Setiap umat
beragama ingin menjadi lebih taat dan saleh. Kita semua rindu diterima Allah
dan bisa masuk sorga serta menikmati hidup kekal. Untuk menjadi lebih saleh,
kita harus mencari teladan yang baik. Siapakah yang harus kita teladani? Satu malaikat?
Muhammad? Mereka yang mencintainya? Adakah yang lain? Penting kita tahu
siapakah hamba Allah yang paling mulia. Agar tahu siapa yang kita harus ikuti.
Ciri-Ciri Hamba Allah yang Saleh
Ada banyak situs
Islam yang menjelaskan kriteria atau ciri-ciri hamba Allah yang saleh/mulia.
Diantaranya adalah orang yang: Berlaku lurus, membaca Kitab Allah, Shalat malam, beriman kepada Allah dan hari akhir, mengajak orang lain
untuk menghindari kejahatan (Qs 3:113-114), memaafkan kesalahan seseorang. Apakah Anda setuju?
Silakan mengirim jawaban Anda di sini.
Dua Kriteria Lain yang Terpenting
Penulis merasa
ada dua kriteria yang terpenting selain daftar di atas. Pertama, orang yang
selalu berserah diri kepada Allah. Karena tugas hamba/budak untuk selalu
menaati tuannya.
Kedua, orang
yang merendahkan diri. Seorang hamba/budak tidak boleh sombong karena mereka
dalam posisi yang rendah dan tidak punya otoritas.
Hamba Allah yang Paling Mulia
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Siapakah hamba Allah
yang paling mulia menurut delapan kriteria di atas? Memang, para malaikat
mungkin memenuhi sebagian besar kriteria tersebut, tetapi bagaimana bisa kita
meneladani mereka? Bagaimana dengan nabi Islam? Dia shalat malam, beriman kepada Allah
dan hari akhir, dan pernah mengajak orang untuk menghindari kejahatan.
Namun, apakah
nabi Islam selalu memaafkan kesalahan orang? “Rasulullah: ‘Siapakah yang akan
membunuh Ka’b bin Asyraf yang telah durhaka kepada
Allah dan melukai Rasul-Nya?’ Maka Muhammad bin Maslamah . . . berkata, ‘. . .
sukakah Anda jika aku yang akan membunuhnya?’ beliau menjawab: ‘Ya’” (Shahih
Bukhari 3731).
Nabi Islam juga
harus bertobat atas dosanya. “. . . dan mohonlah ampunan bagi dosamu . . .” (Qs
47:19). Berarti, dia tidak selalu berserah diri kepada Allah atau berlaku
lurus, bukan?
Jawaban Saya: Setelah menyebutkan ciri-ciri dan kriteria hamba
Allah yang shaleh versi mereka, kafir Kristen pemuja Yesus menyebut Nabi Muhammad Shallallahu ‘alahi wa sallam bukan seorang
hamba yang mulia karena tidak selalu memaafkan kesalahan orang lain. Beliau
pernah menyuruh para sahabatnya untuk membunuh Ka’ab bin
Asyraf. Ka’ab bin Asyraf adalah seorang pemuka Yahudi yang sangat memusuhi
Islam. Setelah kekalahan kaum musyrikin Quraisy menghadapi pasukan Islam di
dalam perang Badar, Ka’ab bin Al-Asyraf membuat syair-syair berisi ratapan atas
kekalahan kaum musyrikin tersebut. Di dalamnya juga memuat hujatan terhadap
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan kaum muslimin. Lalu pergilah ia ke Mekkah
untuk menampilkan puisinya dan turut berduka cita bersama kaum musyrikin
Mekkah. Bahkan kaum muslimat juga ia lecehkan di dalam syairnya.
Setelah para sahabat berhasil membunuh Ka’ab bin Al-Asyraf, di keesokan
harinya, datanglah kaum Yahudi bersama beberapa kaum musyrik menemui Rasulullah
shollallahu ’alaih wa sallam. Mereka mempertanyakan mengapa Ka’ab ibn Al-Asyraf
dibunuh padahal terdapat perjanjian damai yang telah disepakati antara
Rasulullah dengan kaum Yahudi di Madinah. Mereka berkata: ”Salah seorang
yang terhormat dari kalangan kami telah
dibunuh semalam! Dan ia dibunuh secara licik. Bukan bertarung satu lawan satu.
Ia dibunuh secara diam-diam dan tiba-tiba..!” Mereka selanjutnya berkata: ”Ia telah
dibunuh tanpa sebab tindak kriminal apapun yang telah dilakukannya…!”
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda; “Jika dia berlaku tenang, seperti
orang lain yang pendapatnya sama dengan pendapatnya, tentu dia tidak akan
dibunuh! Tetapi dia telah mengganggu kami dan menghujat kami dengan puisinya,
dan tidak ada seorangpun di antara kalian yang melakukan hal semacam itu
kecuali kami akan tangani dengan pedang!”
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengatakan bahwa banyak orang yang
keyakinan di dalam hatinya mirip dengan Ka’ab bin Al-Asyraf, ia bukan dibunuh
karena itu! Ia bukan dibunuh karena ia tidak percaya, ia tidak dibunuh karena
ia membenci Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, ia tidak dibunuh karena
membenci kaum muslimin. Banyak orang lain yang mempunyai penyakit hati seperti
itu namun tidak dibunuh, mereka dibiarkan hidup. “Jika dia berlaku tenang, seperti
orang lain yang pendapatnya sama dengan pendapatnya, tentu dia tidak akan
dibunuh! Tetapi ia telah berbicara menentangku dan mengumpatku,” demikian
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam.
Ibnu Taimiyah berkata: ”Ini merupakan bukti bahwa mengganggu Allah dan
Rasul-Nya merupakan alasan untuk mendorong kaum muslimin membunuh siapa saja
yang melakukan gangguan tersebut meskipun mereka punya perjanjian dengan kaum
muslimin.”
Ibnu Taimiyah melanjutkan: ”Semua yang dilakukan Al-Asyraf ialah mengganggu
dengan lidah. Meratapi terbunuhnya kaum kuffar, dukungannya kepada mereka untuk
berperang, kutukan dan umpatannya dan ucapannya merendahkan agama Islam dan
mengutamakan agama kaum kafir, semua ini ialah ucapan dengan lidahnya. Inilah
hujjah-bukti terhadap siapapun yang berselisih pendapat tentang isyu-isyu
seperti ini. Jelaslah tidak ada perlindungan dengan cara apapun bagi darah
manusia yang mengganggu Allah dan Rasul-Nya melalui puisi dan umpatan.”
Jadi, kesalahan Ka’ab bin Al-Asyraf bukan kesalahan yang ringan. Bukan
hanya kesalahan seseorang terhadap pribadi seorang Muhammad, yang Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam dapat dengan mudah
memaafkannya, seperti banyak terjadi terhadap orang-orang kafir yang memperoleh
maaf dari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam setelah berusaha membunuh
Beliau.
Mengapa Isa Al-Masih Hamba Allah yang Paling Mulia?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Sebenarnya, hanya Isa
Al-Masih memenuhi semua kriteria di atas karena Ia: Tidak pernah berdosa
(Injil, Surat 1 Petrus 2:22), Menghafalkan kebanyakan Taurat dan Zabur (sering mengutipnya), Sering berdoa malam
(Injil, Rasul Lukas 6:12), akan menjadi Hakim pada akhirat (Injil, Rasul Besar Yohanes 5:22-23), menyuruh umat-Nya untuk
berbuat baik kepada musuh (Injil, Rasul Besar Matius 5:44), mengampuni dosa
seseorang (Injil, Rasul Lukas 5:20-24), selalu berserah diri kepada Allah (Injil, Rasul
Besar Yohanes 14:31), merendahkan diri dengan melayani (Injil, Rasul Besar Matius 20:28,
Yohanes 13:4-15)
Jelas, Isa
Al-Masih adalah satu-satunya Pribadi yang layak diikuti. Dan ada berita yang
sangat baik bagi setiap umat-Nya! Isa sudah menjadi hamba Allah yang sempurna agar
setiap kita tidak harus menjadi hamba Allah lagi! Kita bisa menjadi anak Allah
dan hidup dengan Dia di surga!
Jawaban Saya: Setelah menyebut Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam bukan seorang hamba yang
mulia, kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Yesus memenuhi kriteria
sebagai seorang hamba Allah yang mulia. Ada banyak ayat yang mereka kutip
untuk menguatkan pendapat mereka. Tetapi saya tidak tertarik untuk menjawabnya
satu persatu. Karena sebagai seorang Nabi, tentu saja Nabi Isa ‘alaihis salam
memiliki ciri-ciri sebagai hamba Allah yang mulia. Sikap umat Islam terhadap
semua Nabi-nabi utusan Allah Azza wa Jalla adalah beriman kepada mereka semua
dan tidak membeda-bedakannnya.
Jika kalian Kafir Kristen menganggap Yesus telah memenuhi kriteria sebagai
hamba Allah yang mulia, mengapa kalian masih tetap memuja Yesus? Bukankah
barusan kalian berkata kalau Yesus itu HAMBA ALLAH yang mulia? Setan mana yang
merasuki hati dan pikiran kalian? Sudah tahu Yesus itu HAMBA ALLAH masih saja kalian
sembah! Umat Islam menganggap Nabi Isa ‘Alaihis salam atau Yesus sebagai Hamba
ALLAH yang mulia, Itulah alasan kami tidak menyembah kepadanya, itu juga yang
menjadi sebab kami beriman terhadap kenabian Muhammad shollallahu ’alaih wa
sallam (As-Shaff: 6).
0 Response to "Siapakah Hamba Allah yang Paling Mulia?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.