Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Baru-baru ini saya mendengar
ceramah dari pakar agama tentang keperluan mencintai pendiri agamanya. Memang
biasanya penganut agama menghargai pendiri agamanya. Tetapi menurut pembicara,
pendiri agama yang perlu dicintai tersebut telah meninggal ratusan tahun yang
lalu. Pertanyaan saya, "Apakah Pendiri Agama yang sudah mati dapat
menerima cinta dari kita yang hidup?" Bagaimana pandangan Saudara pembaca?
Dalam Injil, pengikut Isa
Al-Masih, Kalimah Allah, disuruh mencintai Dia. Ada ayat Allah yang mengatakan
bahwa walaupun kita belum pernah melihat Dia, namun kita mengasihiNya (Injil, I
Petrus 1:8). Hal ini mudah dimengerti karena Nabi Besar Isa Al-Masih sedang hidup
dan berada di surga. Ayat Allah jelas: "... terangkatlah Ia [Isa ke surga]
disaksikan oleh mereka [rasul-rasul], dan awan menutupNya dari pandangan
mereka" (Kisah Para Rasul 1:9-10). Hal ini juga ditekankan dalam Sura (4)
An Nisaa', Ayat 158: "... tetapi Allah telah mengangkat Isa
kepada-Nya."
Isa Al-Masih hidup, malah
berjanji untuk selalu menyertai kaum-Nya dalam segala percobaannya sampai ke
ujung bumi. Dalam pribadi Roh Allah Ia berjalan bersama-sama kita, Ia berbicara
sama kita dan malah menjadikan kita "bait"Nya karena berdiam di dalam
kita. Demikian, Ia dapat menerima cinta dan kasih kita karena Ia hidup. Jangan
berusaha mencintai yang sudah mati. Cintailah Dia yang hidup!
Bagaimana saya dapat menyatakan
cinta saya kepada Kalimah Allah? Pertama, dengan menerima Ia sebagai
Juruselamat saya (Injil, Rasul Yahya 1:12). Jelas jikalau saya menolak Kalimah
yang datang dari Allah, saya menyatakan bahwa saya tidak mencintai Dia.
Bagaimana cara menerima Kalimah Allah yang hidup. Jikalau Saudara sungguh ingin
menerima Dia, kiranya doa singkat di bawah ini, dengan sungguh-sungguh dan
penuh khusyuk didoakan:
"Kepada Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, saya mengucapkan syukur karena Kalimah Allah,
yaitu Isa Al-Masih, menjelma menjadi manusia dan akhirnya disalibkan dan
bangkit dari antara orang mati untuk saya. Saya mengaku dosa-dosa saya dan
mohon agar Isa Al-Masih menjadi Juruselamat pribadi saya sekarang ini.
Amin."
Jawaban Saya: Bagi umat Islam, Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW
adalah sama-sama Nabi utusan Allah SWT yang mulia. Pandangan kami terhadap para
Nabi adalah sama, yaitu tidak membeda-bedakan mereka, sebagaimana firman Allah
SWT yang artinya; Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah
dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim,
Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa,
Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di
antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri." (Ali
'Imran: 84).
Wajib bagi setiap Muslim untuk
mencintai Nabi Muhammad SAW. Karena cinta kepada Nabi Muhammad SAW adalah
bagian dari iman itu sendiri. Belum dapat dikatakan beriman seseorang apabila
tidak mencintai Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana telah disebutkan dalam Hadits
Shahih berikut;
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan
kepada kami Syu'aib berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Az Zanad dari
Al A'raj dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman
seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan
anaknya". (Shahih Bukhari: 13)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna dan Ibnu
Basysyar keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far
telah menceritakan kepada kami Syu'bah dia berkata, saya mendengar Qatadah
menceritakan hadits dari Anas bin Malik dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah salah seorang dari
kalian beriman hingga aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan
manusia semuanya." (Shahih Muslim: 63)
Telah mengkhabarkan kepada kami Washil bin Abdul A'la, dia berkata;
telah menceritakan kepada kami Waki' dari Al A'masy dari 'Adi bin Tsabit dari
Zirr bin Hubaisy dari Ali, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam telah berwasiat kepadaku bahwa tidak ada yang mencintaiku kecuali
orang mukmin dan tidak ada yang membenciku kecuali orang munafik."
(Sunan
Nasa'i: 4936)
Senada dengan sabda Nabi Muhammad
SAW pada Hadits Shahih di atas, Yesus dalam Injil Kristen juga berkata;
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak
layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau
perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. (Matius 10:37)
Mengenai cinta kepada Nabi
Muhammad SAW, Imam al-Qadhi ‘Iyadh al-Yahshubi berkata, “Ketahuilah, bahwa barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan
mengutamakannya dan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian, maka berarti
dia tidak dianggap benar dalam kecintaanya dan hanya mengaku-aku (tanpa bukti
nyata). Maka orang yang benar dalam (pengakuan) mencintai Rasulullah SAW adalah
jika terlihat tanda (bukti) kecintaan tersebut pada dirinya. Tanda (bukti)
cinta kepada Rasulullah SAW yang utama adalah (dengan) meneladani beliau,
mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan perbuatannya, melaksanakan
segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab
(etika) yang beliau (contohkan), dalam keadaan susah maupun senang dan lapang
maupun sempit.”
Jadi mencintai Nabi Muhammad SAW
berarti meneladani beliau, mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan
perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta
menghiasi diri dengan adab-adab yang beliau contohkan. Semua perbuatan tersebut
dapat dilakukan ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup atau setelah beliau wafat.
Dalam Injil Kristen, Yesus juga
menyatakan orang yang mengasihinya adalah orang yang memegang segala perintah
Yesus dan melakukannya; Barangsiapa
memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan
barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan
mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." (Yohanes 14:21). Yesus mengatakan bukan
datang untuk meniadakan hukum Taurat (Matius 5:17), Yesus juga memerintahkan
untuk menjalankan hukum Taurat (Matius 5:19). Tetapi kafir Kristen pemuja Yesus
justru menganggap hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi. Sehingga mereka tidak
menjalankan hukum Taurat yang Yesus sendiri memerintahkan untuk menjalankannya.
Kecuali hanya beberapa hukum Taurat mereka masih melakukannya, seperti
perpuluhan dan perayaan Paskah.
Seseorang akan berusaha sekuat
tenaga dan dengan segala upaya baik pikiran, tenaga, atau bahkan kalau perlu
nyawa dipertaruhkan, untuk menjaga apa yang dikasihinya dari sesuatu yang dapat
menyakitinya, melukainya dan bahkan mungkin membunuhnya. Walaupun kafir Kristen
pemuja Yesus mengatakan diri mereka mengasihi Yesus, tetapi tindakan mereka
terhadap Yesus tidak mencerminkan seseorang yang mengasihi Yesus. Bagi para
pemujanya, Yesus derajatnya tidak lebih tinggi daripada domba atau kambing
sembelihan penebus dosa. Bagaimana mungkin seorang yang mengklaim mengasihi
Yesus, dapat menjadikan Yesus sebagai tumbal penebus dosa?
Kafir Kristen pemuja Yesus
berkata bahwa Yesus hidup, malah berjanji untuk selalu menyertai kaum-Nya dalam
segala percobaannya sampai ke ujung bumi. Oh ya itu benar. Dalam Matius 28:20
disebutkan Yesus berjanji akan menyertai pengikutnya sampai akhir zaman. Janji
Yesus tersebut tidak pernah terjadi. Yesus naik ke sorga dan sampai saat ini
tidak pernah kembali. Yesus pernah berjanji akan segera kembali ke dunia
sebelum murid-muridnya selesai mengunjungi kota-kota Israel (Matius 10:23).
Yesus juga pernah berkata bahwa dirinya akan datang sebelum orang yang ada di
situ mati (Matius 16:28). Semua janji-janji Yesus tersebut tidak pernah
terjadi. Kenyataan tersebut selain menjadi bukti kebohongan Injil Kristen, juga
menjadi bukti Yesus tidak dapat terus-menerus menyertai murid-muridnya. Jika
Yesus memang dapat menyertai murid-muridnya sampai kesudahan zaman, sudah
barang tentu Yesus tidak perlu berjanji dengan janji yang tidak dapat dia
tepati. Saya tidak bermaksud mengatakan Yesus berbohong dengan janji-janjinya.
Kesalahan terletak pada tulisan-tulisan pengarang Injil Kristen yang sering
menceritakan Yesus dengan berlebihan.
Sebetulnya Injil Matius berakhir
pada pasal 28 di ayat ke 15. Hal tersebut terlihat dari isi ayat 15 yang lebih
mirip kata-kata penutup sebuah cerita; Maka tentara pengawal itu mengambil uang
itu, dan melakukan seperti yang dipesankan kepada mereka. Oleh karena itu
cerita itu masih tersiar di antara orang Yahudi sampai pada hari ini. (Matius
28:15). Ayat Matius 28:15 inilah sesungguhnya ayat terakhir dari Injil Matius.
Sedangkan lima ayat berikutnya, Matius 28:16-20 adalah ayat-ayat yang baru
ditambahkan oleh Gereja kemudian. Kepalsuan ayat-ayat dalam Injil Matius
tersebut ternyata juga dibenarkan oleh sarjana-sarjana Kristen berikut ini;
Hugh J. Schonfield, nominator
pemenang Hadiah Nobel tahun 1959, dalam bukunya The Original New Testament,
hal. 124: “This (Matthew 28:15) would appearto be the end of the Gospel (of
Matthew). What follows (Matthew 28:16-20) fromthe nature of what is said, would
then be a latter addition”. “Ayat ini (Matius 28:15) nampak sebagai penutup
Injil (Matius). Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya (Matius 28:16-20), dari
kandungan isinya, nampak sebagai (ayat-ayat) yang BARU DITAMBAHKAN KEMUDIAN”.
Selanjutnya, Robert Funk,
Professor Ilmu Perjanjian Baru, Universitas Harvard, dalam bukunya The Five
Gospels, mengomentari ayat-ayat tambahan ini sebagai berikut: “The great
commission in Matthew28:18-20 have been created by the individual evangelist…
reflect the evangelist idea of launching a world mission of the church. Jesus
probablyhad no idea of launching a world mission and certainly was not the
institusion builder. (is) not reflect direct instruction from Jesus”. “Perintah
utama dalam Matius 28:18-20… diciptakan oleh para penginjil….memperlihatkan ide
untuk menyebarkan ajaran Kristen ke seluruh dunia. YESUS SANGAT MUNGKIN TIDAK
MEMILIKI IDE UNTUK MENGAJARKAN AJARANNYA KE SELURUH DUNIA DAN (Yesus) SUDAH
PASTI BUKAN PENDIRI LEMBAGA INI (agama Kristen). (Ayat ini) tidak menggambarkan
perintah yang diucapkan Yesus”
Kafir Kristen pemuja Yesus
mengatakan untuk menyatakan cinta kepada Yesus, seseorang harus menerima dia
sebagai juruselamat. Padahal Bible Perjanjian Lama menyebutkan hanya Tuhan
satu-satunya juruselamat (Yesaya 43:11) dan
Yesus tidak sekalipun menyebut dirinya sebagai juruselamat. Coba cek Injil
Kristen, di mana Yesus menyebut dirinya juruselamat? Nah, kalau Yesus saja
tidak pernah menganggap dirinya juruselamat, bagaimana kita mau menerima Yesus
sebagai juru selamat?
Hanya Tuhan satu-satunya juruselamat. Yesus tidak pernah menyebut dirinya sebagai juruselamat karena dia bukan juruselamat. Maka berdoalah kepada Tuhan karena Dialah satu-satunya juruselamat. Janganlah berdoa kepada Yesus karena dia bukan juruselamat. Bahkan Yesus harus berdoa kepada Tuhan agar dirinya diselamatkan; Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)
Hanya Tuhan satu-satunya juruselamat. Yesus tidak pernah menyebut dirinya sebagai juruselamat karena dia bukan juruselamat. Maka berdoalah kepada Tuhan karena Dialah satu-satunya juruselamat. Janganlah berdoa kepada Yesus karena dia bukan juruselamat. Bahkan Yesus harus berdoa kepada Tuhan agar dirinya diselamatkan; Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)
0 Response to "Mencintai yang Hidup (Isa) atau yang Mati (Muhammad)?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.