Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Pemberi Hidup Kekal: Nabi Ma'shum Atau Nabi Suci?

Umat Islam yakin akan kema’shuman dan kesucian Muhammad. Sebaliknya, umat Kristen percaya bahwa Isa Al-Masih itu suci. Merenungkan tulisan ini kita akan tahu fakta keduanya dan Penjamin hidup kekal.

Para Nabi Maksum

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Salah satu Ustad menulis, “Menurut Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah, kema’shûman adalah sifat para nabi. . . Mereka juga terjaga dari dosa-dosa besar. Adapun dosa-dosa kecil, atau lupa, atau keliru, maka para nabi terkadang mengalaminya. Dan jika mereka berbuat kesalahan, maka Allâh Ta’ala segera meluruskannya.”

Lembaga Tetap untuk Penelitian Ilmiyyah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia menyatakan, “Para nabi dan rasul terkadang berbuat kesalahan, tetapi . . . Allah memaafkan ketergelinciran mereka serta menerima taubat mereka. . .” [Fatawa al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-‘ilmiyyah wal Ifta’, 3/264, fatwa no. 6290]. Jadi ma’shum ini artinya bukan suci tanpa dosa, melainkan para nabi berdosa namun diampuni.

Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengutip fatwa ulama Arab Saudi mengenai kemaksuman para Nabi. Namun sayang kalimat tersebut sengaja tidak mereka kutip sepenuhnya agar menimbulkan persepsi yang berbeda. Untuk itu, ada baiknya anda membaca fatwa ulama tersebut dengan utuh;

“Para Nabi dan Rasul terkadang berbuat kesalahan, tetapi Allâh Azza wa Jalla tidak membiarkan mereka dalam kesalahan mereka, bahkan Allâh menjelaskan kesalahan mereka kepada mereka, karena kasih sayang (Nya) kepada mereka dan umatnya, dan Allâh memaafkan ketergelinciran mereka serta menerima taubat mereka, karena karunia dan rahmat dari-Nya, dan Allâh Maha Pengampun dan Pengasih.” [Fatâwâ al-Lajnah ad-Dâimah lil Buhûts al-‘ilmiyyah wal Iftâ’, 3/264, fatwa no. 6290]

Jadi menurut fatwa para ulama Arab Saudi, para Nabi dan Rasul terkadang berbuat kesalahan. Tetapi Allah SWT menjelaskan kesalahan yang mereka lakukan, sehingga para Nabi dan Rasul tidak terus menerus dalam kesalahan. Selain itu Allah SWT juga memaafkan ketergelinciran mereka serta menerima taubat mereka. Fatwa para ulama Arab Saudi tentang kemaksuman tersebut, sangat berbeda dengan kemaksuman menurut kafir Kristen pemuja Yesus. Mereka mengatakan bahwa maksum itu artinya para Nabi berdosa namun diampuni. Perkataan mereka tersebut, sama sekali tidak sesuai dengan fatwa para ulama Arab Saudi yang mereka kutip.

Al-Quran dan Kesucian Muhammad

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Al-Quran menuliskan bahwa Muhammad berdosa: “. . . mohonlah ampunan bagi dosamu (Muhammad) dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan . . .” (Qs 47:19). Muhammad terlibat banyak peperangan. Dalam peperangan pasti ada kebencian dan pembunuhan. Itu perbuatan dosa, bukan?

Jawaban Saya: Dalam Islam, Maksum adalah sifat para Nabi, termasuk Nabi Isa AS atau Yesus dan Nabi Muhammad SAW. Mereka semua terjaga dari kesalahan dalam menyampaikan agama. Mereka juga terjaga dari dosa-dosa besar. Adapun dosa-dosa kecil, atau lupa, atau keliru, maka para Nabi terkadang mengalaminya. Dan jika mereka berbuat kesalahan, maka Allâh SWT akan segera meluruskannya. Allah SWT dalam Al-Qur’an memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk memohon ampunan, karena sebagai seorang Nabi, beliau terkadang melakukan kekeliruan. Allah SWT mengingatkan kekeliruan tersebut dengan memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk memohon ampunan. Bible (Taurat, Zabur dan Injil) mencatat dosa-dosa para nabi itu. Adam berdosa karena memakan buah yang dilarang Allah (Kitab Taurat, Kejadian 3). Abraham/Ibrahim berbohong kepada raja Abimelekh (Kitab Taurat, Kejadian 20:1-18). Dosa Musa ialah membunuh orang Mesir (Kitab Taurat, Bilangan 20:7-13) dan Yesus berdosa karena pernah berbohong (Yohanes 7:8-10) dan Yesus juga pernah menyuruh murid-muridnya untuk mengambil keledai betina milik orang lain tanpa izin pemiliknya (Matius 21:2).

Apakah ikutnya Nabi Muhammad SAW dalam banyak peperangan merupakan dosa? Sama sekali bukan dosa! Karena perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW berdasarkan perintah dri Allah SWT. Justru Nabi Muhammad SAW berdosa jika tidak berperang karena itu perintah Allah SWT.

Apakah Muhammad Terjamin Hidup Kekalnya?

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Mungkin karena dosanya itulah, ia jujur akan nasib kekalnya.". . . aku [Muhammad] tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu . . . (Qs 46: 9). Quraish Sihab, dalam tafsir Al-Misbah, menjelaskan, “Tidak benar. Saya ulangi lagi tidak benar bahwa Nabi Muhammad sudah dapat jaminan Surga. Nah, surga itu hak prerogratif Allah. Ya tho?”

Jawaban Saya: Siapa Prof. Dr. Quraish Shihab? Beliau itu kiai yang perdapatnya tidak jarang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah. Sehingga pendapatnya sering mendapat bantahan dari para ulama lainnya. Salah satu pendapat beliau yang mendapat bantahan dari para ulama, adalah Nabi Muhammad SAW belum mendapatkan jaminan surga. Prof. Dr. Quraish Shihab menyatakan Nabi Muhammad SAW belum mendapat jaminan surga dengan dalil hadits shahih yang menyatakan tidak seorang pun termasuk Nabi sendiri yang akan selamat dengan amalnya. Beliau hanya membaca isi hadits hanya sampai pada kalimat tersebut, padahal hadits Nabi tidak selesai sampai pada kalimat tersebut. Pada hadits shahih tersebut, selain Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa tidak seorang pun termasuk dirinya yang akan masuk surga dengan amalnya, beliau juga menyatakan telah mendapat rahmat dan ampunan Allah SWT. Dalam Shahih Muslim: 5042 dan Shahih Muslim: 5038, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa dirinya tidak dapat masuk surga dengan amalnya, kecuali bila Allah SWT melimpahkan ampunan dan rahmatnya. Sedangkan dalam hadits shahih di bawah ini Nabi Muhammad SAW menyatakan Allah SWT telah melimpahkan rahmat dan ampunan kepada Beliau. Itu artinya Nabi Muhammad SAW telah di jamin masuk surga. Perhatikan Hadits Shahih berikut; 

Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Salah seorang dari kalian tidak akan dapat diselamatkan oleh amalnya, " maka para sahabat bertanya; 'Tidak juga dengan engkau wahai Rasulullah? ' Beliau menjawab: 'Tidak juga saya, hanya saja Allah telah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku. Maka beramallah kalian sesuai sunnah dan berlakulah dengan imbang, berangkatlah di pagi hari dan berangkatlah di sore hari, dan (lakukanlah) sedikit waktu (untuk shalat) di malam hari, niat dan niat maka kalian akan sampai." (Shahih Bukhari 5982).

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi 'Adiy dari Ibnu 'Aun dari Muhammad dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu 'Aliahi Wasallam, beliau bersabda: "Tidak seorangpun dari kalian dapat diselamatkan oleh amal amalnya." Para sahabat bertanya: "Tidak juga dengan engkau wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Ya, begitupun denganku, akan tetapi Rabbku telah melimpahkan ampunan dan rahmat-Nya kepadaku. Ya, begitupun juga denganku, akan tetapi Rabbku telah melimpah ampunan dan rahmatNya kepadaku." Beliau mengulanginya hingga dua atau tiga kali(Musnad Ahmad: 6905).

Hadits Shahih lainnya juga menyebutkan Nabi Muhammad SAW akan masuk surga, di antaranya;

Telah menceritakan kepada kami Amru bin Zurarah Telah mengabarkan kepada kami Abdul Aziz bin Abu Hazim dari bapaknya dari Sahl ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku akan bersama orang-orang yang mengurusi anak Yatim dalam surga." Seperti inilah, beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah lalu beliau membuka sesuatu diantara keduanya. (Shahih Bukhari: 4892). Hadits tersebut menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pasti masuk surga. Dan beliau juga tahu bahwa dirinya akan menjadi penghuni surga termulia, sehingga beliau mengiming-imingi para sahabatnya untuk melakukan amal shalih ini supaya bisa dekat dengan beliau di surga.

"Telah menceritakan kepada kami Yunus telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ziyad al-Burjumi berkata, saya telah mendengar Tsabit al-Bunani menceritakan dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda: "Barang siapa memiliki tiga anak atau tiga saudara perempuan yang bertakwa kepada Allah 'azza wajalla, dan ia memberi nafkah dan mendidik mereka, maka dia berada bersamaku di surga seperti ini", dan beliau Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam mendemontrasikan dengan keempat jarinya (Musnad Ahmad: 12133). Ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dijamin surga dan beliau yakin bahwa dirinya akan berada di surga setelah wafatnya.

Sejumlah sahabat menginginkan agar bisa dekat (menemani) Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di surga, jika mereka tidak yakin kalau Nabi mereka mendapat jaminan surga tentu tidak akan menginginkan hal tersebut.

Telah menceritakan kepada kami al-Hakam bin Musa Abu Shalih telah menceritakan kepada kami Hiql bin Ziyad dia berkata, "Saya mendengar al-Auza'i berkata, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abi Katsir telah menceritakan kepadaku Abu Salamah telah menceritakan kepadaku Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami dia berkata, "Saya bermalam bersama Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya, maka beliau bersabda kepadaku, 'Mintalah kepadaku.' Maka aku berkata, 'Aku meminta kepadamu agar aku menemanimu di surga -dia berkata, 'Atau dia selain itu'. Aku menjawab, 'Itulah yang dia katakan-maka beliau menjawab, 'Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud'. (Shahih Muslim: 754)

Jadi, pernyataan  Prof. Dr. Quraish Shihab yang mengatakan Nabi Muhammad SAW belum mendapat jaminan surga adalah pernyataan yang keliru karena tidak sesuai dengan banyak Hadits Shahih yang jelas-jelas menyatakan Nabi Muhammad SAW telah memperoleh jaminan surga.

Firman Allah SWT, Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan." (Al Ahqaaf: 9).

Abu Bakar Al-Huzali telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna firman-Nya: dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. (Al-Ahqaf: 9) Adapun di akhirat, maka mendapat pemaafan dari Allah, dan telah diketahui bahwa hal itu berarti dimasukkan ke dalam surga. Tetapi Nabi SAW mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah yang akan dilakukan terhadap dirinya dan tidak (pula) terhadap diri mereka di dunia ini. Apakah beliau SAW akan diusir sebagaimana para nabi sebelumnya diusir dari negerinya? Ataukah beliau akan di bunuh sebagaimana para nabi terdahulu banyak yang dibunuh? Nabi SAW bersabda, "Aku tidak mengetahui apakah kalian akan dibenamkan ke dalam bumi ataukah dilempari batu-batuan dari langit?"

Pendapat inilah yang dijadikan pegangan oleh Ibnu Jarir, dan bahwa tiada takwiI lain selain ini.

Dan memang tidak diragukan lagi pendapat inilah yang sesuai dengan takwil ayat, karena sesungguhnya mengenai nasib di akhirat sudah dapat dipastikan tempat kembali Rasulullah SAW adalah surga, begitu pula orang-orang yang mengikutinya. Ada pun apa yang dilakukan terhadap dirinya (Nabi SAW) di dunia ini, maka beliau tidak mengetahui apakah akibat dari urusannya dan urusan orang-orang musyrik Quraisy, bagaimanakah kesudahannya nanti, apakah mereka akan beriman ataukah mereka tetap pada kekafirannya yang akibatnya mereka akan diazab dan dimusnahkan. (Tafsir Ibnu Katsir).

Jadi ketidaktahuan Nabi yang di maksud dalam Al Ahqaaf: 9 adalah ketidaktahuan atas nasib beliau di dunia, apakah beliau akan di usir atau akan di bunuh oleh orang-orang kafir. Mengenai nasib Nabi Muhammad SAW di akhirat sudah dapat dipastikan tempat kembali Rasulullah SAW adalah surga, karena Nabi Muhammad SAW sudah di jamin masuk surga sebagaimana penjelasan saya di atas.

Berdosakah Isa Al-Masih Ketika di Dunia?

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Ketika turun ke dunia menjadi manusia, Isa Al-Masih, Kalimatullah hidupnya suci. Ia tidak pernah berbuat dosa. Isa “. . . tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya ” (Kitab Nabi Besar Yesaya 53:9). Jika Anda menemukan dosa Isa Al-Masih dalam Injil, Al-Quran atau dimana pun, silahkan beritahu kami di sini .

Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Yesus tidak pernah berbuat dosa. Mereka berbohong. Tidak mungkin mereka tidak tahu Yesus pernah berbuat dosa sedangkan mereka sering membaca Injil Kristen. Artinya mereka sedang berbohong kepada anda. Injil Kristen menyatakan Yesus pernah berbuat dosa. Yesus hanya maksum sama seperti Nabi-Nabi lainnya, bukan suci dari dosa (kesalahan). Dosa yang dilakukan Yesus Misalnya ketika satu hari Yesus di ajak oleh saudara-saudaranya untuk menghadiri sebuah pesta, Yesus menolak dengan alasan waktunya belum genap. Tetapi setelah saudara-saudaranya pergi ke pesta, Yesus pun pergi ke pesta tersebut dengan diam-diam (Yohanes 7:8-10). Perbuatan Yesus tersebut tergolong perbuatan dosa karena melanggar hukum Taurat yang melarang berbohong dan berdusta (Imamat 19:11). Yesus juga pernah menyuruh murid-muridnya untuk mengambil keledai betina milik orang lain tanpa izin pemiliknya (Matius 21:2). Perbuatan Yesus tersebut dapat digolongkan sebagai tindak pencurian, karena definisi mencuri itu adalah mengambil properti milik orang lain tanpa izin pemiliknya. Mencuri termasuk perbuatan dosa karena hukum Taurat melarang perbuatan tersebut (Keluaran 20:15, 17).

Bagaimana Isa Menghapus Dosa?

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Karena suci, Isa layak dan rela mati untuk menanggung hukuman dosa manusia. “. . . supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya [Isa Al-Masih] tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16). Salah satu permohonan Al-Fatihah ialah “ Tunjukilah Kami jalan yang lurus . . .” Injil menegaskan bahwa Isa adalah jalan lurus ke sorga. Sebab Ia menjamin pengampunan dosa dan hidup kekal setiap orang yang percaya kepada-Nya. Jadi kesucian Isa Al-Masih adalah yang terbaik, bukan? Adakah jaminan sorga yang lebih pasti daripada jaminan Isa Al-Masih? Beritahukanlah kepada kami!

Jawaban Saya: Hukum Taurat menghendaki korban tebusan haruslah tidak bercacat, seperti timpang atau buta (Ulangan 15:21). Yesus yang dapat berbuat dosa atau berdosa, seperti yang sudah saya jelaskan di atas, artinya tidak layak dijadikan korban penebus dosa oleh kafir Kristen pemuja Yesus. Dengan menjadikan Yesus sebagai korban penebus dosa, kafir Kristen pemuja Yesus tidak dapat menebus dosa mereka dan tidak akan memperoleh keselamatan karenanya. Jaminan keselamatan yang diyakini kafir Kristen pemuja Yesus itu semu, tidak benar-benar ada. Oleh karena itu, sudah saatnya orang Kristen mulai berpikir lebih serius tentang keselamatan dirinya. Jangan mau lagi tertipu dengan berbagai doktrin gereja tentang keselamatan yang sudah terbukti salah. Mulailah dari sekarang mempelajari agama Islam. Buang jauh-jauh gengsi, rasa iri dan dengki dalam hati. Hidup kalian hanya sekali, kesempatan untuk memperbaiki diri juga hanya sekali. Manfaatkanlah dengan baik hidup kalian yang hanya sekali itu untuk mencari kebenaran. Kami umat Islam pasti akan selalu mendoakan kalian agar secepatnya memperoleh hidayah.

Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Al Fatihah: 6-7)

Firman Allah swt yang mengatakan: Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka. (Al-Fatihah: 7) berkedudukan menafsirkan makna siratal mustakim (jalan yang lurus). Menurut kalangan ahli nahwu menjadi badal. dan boleh dianggap sebagai 'ataf bayan. Orang-orang yang memperoleh anugerah nikmat dari Allah Swt. adalah mereka yang disebutkan di dalam surat An-Nisa melalui firman-Nya:

Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para siddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui(An-Nisa: 69-70)

Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna firman Allah SWT; "(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka" (Al-Fatihah: 7) ialah orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka berupa ketaatan kepada-Mu dan beribadah kepada-Mu; mereka adalah para malaikat-Mu, para nabi-Mu, para siddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. istiqamah, dan taat kepada Allah serta Rasul-Nya, dengan cara mengerjakan semua yang diperintahkan-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya.

Sedangkan firman Allah SWT; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat(Al-Fatihah: 7)

Bukan jalan orang-orang yang dimurkai. Mereka adalah orang-orang yang telah rusak kehendaknya; mereka mengetahui perkara yang hak, tetapi menyimpang darinya. Bukan pula jalan orang yang sesat. Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki ilmu agama. Akhirnya mereka bergelimang dalam kesesatan. tanpa mendapatkan hidayah kepada jalan yang hak (benar). Pembicaraan dalam ayat ini dikuatkan dengan huruf la untuk menunjukkan bahwa ada dua jalan yang kedua-duanya rusak, yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang Yahudi dan oleh orang-orang Nasrani.

Jadi ketika umat Islam membaca surah Al-Fatihah sampai dengan selesai. Kami berdoa kepada Allah SWT supaya diberikan taufik untuk dapat mengikuti jalan orang-orang yang telah diberi nikmat, yaitu jalan para malaikat, para nabi, para siddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan dalam surah Al-Fatihah ini kami juga berdoa kepada Allah SWT supaya diberikan taufik untuk dapat menjauhi jalan orang-orang Yahudi yang dimurkai dan jalan orang-orang Nasrani yang sesat.

Dalam Injil Kristen, Yesus berjanji akan memberikan hidup yang kekal kepada orang-orang dari bangsa Israel yang mau mendengar dan mengerjakan perintahnya (Yohanes 10:27). Apa itu hidup yang kekal? Hidup yang kekal adalah mengenal Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang benar dan mengenal Yesus sebagai utusan Allah. Makna “memberikan” hidup yang kekal yang dikatakan oleh Yesus adalah Yesus mengajarkan bahwa Allah satu-satunya Tuhan yang benar dan dia (Yesus) adalah utusan-Nya. Perhatikan ayat ini; Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus(Yohanes 17:3).

Jadi tidak ada pilihan bagi Anda yang ingin memperoleh hidup yang kekal, kecuali memilih Islam sebagai agamanya. Karena hanya dalam Islam, Anda akan mengenal Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan dan menyembah hanya kepada-Nya, serta mengenal Yesus hanya sebagai Nabi utusan Allah SWT. Sedangkan dalam Kristen, Yesus, Roh Kudus dipercaya sebagai Tuhan selain Allah dan memujanya. Itu bukan hidup kekal yang dimaksud Yesus dalam Injil Kristen.      

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Pemberi Hidup Kekal: Nabi Ma'shum Atau Nabi Suci?"

  1. Penjelasan tentang jalan yang lurus pada ayat "Tunjukilah kami jalan yang lurus" (QS. Al Fatihah: 6) selain ada pada ayat berikutnya juga ada pada ayat yang lain, yaitu ayat "(Isa berkata) Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." (QS. Ali Imran: 51)

    BalasHapus
  2. Oleh karena itu umat Islam tidak akan terkecoh oleh penyesatan yang dilakukan oleh orang kafir karena Al Quran telah menjelaskan dengan terang dan gamblang.

    BalasHapus

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.