Setiap kita sudah pernah atau
akan menghadapi seorang pemimpin. Kita berharap semua guru, bos, dll sangat
baik, adil dan saleh. Tetapi, ada kemungkinan besar suatu hari kita akan
mempunyai pemimpin yang zalim atau tidak adil. Bagaimana cara menanggapi
pemimpin seperti itu? Sebaiknya orang beragama mengikuti teladan nabi-nabi
sebelumnya. Kita bisa belajar cara yang baik dan mungkin tidak baik.
Cara Nabi Islam Menanggapi Pemimpin
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Pada awalnya, Nabi Islam
menghormati pemimpin di sekitarnya. Tetapi, ketika pemimpin suku lain mulai
melawannya, Nabi Islam memenangkan mereka. Ada pemimpin yang diperbudak dan dibunuh.
Misalnya, Nabi Islam mengutus sekelompok orang untuk membunuh Abu Rafi’,
seorang pemimpin dalam salah satu suku Yahudi (Shahih Bukhari 3732). Silakan
kirim pendapat Anda akan tindakan ini lewat email ini.
Jawaban Saya: Jazirah Arab ketika Nabi Muhammad SAW di utus sebagai
Nabi dan Rasul Allah SWT, adalah negeri yang tidak mempunyai penguasa tunggal,
tidak sebagaimana negeri di mana Nabi Isa AS atau Yesus di utus. Setiap kabilah
Arab mempunyai pemimpin-pemimpinnya sendiri, tidak terkecuali orang-orang
Yahudi. Mereka mempunyai pemimpin-pemimpin sendiri. Nabi Muhammad SAW bukan
berasal dari suku Yahudi di mana Rafi’ menjadi salah seorang pemimpinnya. Selain
itu, Allah SWT juga melarang orang-orang beriman menjadikan orang-orang Yahudi
dan Nasrani sebagai pemimpin. Karena pemimpin-pemimpin mereka adalah dari
mereka sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya;
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu
mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim. (Al-Maa'idah: 51)
Pembunuhan Rafi’ terjadi atas
inisiatif beberapa sahabat Nabi karena perbuatan Rafi’ sendiri yang menyakiti
Rasulullah SAW dan menyakiti Beliau. Para sahabat Nabi meminta kepada Beliau
untuk membunuh Rafi’ dan Rasulullah SAW mengizinkannya.
Teladan Buat Para Mukmin: Cara Isa Al-Masih Menanggapi Pemimpin
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Isa Al-Masih juga pernah
menghadapi pemimpin zalim dan tidak adil. Beberapa hari sebelum Isa wafat,
orang menangkap-Nya dan membawa-Nya ke rumah Imam Besar. Lalu, “. . .
orang-orang yang menahan Yesus [Isa Al-Masih], mengolok-olokkan Dia dan
memukuli-Nya. Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya: “Cobalah katakan siapakah
yang memukul Engkau? Dan banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepada-Nya”
(Injil, Rasul Lukas 22:63-65).
Setelah itu, Isa harus menghadapi
Herodes, seorang yang kejam. Lalu, Herodes, “. . . mengajukan banyak pertanyaan
kepada Yesus [Isa Al-Masih], tetapi Yesus [Isa Al-Masih] tidak memberi jawaban
apapun. Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan
melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia. Maka mulailah Herodes dan
pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia . . .” (Injil, Rasul Lukas
23:9-11).
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa ketika
Yesus di tangkap dan dibawa ke rumah imam besar, diolok-olok dan di hina sampai
dengan mati di salib, Yesus diam dan tidak membalas. Itu benar, namun apa
alasannya? Pada saat itu, Yesus dan orang-orang yang beriman kepadanya dalam
kondisi lemah dan tak berdaya, mereka tidak mampu membela diri dengan pedang.
Yang dapat mereka lakukan sementara itu hanya bersabar dan menghindar sebisa
mungkin dari perbuatan kejam orang-orang kafir. Niat perang dan perlawanan
Yesus dan orang-orang yang beriman kepadanya sudah ada, tetapi karena kondisi
mereka yang pada saat itu masih lemah dan tak berdaya, mereka pada akhirnya
tidak mampu mengadakan perlawanan;
Lalu Ia berkata kepada mereka:
"Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan
kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?"
Jawab mereka: "Suatu pun
tidak." Kata-Nya kepada mereka: "Tetapi sekarang ini, siapa yang
mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai
bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya
dan membeli pedang. (Lukas
22:35-36)
Ayat di atas membuktikan kepada
kita bahwasanya Yesus dan murid-muridnya bermaksud untuk melakukan pembelaan
diri dengan memerangi mereka dengan pedang. Tetapi karena Yesus dan
murid-muridnya kalah dalam jumlah, Yesus memerintahkan Petrus untuk
menyarungkan kembali pedangnya. Apalagi yang di serang oleh Petrus ternyata
hanya seorang hamba imam besar. Jadi yang di serang Petrus itu seorang hamba
Imam Besar, bukan tentara Romawi seperti yang dikatakan kafir Kristen pemuja
Yesus.
Tuhan yang mengutus Yesus tidak
pernah menyuruh Beliau untuk berperang dan membunuh karena keadaan pada saat
itu yang tidak memungkinkan. Tetapi keadaan berbeda ketika Yesus datang di
akhir zaman nanti. Setelah Beliau mempunyai kekuatan serta dukungan yang cukup,
Yesus akan berperang dan membunuh. Sebagaimana ayat-ayat di bawah ini:
Mereka akan berperang melawan
Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di
atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia
juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang
setia."(Wahyu 17:14)
Lalu aku melihat sorga
terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya
bernama: "Yang Setia dan Yang Benar," Ia menghakimi dan berperang
dengan adil. (Wahyu 19:11)
Sebab itu bertobatlah! Jika
tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka
dengan pedang yang di mulut-Ku ini. (Wahyu 2:16)
Senangkah Mukmin Meniru Tindakan Isa ini?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Isa Al-Masih tidak pernah
membela diri, sekalipun Ia tidak berdosa. Isa justru meminta Allah untuk
mengampuni musuh-Nya, karena Isa sangat mengasihi mereka. “. . . Ya Bapa,
ampunilah mereka . . .” (Injil, Rasul Lukas 23:34). Isa tidak hanya bicara
demikian, tapi Dia rela menanggung dosa-dosa setiap orang, termasuk musuh-Nya,
agar dapat bersih dan layak masuk sorga. Silakan hubungi kami jika Anda ingin
bersih dari setiap dosa selamanya.
Demikianlah kiranya seluruh umat
beragama dapat meneladani Isa Al-Masih dalam hal menanggapi pemimpin zalim,
yaitu bersedia mengampuni dan mendoakan. Sehingga akan tercipta lebih banyak
perdamaian dan kasih di dunia.
Jawaban Saya: Untuk menghadapi pemimpin yang dzalim, seorang mukmin
tidak perlu sampai harus meneladani Nabi Isa AS atau Yesus. Karena Islam juga mengajarkan
umatnya bagaimana menghadapi pemimpin. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang
artinya;
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(An-Nisaa': 59)
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Sadaqah ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami
Hajaj ibnu Muhammad Al-A'war, dari Ibnu Juraij, dari Ya'la ibnu Muslim, dari
Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan
ulil amri di antara kalian (An-Nisa:
59). Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
Abdullah ibnu Huzafah ibnu Qais ibnu Addi ketika ia diutus oleh Rasulullah SAW.
untuk memimpin suatu pasukan khusus.
Nabi Muhammad SAW juga
memerintahkan kaum Muslimin untuk taat kepada para pemimpin Muslim dan bersabar
apabila berbuat dzalim. Perhatikan Hadits-Hadits berikut ini;
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr telah menceritakan kepada
kami Baqiyyah bin al Walid dari Bahir bin Sa'd dari Khalid bin Ma'dan dari
Abdurrahman bin Amru as Sulami dari al 'Irbadh bin Sariyah dia berkata; suatu
hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi wejangan kepada kami
setelah shalat subuh wejangan yang sangat menyentuh sehingga membuat air mata
mengalir dan hati menjadi gemetar. Maka seorang sahabat berkata; 'seakan-akan
ini merupakan wejangan perpisahan, lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami
ya Rasulullah? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Aku
wasiatkan kepada kalian untuk (selalu) bertaqwa kepada Allah, mendengar dan
ta'at meskipun terhadap seorang budak habasyi...(Sunan Tirmidzi: 2600)
Dan telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farruh telah
menceritakan kepada kami Abdul Warits telah menceritakan kepada kami Al Ja'd
telah menceritakan kepada kami Abu Raja Al 'Utharidi dari Ibnu Abbas dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Barangsiapa
membenci sesuatu pada diri pemimpinnya, hendaknya ia bersabar sebab tidaklah
seseorang keluar dari kepemimpinan (kaum Muslimin) walau sejengkal, kemudian
mati kecuali ia mati seperti mati jahiliyah." (Shahih Muslim: 3439)
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'man telah menceritakan kepada
kami Hammad bin Zaid dari Alja'd Abi Utsman telah menceritakan kepadaku Abu
Raja' Al 'utharidi mengtakan, aku mendengar Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma dari
Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Siapapun yang melihat
sesuatu dari pemimpinnya yang tak disukainya, hendaklah ia bersabar
terhadapnya, sebab siapa yang memisahkan diri sejengkal dari jama'ah, kecuali
dia mati dalam jahiliyah." (Shahih Bukhari: 6531)
Telah menceritakan kepadaku Muhammad Ibnu Sahl bin 'Askar At Tamimi
telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hasan. (dalam jalur lain disebutkan)
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi telah
mengabarkan kepada kami Yahya -yaitu Ibnu Hassan- telah menceritakan kepada
kami Mu'awiyah -yaitu Ibnu Salam- telah menceritakan kepada kami Zaid bin
Sallam dari Abu Sallam dia berkata; Hudzaifah bin Yaman berkata, "Saya
bertanya, "Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, dahulu saya berada dalam
kejahatan, kemudian Allah menurunkan kebaikan (agama Islam) kepada kami, apakah
setelah kebaikan ini timbul lagi kejatahan?" beliau menjawab:
"Ya." Saya bertanya lagi, "Apakah setelah kejahatan tersebut
akan timbul lagi kebaikan?" beliau menjawab: "Ya." Saya bertanya
lagi, "Apakah setelah kebaikan ini timbul lagi kejahatan?" beliau
menjawab: "Ya." Aku bertanya, "Bagaimana hal itu?" beliau
menjawab: "Setelahku nanti akan ada pemimpin yang memimpin tidak dengan
petunjukku dan mengambil sunah bukan dari sunahku, lalu akan datang beberapa
laki-laki yang hati mereka sebagaimana hatinya setan dalam rupa manusia."
Hudzaifah berkata; saya betanya, "Wahai Rasulullah, jika hal itu menimpaku
apa yang anda perintahkan kepadaku?" beliau menjawab: "Dengar dan
patuhilah kepada pemimpinmu, walaupun ia memukulmu dan merampas harta bendamu,
dengar dan patuhilah dia." (Shahih Muslim: 3435)
Imam Al-Qadhi ‘Ali bin ‘Ali bin
muhammad bin Abi al-Izz ad-Dimasqy rahimahullah (terkenal dengan ibnu Abil ‘Izz
wafat th. 792 H), berkata : Hukum mentaati ulil Amri adalah wajib (selama tidak
dalam kemaksiatan) meskipun mereka berbuat zhalim, karena kalau keluar dari
ketaatan kepada mereka akan menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda dibanding
dengan kezhaliman penguasa itu sendiri. Bahkan bersabar terhadap kezhaliman
mereka dapat melebur dosa-dosa dan dapat melipat gandakan pahala. Karena Allah
’azza wajalla tidak akan menguasakan mereka atas diri kita melainkan disebabkan
kerusakan amal perbuatan kita juga.
Jadi untuk menghadapi seorang
pemimpin, seorang mukmin tidak perlu meneladani Yesus. Karena agama Islam telah
mengajarkan bagaimana seorang mukmin bersikap terhadap pemimpinnya, sekalipun
pemimpin tersebut berbuat dzalim.
0 Response to "Para Mukmin: Bagaimana Cara Menanggapi Pemimpin Zalim?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.