunya saat mereka memperoleh
pengajaran. Tetapi ketika Maria ingin memperoleh pengajaran, dia tidak duduk sejajar
dengan gurunya seperti murid-murid laki-laki. Maria harus duduk di bawah kaki
Yesus agar dapat memperoleh pengajaran, persis seperti anjing yang ingin
memperoleh rempah roti dari meja makan tuannya. Perilaku Yesus yang seperti itu
tentu saja tidak dapat dikatakan sebagai memberi hak yang sama antara pria dan
wanita. Yesus sama sekali tidak dapat di sebut menjunjung “emansipasi wanita”.
Kafir Kristen pemuja Yesus yang
mengatakan hukum syariah mendiskriminasikan wanita Islam, ternyata mereka
sendiri tidak mampu untuk membuktikan agama Kristen tidak mendiskriminasikan
wanita. Bukti agama Kristen juga mendiskriminasikan wanita dapat di baca dalam surat-surat
Paulus yang menyatakan pria sebagai pemimpin wanita (Efesus 5:23-24, 1Korintus 11:3). Paulus juga memerintahkan seorang
wanita untuk diam saja di rumah, tidak boleh mengajar dan tidak boleh
memerintah pria (1Timotius 2:12). Ayatnya
sudah sangat jelas, mau bilang apa lagi mereka. Wanita Barat dapat hidup “sederajat”
dengan pria bukan karena mereka orang-orang Kristen, tetapi karena dampak dari
liberalisme yang ada di negara-negara Barat. Sedangkan Bible dan agama Kristen
sendiri tidak pernah menempatkan wanita sederajat dengan pria.
0 Response to "Mengapa Hukum Syariah Mendiskriminasikan Wanita Islam?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.