Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Apakah Anda percayai ini?
Al-Quran mengaku menyempurnakan Injil. Ahmadyah mengaku menyempurnakan Islam.
Agama Bahai mengaku menyempurnakan semuanya. Mengaku menyempurnakan adalah cara
agama baru agar diterima. Untuk mengetahui Al-Quran atau Injil yang lebih
sempurna, bandingkanlah ajaran keduanya.
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Al-Qur’an
mengaku menyempurnakan Injil, di ayat mana dalam Al-Qur’an yang menyatakan
demikian? Saya ingin tahu! Al-Qur’an tidak pernah menyatakan menyempurnakan
Injil. Sehubungan dengan kitab-kitab sebelumnya, Al-Qur’an menyatakan
membenarkan kitab-kitab tersebut sekaligus menjadi batu ujian terhadapnya.
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu” (Al Maa'idah: 48)
Mengenai ayat tersebut Ibnu
Juraij mengatakan, Al-Qur'an adalah kepercayaan kitab-kitab terdahulu yang
sebelumnya. Dengan kata lain, apa saja isi dari kitab terdahulu yang sesuai
dengan Al-Qur'an, maka itu adalah benar dan apa saja isi dari kitab-kitab terdahulu
yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an, itu adalah batil.
Al-Aufi juga telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna muhaiminan,
bahwa makna yang dimaksud ialah sebagai hakim atau batu ujian bagi
kitab-kitab yang sebelumnya.
Mengapa Islam Tidak Berani Menerima Injil?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Kristen meyakini bahwa Injil
menggenapi Kitab Taurat, Zabur dan Kitab Para Nabi (Perjanjian Lama). Lalu
Kristen membukukan kitab-kitab itu bersama Injil dan wahyu Allah melalui Para
Rasul (Perjanjian Baru) menjadi Alkitab. Perjanjian Lama menubuatkan Isa
Al-Masih, sedangkan Perjanjian Baru menggenapinya. Sehingga Alkitab diikat
dengan satu tema, “Allah menyelamatkan manusia melalui kematian Isa Al-Masih.”
Islam percaya bahwa Al-Quran menyempurnakan
Injil, namun tidak menjadikan Injil sebagai bagian dari kitab mereka.
Alasannya, menurut mereka, Injil telah di rubah dan palsu. Mengapa mereka tidak
berani membaca Injil dan menjadikan Injil bagian dari kitab mereka? Mungkinkah mereka tahu bahwa intisari Injil
sama sekali berbeda dari Al-Quran?
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa mereka
meyakini bahwa Injil menggenapi Kitab Taurat, Zabur dan Kitab Para Nabi.
Keyakinan mereka tersebut sama sekali tidak dibenarkan oleh Bible. Yang di
sebut menggenapi Kitab Taurat, Zabur dan Kitab Para Nabi bukanlah Injil
Kristen, tetapi Yesus dan ajaran-ajarannya. Injil Kristen tidak mungkin dapat
menggenapi Kitab Taurat, Zabur dan Kitab Para Nabi, karena Injil Kristen
bukanlah kitab wahyu. Injil Kristen hanyalah kisah rakyat yang ditulis oleh
orang-orang tidak dikenal. Orang Kristen mula-mula tidak pernah menganggap
Injil Kristen sebagai firman Allah, bahkan menyebutnya dengan nama “Injil” saja
tidak pernah.
Al-Qur’an sudah sempurna, tidak
perlu menggabungkannya dengan Injil Kristen yang nyata-nyata bukan firman
Allah. Menggabungkan Al-Qur’an dengan Injil Kristen bukan makin sempurna
Al-Qur’an, justru makin hancur.
Perbedaan Al-Quran dan Injil Soal Mengasihi Musuh
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Isa Al-Masih berfirman “. . .
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Injil, Rasul
Besar Matius 5:44). Sebaliknya, Al-Quran mengajarkan“Hai orang-orang yang
beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, . . .” (Qs
9:123). Anda ingin diperangi atau dikasihi? Bukankah mengasihi lebih mulia dari
memerangi musuh?
Jawaban Saya: Yesus mengajarkan untuk mengasihi musuh dan berdoa
bagi mereka yang menganiaya. Yesus mengajarkan hal tersebut ketika dalam masa
awal dakwahnya kepada bangsa Israel. Tujuannya tentu saja untuk menarik hati
orang-orang Yahudi agar percaya pada Yesus. Segala tindakan keras terhadap
orang-orang Yahudi di awal dakwah, bisa jadi akan membawa dampak negatif dan dapat
menghambat dakwah Yesus. Apalagi pada saat itu pengikut Yesus belum begitu
banyak, ditambah hidup di bawah kekuasaan bangsa Romawi. Nabi Muhammad SAW dan
umat juga mengalami hal yang sama di masa awal dakwahnya. Segala macam hinaan,
cacian, siksaan serta ancaman akan dibunuh juga dirasakan oleh Nabi Muhammad
SAW dan umatnya. Suatu hari beberapa orang datang menemui Nabi Muhammad SAW di
Mekah. Lalu mereka berkata, "Wahai Nabi Allah, dahulu kami berada dalam
kejayaan ketika masih musyrik. Tetapi setelah beriman, kami menjadi
kalah." Nabi Muhammad SAW bersabda: Sesungguhnya
aku diperintahkan untuk memberi maaf (terhadap tindakan-tindakan kaum
musyrik). Karena itu, janganlah kalian memerangi kaum itu. Ayat-ayat
Al-Qur’an yang memerintahkan perang turun ketika Nabi Muhammad SAW dan umatnya
telah menetap di Madinah. Bukan turun ketika awal dakwah di Mekkah.
Alasan Yesus mengajarkan untuk mengasihi
musuh adalah karena situasi dan kondisi pada saat itu memang belum mendukung.
Dalam Bible Perjanjian Baru Yesus menyatakan bahwa dirinya datang bukan membawa
damai tetapi membawa pedang (Matius 10:34). Ayat tersebut dengan sangat jelas
menyatakan Yesus bukan datang untuk membawa damai. Di ayat-ayat selanjutnya
Yesus juga mengatakan bahwa dirinya akan memisahkan orang dari ayahnya, anak
perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang
ialah orang-orang seisi rumahnya. Semua yang dilakukan oleh Yesus tersebut akan
menimbulkan permusuhan dan permusuhan akan menimbulkan peperangan. Jadi tepat
kalau Yesus di awal (Matius 10:34) menyatakan kedatangannya ke dunia bukan
membawa damai, tetapi membawa pedang. Niat perang dan perlawanan Yesus dan
orang-orang yang beriman kepadanya sudah ada, tetapi karena kondisi mereka yang
pada saat itu masih lemah dan tak berdaya, mereka pada akhirnya tidak mampu
mengadakan perlawanan. Tuhan yang mengutus Yesus tidak pernah menyuruh Beliau
untuk berperang dan membunuh karena keadaan pada saat itu yang tidak
memungkinkan. Tetapi keadaan berbeda ketika Yesus datang di akhir zaman nanti.
Setelah Beliau mempunyai kekuatan serta dukungan yang cukup, Yesus akan
berperang dan membunuh. Sebagaimana ayat-ayat di bawah ini:
Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan
mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas
segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang
terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."(Wahyu 17:14)
Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih;
dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar," Ia
menghakimi dan berperang dengan adil. (Wahyu 19:11)
Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang
kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulut-Ku ini.
(Wahyu 2:16)
Al-Quran ataukah Injil Yang
Tinggi Moralitasnya?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Isa Al-Masih berfirman “Segala
sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
juga kepada mereka . . .” (Injil, Rasul Besar Matius 7:12). Inilah perlakuan
moral tertinggi kepada sesama. Berbeda dengan Al-Quran yang mengajarkan
“Muhammad . . . dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka (muslim). . .”
(Qs 48:29). Manakah yang Anda pilih, perlakuan keras atau diperlakukan sesuai
kehendak Anda? Memperlakukan orang lain
dengan baik jelas lebih mulia.
Jawaban Saya: Jawaban saya mengenai masalah ini tidak jauh berbeda
dengan penjelasan saya di atas. Alasan Yesus mengajarkan untuk mengasihi musuh
adalah karena situasi dan kondisi pada saat itu yang memang belum mendukung. Ayat-ayat
Al-Qur’an yang memerintahkan perang turun ketika Nabi Muhammad SAW dan umatnya
telah menetap di Madinah. Bukan turun ketika awal dakwah di Mekkah. Sedangkan
ayat Al-Qur’an yang mereka kutip di atas (Al Fath: 29) itu diturunkan ketika
umat Islam telah memiliki negeri mereka sendiri dan telah dapat membela diri.
Jadi harus dilihat situasi dan kondisinya masing-masing. Kondisi dan situasi
ketika Yesus mengajarkan untuk mengasihi musuh berbeda dengan situasi dan
kondisi ketika ayat-ayat perang Al-Qur’an diturunkan.
Al-Quran atau Injil Yang Menjamin Keselamatan?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Isa berjanji “. . . Aku [Isa
Al-Masih] memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan
binasa sampai selama-lamanya . . .” (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:28). Janji
dan kuasa Isa Al-Masih menjamin hidup kekal di sorga. Sebaliknya, Al-Quran
menjanjikan “Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka
itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan” (Qs 19:71).
Mengapa Allah SWT hanya memberikan kepastian masuk neraka kepada Muslim?
Sedangkan untuk masuk sorga, tergantung amal mereka yang tidak sempurna.
Bukankah jaminan keselamatan Isa Al-Masih lebih menghibur daripada jaminan
masuk neraka?
Jawaban Saya: Al-Qur’an memberikan kabar gembira bagi orang-orang
beriman dan beramal shaleh berupa surga. Ayatnya dengan jelas dapat terbaca; Dan sampaikanlah berita gembira kepada
mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. (Al Baqarah: 25).
Tetapi bagi Ahli Kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani (Kristen) yang
kafir, untuk mereka disediakan neraka Jahanam; Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang
yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka
itu adalah seburuk-buruk makhluk. (Al Bayyinah: 6).
Dan tidak ada seorang pun dari
padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu
kemestian yang sudah ditetapkan. (Maryam: 71). Ayat ini sering kali di kutip
dan dipahami secara serampangan oleh kafir Kristen pemuja Yesus. Makna dari
“mendatangi” pada ayat tersebut adalah melintasi atau melewati, bukan memasuki
seperti apa yang mereka katakan. Dalam hadits Shahih Muslim: 267 disebutkan bahwa
kelak di akhirat nanti Allah SWT akan membentangkan shirath di atas neraka.
Untuk masuk surga, semua manusia –baik dia beriman atau kafir- akan melintasi
atau melewati shirath tersebut. Kemudian Allah SWT akan menyelamatkan
orang-orang yang bertakwa sesuai amal perbuatan mereka masing-masing, sementara
itu orang-orang kafir dan pelaku maksiat dibiarkan oleh Allah SWT jatuh masuk
ke dalam neraka.
Kafir Kristen pemuja Yesus yakin
pasti masuk surga. Siapa pun boleh yakin akan masuk surga, termasuk mereka yang
kafir Kristen, toh itu bukan jaminan mereka akan dapat masuk surga. Masuk surga
atau tidak masuk surga bukan ditentukan apakah anda yakin masuk surga atau
tidak yakin masuk surga. Agar masuk surga, seseorang harus menuruti perintah
Allah (Matius 19:17), salah satu perintah Allah adalah tidak menyembah selain
diri-Nya (Keluaran 34:14). Kafir Kristen pemuja Yesus yang yakin diri mereka
masuk surga, tetapi justru menyembah selain Allah dengan menjadikan Yesus
sesembahan selain Allah. Padahal Yesus cuma utusan Tuhan (Matius 10:40) yang
bertugas menyampaikan firman Allah (Yohanes 17:8). Selain itu, surga yang
ditawarkan oleh Yesus itu hanya untuk 144 ribu orang Israel (Wahyu 7:4, Wahyu
14:1). Pintu surganya pun tertulis nama-nama suku Israel (Wahyu 21:12), yang
artinya hanya orang Israel yang dapat masuk surga. Tidak mungkin jumlah 144
ribu yang di sebut Wahyu 7:4 dan Wahyu 14:1 hanyalah kiasan, karena
penjelasannya yang demikian detail menyebut jumlah orang yang masuk surga dari
tiap-tiap suku Israel. Jadi kalau kafir Kristen pemuja Yesus yakin diri mereka
masuk surga, dari sekarang coba pikirkan mau masuk surga lewat pintu yang mana?
Itu saja!
Al-Quran Atau Injil, Mana yang Lebih Sempurna?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Empat alasan di atas
membuktikan bahwa Al-Quran tidak menyempurnakan Injil. Sebaliknya, Injil-lah
yang menyempurnakan ajaran Al-Quran. Sepatutnyalah Anda mendalami kesempurnaan
Injil Allah.
Jawaban Saya: Al-Qur’an adalah kitab wahyu yang Allah SWT turunkan
berangsur-angsur kepada Nabi-nya. Sedangkan Injil Kristen adalah kitab yang
orang-orang Kristen awal saja tidak pernah menganggapnya sebagai firman Tuhan.
orang-orang Kristen awal hanya menganggap Injil Kristen tidak lebih dari kisah
rakyat. Pertanyaan Al-Qur’an atau Injil Kristen yang lebih sempurna, sama
dengan pertanyaan firman Allah atau kisah rakyat yang lebih sempurna. Anda yang
masih memiliki akal waras, pasti akan menjawab bahwa firman Allah lebih
sempurna dari pada kisah rakyat. Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa
Injil-lah yang menyempurnakan ajaran Al-Qur’an. Ini adalah pernyataan paling
konyol yang pernah saya dengar. Karena bagaimana mungkin Injil Kristen yang
dikarang jauh sebelum diturunkannya Al-Qur’an dapat menyempurnakan ajaran
Al-Qur’an?!
Beberapa bulan terakhir ini saya punya banyak waktu luang. Waktu luang itu banyak saya gunakan untuk membaca bermacam-macam buku, termasuk buku yang bernuansa religi dari berbagai kepercayaan/agama. Dalam buku yang sedang saya baca saat ini, yang membahas tentang peristiwa-peristiwa menjelang akhir jaman (menurut ajaran Islam), saya membaca Hadits berikut ini :
BalasHapusHadits dari Hudzaifah bin Yaman, Rasulullah bersabda :
"Islam akan pudar sebagaimana pudarnya corak kain, sampai-sampai tidak diketahui lagi apa itu shaum, apa itu shalat, apa itu haji dan apa itu sedekah (zakat). Kitab Allah benar-benar diangkat pada suatu malam sehingga tidak tersisa lagi sebuah ayat Al-Quran pun dimuka bumi. Maka yang tersisa hanyalah sekelompok manusia dari kalangan kakek tua renta dan nenek tua renta, mereka mengatakan : " Kami mendapati nenek moyang kami mengucapkan
La Ilaha Illallah ini, maka kamipun ikut-ikutan mengucapkannya".
Mohon penjelasan mengenai "makna" hadits ini.
Mau penjelasan yang bagaimana lagi? Anda sudah punya bukunya, tinggal dibaca saja!
Hapus