Kafir Kristen bertanya, mengapa
ayat-ayat Al-Qur’an dibukukan menjadi satu mushaf tunggal dan tidak di jilid
dengan Injil. Sementara Bible merupakan gabungan dari kitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru yang di jilid menjadi satu. Sebab utama yang membuat para
sahabat Nabi tidak berpikir untuk menjilid Al-Qur’an bersama Taurat dan Injil
adalah karena Rasulullah SAW tidak pernah memerintahkannya. Alih-alih
memerintahkan untuk menjilid Al-Qur’an bersama Taurat dan Injil, melihat Umar
bin Khattab RA membaca ringkasan Taurat saja Nabi Muhammad SAW menunjukkan
ketidaksukaannya. Berikut ini haditsnya;
Telah menceritakan kepada kami
Abdurrazzaq berkata; telah memberitakan kepada kami Sufyan dari Jabir dari
Asy-Sya'bi dari Abdullah bin Tsabit berkata; 'Umar bin Khathab datang kepada
Nabi Shallallahu'alaihiwasallam lalu berkata; "Wahai Rasulullah, saya
pernah bertemu dengan saudaraku dari Bani Quraidzah, lalu dia mencatatkan
untukku ringkasan kitab Taurat, maukah saya tunjukkan kepada anda? (Abdullah
bin Tsabit Radliyallahu'anhu) berkata; kontan wajah Rasulullah
Shallallahu'alahiwasallam berubah. Saya bertanya kepada ('Umar
Radliyallahu'anhu) tidakkah kau melihat gerangan yang terjadi pada wajah
Rasulullah Shallallahu'alahiwasallam? Umar bergegas berkata; " Kami ridla
Allah sebagai Rabb kami, Islam sebagai agama dan Muhammad
Shallallahu'alaihiwasallam sebagai seorang Rasul". Serta merta hilanglah
kesedihan dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam lalu bersabda: "Sungguh
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalaulah di antara kalian terdapat
Musa, lalu kalian mengikutinya dan meninggalkanku, sungguh kalian sesat.
Sungguh kalian adalah umat yang diperuntukkan bagiku, dan aku adalah nabi yang
diperuntukkan bagi kalian'. (Musnad Ahmad: 15303)
Alasan lainnya mengapa Al-Qur’an
tidak mungkin di jilid bersama Taurat dan Injil adalah karena status dari kedua
kitab itu sendiri. Taurat dan Injil hanya berlaku untuk bangsa Israel dan masa
berlaku kedua kitab tersebut pun telah berakhir setelah Allah SWT mengutus Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul dengan Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk. Setelah Allah
SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, semua ketentuan syariat yang ada
dalam Taurat dan Injil terhapus dengan syariat agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Semua manusia yang hidup setelah di utusnya Nabi Muhammad SAW
sebagai Rasul, tidak diperkenankan beragama dengan selain agama yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW dan tidak diperkenankan menjalankan kitab-kitab lain selain
Al-Qur’an. Dalil Al-Qur’an dan Hadits Shahih mengenai penjelasan saya di atas,
dapat anda baca di bawah ini;
Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat), maka
janganlah kamu (Muhammad) ragu menerima (Al-Quran itu) dan Kami jadikan
Al-Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil (As-Sajdah: 23).
Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani
Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang
Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka
tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata,
mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (Ash-Shaff: 6)
“Keberadaan kalian di antara
umat-umat terdahulu seperti permisalan antara antara shalat 'ashar hingga
matahari terbenam. Pemeluk taurat diberi taurat dan mereka mengamalkannya
hingga pertengahan siang, kemudian mereka tidak bisa lagi mengamalknnya
sehingga diberi satu qirath. Kemudian pemeluk injil diberi injil dan mereka
mengamalkannya hingga shalat 'ashar didirikan lantas mereka tidak bisa lagi
mengamalkannya, dan mereka diberi satu qirath. Kemudian kalian diberi Al Qur'an
dan kalian mengamalkannya hingga matahari terbenam, lantas kalian diberi dua
qirath dua qirath...” (Shahih
Bukhari: 6979)
Hadits di atas adalah perumpamaan
yang Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wasallam buat untuk menjelaskan kedudukan
umat Islam. Arti perumpamaan tersebut bahwa umat Yahudi diberi Taurat dan
mengamalkannya sampai diturunkannya Injil, umat Nasrani diberi Injil dan
mengamalkannya sampai diturunkannya Al-Qur’an, sementara itu umat Islam diberi
Al-Qur’an dan mengamalkannya sampai matahari terbenam yaitu sampai tiba hari
kiamat. Jadi seandainya pun ditemukan Injil yang sejati atau kitab-kitab
lainnya yang isinya utuh tidak ada kerusakan di dalamnya, maka Injil atau
kitab-kitab tersebut sudah tidak berlaku dan Allah Subhanahu wata’ala tidak
akan memberikan pahala sebab mengamalkannya. Tidak ada pilihan bagi manusia
yang hidup di zaman telah turunnya Al-Qur’an agar dapat selamat, kecuali
menerima Islam sebagai agamanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah
seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nasrani mendengar tentangku, kemudian
dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali
dia pasti termasuk penghuni neraka.” (Shahih
Muslim: 218)
Jika Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS
di utus dengan membawa Taurat dan Injil hanya untuk bangsa Israil, Nabi
Muhammad SAW di utus dengan membawa Al-Qur’an untuk semua manusia;
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan -yaitu Al 'Awaqi-
telah menceritakan kepada kami Husyaim berkata. (dalam jalur lain disebutkan)
Telah menceritakan kepadaku Sa'id bin An Nadlr berkata, telah mengabarkan
kepada kami Husyaim berkata, telah mengabarkan kepada kami Sayyar berkata,
telah menceritakan kepada kami Yazid -yaitu Ibnu Shuhaib Al Faqir- berkata,
telah mengabarkan kepada kami Jabir bin 'Abdullah bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Aku diberikan lima perkara yang tidak
diberikan kepada orang sebelum ku; aku ditolong melawan musuhku dengan
ketakutan mereka sejauh satu bulan perjalanan, dijadikan bumi untukku sebagai
tempat sujud dan suci. Maka di mana saja salah seorang dari umatku mendapati
waktu shalat hendaklah ia shalat, dihalalkan untukku harta rampasan perang yang
tidak pernah dihalalkan untuk orang sebelum ku, aku diberikan (hak) syafa'at,
dan para Nabi sebelum ku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus
untuk seluruh manusia." (Shahih Bukhari: 323)
Jadi alasan tidak di jilidnya
Al-Qur’an dengan Bible bukan hanya karena ada pertentangan antara ayat-ayat
Al-Qur’an dan ayat-ayat Bible. Al-Qur’an tidak di jilid menjadi satu kitab dengan
Bible karena sebab-sebab yang sudah saya jelaskan di atas. Jika hanya karena
adanya pertentangan antara sehingga Al-Qur’an dan Bible tidak di jilid menjadi
satu, bukankah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan antar kitab di dalamnya
juga banyak pertentangan? Al-Qur’an dan Bible berbeda dalam proses penulisan
dan pembukuannya. Tentu tidak tepat jika kafir Kristen pemuja Yesus
menyamakannya. Al-Qur’an ditulis segera setelah ayat-ayat Al-Qur’an turun dan
dibukukan oleh sahabat-sahabat Nabi tidak lama setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
Berbeda dengan Perjanjian Baru yang ditulis empat puluh tahun sampai seratus
tahun setelah Yesus diselamatkan Allah SWT dari penyaliban, di susun di tahun
200 Masehi dan disahkan menjadi sebuah kitab tunggal di tahun 397 Masehi, serta
baru di tahun 419 Masehi di jilid menjadi satu dengan Perjanjian Lama. Itu artinya,
para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru tidak tahu menahu tentang penjilidan
kitab-kitab tulisannya, apalagi Yesus. Perjanjian Lama yang diklaim kafir
Kristen pemuja Yesus sebagai kitab Yahudi juga tidak tepat. Karena orang-orang
Yahudi tidak pernah mengakui Perjanjian Lama hasil kanon gereja. Orang-orang
Yahudi mengakui kitab hasil kanon mereka sendiri.
Adanya keterkaitan kisah-kisah
dalam Al-Qur’an dengan Bible tidak serta merta mengharuskan Al-Qur’an di jilid
menjadi satu dengan Bible. Bible Perjanjian Lama sudah tidak original firman
Allah karena sudah tercampur dengan sejarah bangsa Israel, tercampur dengan
dongeng dan mitos-mitos bangsa Israel. Sedangkan Injil yang ada pada orang
Kristen sekarang ini, adalah kitab-kitab yang ditulis oleh orang-orang tidak di
kenal yang baru di tulis ratusan tahun setelah Nabi Isa AS atau Yesus tidak
lagi tinggal di dunia. Injil Kristen tidak lebih dari kitab sejarah yang tidak
jelas siapa penulisnya. Orang-orang Kristen periode awal saja tidak pernah
menganggap Injil sebagai kitab suci. Mereka menganggap Injil tidak lebih dari
kisah rakyat. Oleh sebab itu, penyusunan Perjanjian Baru tidak terjadi di
periode awal kekristenan, tetapi terjadi ratusan tahun setelahnya. Sedangkan kitab-kitab
lainnya dalam Perjanjian Baru, hanyalah kitab-kitab yang berisi tentang sejarah
serta pengajaran-pengajaran orang-orang terdahulu dan bukan kitab wahyu yang
berisi firman Allah.
Oleh karena Perjanjian Lama sudah
tidak original berisi firman Allah dan Perjanjian Baru bukanlah kitab wahyu
yang berisi firman-firman Allah. Maka sangat mustahil Al-Qur’an yang merupakan
kitab wahyu di jilid menjadi satu bersama Bible. Jika Al-Qur’an dan Bible di
jilid menjadi satu bersama Bible, maka Al-Qur’an yang berisi firman-firman
Allah SWT akan tercampur dengan yang bukan firman Allah. Al-Qur’an akan rusak kesuciannya
karena sudah tercemar dengan ayat-ayat Bible yang bukan firman Allah. Itulah kondisi
yang sesungguhnya diinginkan oleh kafir Kristen pemuja Yesus terhadap Al-Qur’an.
Ucapan Nabi saja dahulu dilarang ditulis agar tidak tercampur dengan Al-Qur’an,
apalagi Bible yang isinya sudah tidak original firman Allah, sangat tidak mungkin
di jilid dengan Al-Qur'an.
Telah
menceritakan kepada kami Haddab bin Khalid Al Azdi telah menceritakan kepada
kami Hammam dari Zaid bin Aslam dari Atho` bin Yasar dari Abu Sa'id Al Khudri
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Janganlah kalian
menulis dariku, barangsiapa menulis dariku selain al-Qur'an hendaklah dihapus,
dan ceritakanlah dariku dan tidak ada dosa. Barangsiapa berdusta atas
(nama) ku -Hammam berkata: Aku kira ia (Zaid) berkata: dengan sengaja, maka
henkdaklah menyiapkan tempatnya dari neraka." (Shahih Muslim: 5326)
0 Response to "Mushaf Al-Qur’an Tidak Dijilid Bersama Injil?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.