Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Karena tinggal di Amerika, saya
jarang bertemu orang Arab. Terlebih Muslim Arab yang menjadi pengikut Isa
Al-Masih. Baru-baru ini, Pak Abbas, seorang Arab mantan Muslim, memberi ceramah
di gereja kami. Waktu muda, ia adalah tentara Suriah. Dia senang membaca buku,
di antaranya karangan Tolstoy dan Dostoyevsky. Dua penulis terkenal Rusia pada
abad 19. Dalam bukunya itu, mereka sering menyinggung Isa Al-Masih. Pak Abbas,
yang dari kecil beragama Islam, ingin tahu lebih banyak mengenai Isa Al-Masih.
Pengaruh Pembacaan Kitab Allah
Ia belum pernah melihat Alkitab.
Hingga satu hari dia meminjam Alkitab dari seorang perwira. Selama satu tahun
ia membaca dengan saksama seluruh Perjanjian Lama (Taurat, Zabur, Nabi-nabi)
sebanyak 13 kali dan Kitab Injil sebanyak 27 kali. Akhirnya, ia menjadi
pengikut Isa Al-Masih. Ia mengalami keselamatan dari dosa dan hidup baru.
Menurut informasi, umurnya sekarang 81 tahun. Beliau sudah membagikan Berita
Injil kepada umat Islam Arab selama lebih dari 50 tahun!
Pernah Tukar Pikiran dengan Pimpinan Indonesia
Saya memberitahu kepadanya bahwa
saya pernah tinggal di Indonesia. Pak Abbas berkata bahwa beberapa tahun silam ia
sempat bertukar-pikiran dengan mantan presiden Indonesia, Abdurrahman Wahid
(Gus Dur). Waktu itu, mereka membahas situasi di Suriah, negara Pak Abbas.
Sesudah ceramah, ada waktu tanya-jawab. Saya bertanya, “Hal apakah dalam
kehidupan Isa Al-Masih yang paling berkesan pada hati seorang Arab yang
beragama Islam?”
Jawaban Saya: Cerita di atas tidak perlu mendapat tanggapan secara
serius. Hanya menceritakan seorang yang katanya bernama Abbas yang murtad dari
agama Islam. Kita tidak tahu kebenaran ceritanya, sedangkan kafir Kristen
pemuja Yesus teramat gemar membuat kesaksian-kesaksian palsu.
Arti Membungkuk, Menulis di Tanah (Injil, Rasul Besar Yohanes
8:3-11)
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Beliau langsung menjelaskan
kisah wanita yang kedapatan berzinah. Orang beragama siap merajamnya. Menurut
agama “Perempuan . . . dan laki-laki yang berzina, hendaklah kalian dera
masing-masing seratus kali . . . ”
(Qs.24:2). Tapi Isa membungkuk di sebelah wanita itu, memandang ke bawah, dan
menulis di tanah. Di Timur Tengah, ketika seseorang berbuat salah besar,
seperti berzinah, mereka tidak berani bertatap muka dengan sesama. Mereka
merasa malu dan kehilangan muka. Sehingga hanya menunduk. Isa Al-Masih yang
suci memandang ke bawah, ke tanah, dengannya. Ia tidak menghina atau menegur
wanita itu. Ia mengidentifikasikan diri-Nya dengan rasa malunya. Ini
menyebabkan orang yang mau merajamnya malu, sehingga membatalkan niatnya untuk
merajam wanita itu. Lalu Isa berkata, “Tidak ada orang yang menghukum engkau.
Pergilah, dan mulai saat ini janganlah berbuat dosa lagi.”
Menurut Anda, manakah sikap di
atas yang menunjukkan kasih. Merajam/mencambuk atau mengampuni?
Jawaban Saya: Ada sesuatu yang nampaknya sengaja disembunyikan oleh
kafir Kristen pemuja Yesus. Ayat-ayat yang dimaksud sengaja tidak mereka kutip
agar tertutup maksud sebenarnya perbuatan Yesus yang tidak mau merajam seorang
pezina. Yang pada akhirnya mereka katakan bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus
adalah untuk menunjukkan kasih. Ini jelas penipuan. Untuk melihat dengan jelas
maksud dari perbuatan Yesus tersebut, baca baik-baik ayat-ayat di bawah ini;
3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya
seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. 4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah
lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia
sedang berbuat zinah. 5 Musa dalam hukum
Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian.
Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" 6
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka
memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu
menulis dengan jari-Nya di tanah. 7 Dan
ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu
berkata kepada mereka: "Barang siapa di antara kamu tidak berdosa,
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." 8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
9 Tetapi setelah mereka mendengar
perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua.
Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di
tempatnya. 10 Lalu Yesus bangkit berdiri
dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah
seorang yang menghukum engkau?" 11
Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun
tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari
sekarang." (Yohanes 8:3-11).
Ketika Yesus sedang mengajar di
Bait Allah, datanglah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa seorang
perempuan yang kedapatan berbuat zina. Mereka kemudian meminta Yesus untuk
menghukum pezina tersebut menurut hukum Taurat. Tetapi Yesus mengetahui maksud
mereka yang meminta agar perempuan pezina itu di hukum. Ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi bermaksud agar dapat mempersalahkan Yesus. Di zaman itu,
orang yang kedapatan berbuat jahat harus dihadapkan ke pengadilan untuk
menerima putusan hukuman oleh wali negeri. Menghukum sendiri orang yang berbuat
jahat tanpa melalui pengadilan wali negeri adalah pelanggaran dan dapat
dikenakan hukuman. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi bermaksud menjebak
Yesus agar berbuat salah dengan menghukum sendiri perempuan pezina. Tetapi
Yesus mengetahui niat jahat Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi kepada dirinya.
Yesus kemudian meminta Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang tidak
berdosa untuk melemparkan batu kepada perempuan itu. Tentu saja tidak satu pun
dari mereka yang mau melakukannya, karena mereka sendiri tahu akan resiko yang
mereka tanggung kalau berbuat seperti itu. Jadi tujuan Yesus tidak mau
menghukum perempuan yang berbuat zina tersebut bukanlah karena kasih, akan
tetapi karena tidak mau masuk perangkap yang telah disiapkan oleh Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi.
Kafir Kristen pemuja Yesus
berkata bahwa di Timur Tengah, ketika seseorang berbuat salah besar, seperti
berzinah, mereka tidak berani bertatap muka dengan sesama, itu mungkin benar.
Tetapi salah kalau kalau kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan Yesus mengidentifikasikan
diri-Nya dengan rasa malu dengan cara menunduk ke bawah. Untuk apa Yesus merasa
malu, kalau bukan dia yang berbuat dosa. Yesus bukan menunduk ke bawah,
tetapi membungkuk dan menulis di tanah dengan jarinya. Membungkuk dan
menulis di tanah dengan jari adalah cara Yesus mengajar umatnya. Bukan karena
rasa malu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pergi meninggalkan perempuan
itu. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pergi meninggalkan perempuan itu
karena merasa telah gagal menjebak Yesus.
Nah, penipuan kafir Kristen
pemuja Yesus terlihat jelas, bukan?
Isa Al-Masih Tidak Mau Menghukum Kita
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Orang beragama dan rasa malu
merupakan topik menarik! Anda merasa malu? Tidak berani bertatap muka dengan
orang lain? Ingat, Isa Al-Masih ingin mengampuni Anda. Ia ingin melepaskan Anda
dari rasa malu yang mengikat Anda.
Jawaban Saya:
Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Yesus ingin melepaskan kita dari
rasa malu yang mengikat. Padahal rasa malu dalam Islam adalah sebagian dari
iman. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tinggalkanlah dia, karena sesungguhnya malu adalah bagian dari
iman". (Shahih Bukhari: 23). Karena malu itu
adalah sebagian dari iman. Tidak ada iman tanpa rasa malu. Umat Islam tentu
saja menolak untuk melepaskan rasa malu, menolak menjadi seperti kafir Kristen
yang tak punya rasa malu.
0 Response to "Isa, Orang Beragama dan Rasa Malu"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.