Apakah Anda
pernah merasa ragu-ragu bila Allah akan menerima puasa Anda? Mungkin Anda
merasa malu karena perasaan itu. Sebenarnya, tidak sedikit Muslim yang merasa
demikian. Jadi, bagaimana kita bisa tahu jika Allah akan menerima puasa kita?
Ataukah kita harus menunggu sampai hari kiamat untuk jawabannya?
Mengapa Penting Allah Akan Menerima Puasa Kita
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Kami setuju bahwa
pertanyaan itu sangat penting. Karena setiap tahun jutaan Muslim berpuasa
selama 30 hari. Dan jika Allah tidak akan menerima puasa mereka, banyak orang
sudah menderita sia-sia. Misalnya, terkadang umat Islam yang tinggal di Kanada
harus berpuasa selama 20 jam sehari. Bukan hanya itu. Menurut ajaran Islam, jika puasanya
tidak diterima Allah, itu termasuk dosa besar. Sepertinya mereka tidak
berpuasa. Akibatnya, mereka susah masuk surga, bukan?
Jawaban Saya: Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan adalah
ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan syariat agamanya. Allah Subhanahu wa
Ta'ala telah menjanjikan ampunan bagi
siapa saja yang berpuasa karena iman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
mengharapkan pahala hanya dari-Nya. Dari sekian banyak orang-orang berpuasa,
ada sebagian dari mereka yang tidak memperoleh pahala dari puasanya. Yang
mereka dapat hanya rasa lapar dan dahaga saja. Sebagaimana telah disebutkan
dalam Hadits berikut;
Telah menceritakan kepada kami
Sulaiman telah menceritakan kepada kami Isma'il telah mengabarkan kepadaku
'Amru - yaitu Ibnu Abi 'Amru- dari Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berapa
banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya melainkan
lapar dan dahaga, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan
bagian dari ibadahnya melainkan bergadang saja." (Musnad Ahmad: 8501)
Orang-orang yang tidak memperoleh pahala Puasanya adalah orang-orang tidak menjaga
diri dari berbuat maksiat, tidak menjaga ucapan dari dusta, berkata-kata
sia-sia dan kata-kata porno selama menjalankan Puasa. Sebagaimana sabda Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dibanyak Hadits berikut;
Telah menceritakan kepada kami Adam
bin Abu Iyas telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bi telah menceritakan
kepada kami Sa'id Al Maqbariy dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
yang tidak meninggalkan ucapan keji dan berbuat keji, Allah tidak butuh orang
itu meninggalkan makan dan minumnya". (Shahih Bukhari: 1770)
Telah menceritakan kepada kami Ahmad
bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Al Maqburi dari
Ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau
bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan kotor, melakukan
hal itu dan masa bodoh, maka Allah tidak butuh (amalannya) meskipun dia
meninggalkan makanan dan minumannya (puasa)." Ahmad berkata; Seorang
laki-laki memahamkanku tentang isnad hadits ini. (Shahih Bukhari: 5597)
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`bin, dari Al Maqburi, dari ayahnya dari
Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya,
maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." Ahmad
berkata; aku memahami sanadnya dari Ibnu Abu Dzi`bin, dan seseorang yang ada di
sampingku yang aku kira adalah anak saudaranya telah memahamkan hadits tersebut
kepadaku. (Sunan Abu Dawud: 2015)
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja.
Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats.
Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah
padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani
dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082 mengatakan bahwa hadits ini
shohih)
Orang-orang yang diterima puasanya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah
orang-orang yang dalam berpuasa tidak hanya menahan rasa lapar dan dahaga saja,
tetapi juga menjaga diri dari perbuatan maksiat, meninggalkan perkataan kotor
dan porno, serta perkataan dusta.
Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa menurut ajaran Islam, puasa
yang tidak diterima Allah, itu termasuk dosa besar karena sama dengan tidak
berpuasa. Mereka berdusta. Tak ada seorang pun ulama yang pernah mengatakan
seperti apa yang kafir Kristen pemuja Yesus katakan. Apabila seseorang yang
sedang berpuasa tidak menahan diri dari perbuatan maksiat, seperti perkataan
sia-sia dan berkata kotor atau porno, serta tidak meninggalkan perkataan dusta
dan lain-lain. Puasanya orang seperti ini tetap sah, hanya saja tidak
memperoleh pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Baca kembali Hadits dari Musnad Ahmad: 8501 yang saya kutip di atas.
Dapatkah Kita Tahu Jika Puasa Kita Akan Diterima?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Menurut situs-situs
Islam, Allah akan menerima puasa kita jika:
- Menjaga anggota tubuh dari setiap aktivitas yang Allah benci
- Menjaga
perkataan dari gosip dan bohong
- Memperbanyak dzikir dan sholat
- Menjaga
pandangan dari sesuatu yang Allah haramkan
- Jangan
menghadirkan perasaan takut (akan neraka, jin, jika puasanya akan
diterima, dll)
Apakah Anda selalu mengikuti semua hal di atas dengan sempurna?
Ataukah terkadang merasa sombong, berbuka puasa sebelum jamnya, atau berdosa
pada bulan Ramadan?
Adz-Dzahabi
dalam Al-Kabair mengatakan bila tidak berpuasa ketika bulan Ramadhan tanpa
alasan yang sangat kuat, itu termasuk dosa besar.
Lebih dari itu,
satu situs Islam lain mengatakan, “Dia [Allah] yang berhak menentukan ibadah
diterima atau tidak.”
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa
menurut situs-situs Islam, Allah akan menerima puasa kita jika: Menjaga anggota
tubuh dari setiap aktivitas yang Allah benci, Menjaga perkataan dari gosip dan
bohong, Memperbanyak dzikir dan sholat, Menjaga pandangan dari sesuatu yang
Allah haramkan, Jangan menghadirkan perasaan takut (akan neraka, jin, jika
puasanya akan diterima, dll). Yang terakhir ini saya kurang mengerti. Bagaimana
perasaan takut akan neraka, jin dan jika puasanya akan diterima (?), dapat menjadi
sebab puasa seorang Muslim tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala?
Saya yakin ini hanya karangan kafir Kristen pemuja Yesus sendiri!
Kafir Kristen pemuja Yesus bertanya, Apakah Anda selalu mengikuti semua hal
di atas dengan sempurna? Ataukah terkadang merasa sombong, berbuka puasa
sebelum jamnya, atau berdosa pada bulan Ramadan?
Umat Islam berbeda-beda kadar mereka dalam menjalankan ibadah Puasa. Tidak
sama bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, antara orang-orang yang berpuasa dengan
berusaha menjaga diri dari perbuatan dosa, namun ternyata masih ada dosa yang
dia lakukan, dengan orang-orang yang berpuasa namun tidak berusaha menjaga
dirinya dari perbuatan dosa karena kurangnya iman dan ilmu. Bagi orang-orang
yang berpuasa dengan berusaha menjaga diri dari perbuatan dosa, kalaupun
terselip dosa-dosa kecil, maka dosanya itu hanya mengurangi pahala Puasanya.
Berbeda dengan orang-orang yang berpuasa, namun tidak ada kemauan serta usaha
untuk menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak puasanya. Untuk
orang-orang seperti ini, dia hanya memperoleh lapar dan dahaga dari puasanya,
tidak memperoleh pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa
Ta'ala Maha Mengetahui perbuatan hamba-hambanya. Apakah ada seorang Muslim yang
sempurna dalam ibadah puasanya? Tentu saja ada, tetapi tentu bukan saya
orangnya. Umat Islam yang kurang sempurna dalam menjalankan ibadah puasa karena
terselip perbuatan dosa-dosa kecil, memiliki harapan zakat fitrah yang akan
kami tunaikan nanti akan dapat menutupi kekurangan-kekurangan kami dalam
menjalankan puasa sehingga dapat menjadi sempurna. Karena zakat fitrah juga dapat mensucikan ibadah puasa dari perbuatan
sia-sia dan perkataan-perkataan kotor, sebagaimana disebutkan dalam Hadits
berikut ini;
Telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Dzakwan dan Ahmad bin Al Azhar keduanya
berkata; telah menceritakan kepada kami Marwan bin Muhammad berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu Yazid Al Khaulani dari Sayyar bin 'Abdurrahman Ash
Shadafi dari Ikrimah dari Ibnu Abbas ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah, ia sebagai pensuci dari
perbuatan sia-sia dan perkataan kotor orang yang berpuasa, dan sebagai
pemberian makan kepada orang-orang miskin. Barangsiapa menunaikannya
sebelum shalat 'ied maka zakatnya diterima, dan barangsiapa menunaikannya
setelah shalat, maka ia hanyalah salah satu bentuk sedekah." (Sunan Ibnu Majah: 1817)
Masalah diterima atau tidaknya ibadah puasa yang kita lakukan itu masalah
ghaib yang hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala saja yang tahu. Yang dapat kita
lakukan hanyalah berusaha beribadah sebaik-baiknya dan berdoa agar ibadah yang
kita kerjakan diterima, disertai husnudzon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seorang
mukmin yang baik adalah seorang yang merasa takut amal ibadahnya tidak diterima
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sikap Muslim yang seperti itulah yang di puji
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Al-Qur’an. Karena rasa takutnya seorang
Muslim akan amal ibadahnya yang tidak diterima akan membuat dirinya
memperbanyak serta bersungguh-sungguh dalam beramal Shaleh. Sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya;
"Dan orang-orang yang
memberikan apa yang Rabb mereka berikan, dengan hati yang takut, " (Al
Mu'minuun: 60)
Telah menceritakan kepada kami Ibnu
Abu Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami
Malik bin Mighwal dari Abdurrahman bin Sa'id bin Wahab Al Hamdani bahwa Aisyah,
istri nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam, berkata: Aku bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam tentang ayat ini: "Dan orang-orang
yang memberikan apa yang Rabb mereka berikan, dengan hati yang takut, "
(Al Mu'minuun: 60) Aisyah bertanya: Apa mereka orang-orang yang meminum khamar
dan mencuri? Beliau menjawab: Bukan, wahai putri Ash Shiddiq, tapi mereka
adalah orang-orang yang puasa, shalat dan bersedekah, mereka takut kalau amalan
mereka tidak diterima. Mereka itulah orang yang bersegera dalam kebaikan."
Abu Isa berkata: Hadits ini juga diriwayatkan dari Abdurrahman bin Sa'id dari
Abu Hazim dari Abu Hurairah dan nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam seperti ini. (Sunan Tirmidzi: 3099)
Biarpun seorang Muslim tidak tahu apakah amal Shaleh yang dikerjakannya
akan diterima Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak ada kepastian akan masuk
surga, tetapi murtad dan menjadi seorang pemuja Yesus juga sama sekali bukan
pilihan. Itu karena hanya Islam satu-satunya agama diterima Allah Subhanahu wa
Ta'ala (Ali ‘Imran: 19 dan 85). Allah Subhanahu wa Ta'ala juga telah menyatakan
para pemuja Yesus adalah kafir (Al-Maa'idah: 17 dan 72) dan telah dipastikan
tempat mereka kelak di neraka Jahanam (Al Bayyinah: 6, Al-Maa'idah: 18). Klaim kafir
Kristen pemuja Yesus bahwa mereka pasti masuk surga juga telah dibantah Allah Subhanahu
wa Ta'ala (Al-Baqarah: 111).
Dapatkah Kita Punya Jaminan?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Sebenarnya, kita bisa
mempunyai jaminan bahwa Allah akan menerima puasa kita. Menurut ajaran Isa
Al-Masih, hal pertama dan terpenting adalah hati yang suci.
Memang, kita
masih harus berpuasa sesuai dengan perintah-perintah Allah. Misalnya, jangan
menarik perhatian orang lain, jangan sombong, dll. Jadi, kita tidak harus
menunggu sampai hari terakhir.
Jawaban Saya: Tidak ada yang menarik dari tulisan kafir Kristen
pemuja Yesus di atas. Bukan hanya Yesus yang mengajarkan kesucian hati, jangan
menarik perhatian orang lain (dalam Islam disebut “Riya dan Sum’ah”), jangan
sombong dan lain-lain. Seorang Muslim tidak perlu murtad menjadi pemuja Yesus
jika hanya ingin memperoleh pengajaran seperti itu, karena Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga mengajarkannya.
Hati Yang Suci Mengakibatkan Penerimaan Oleh Allah
Bagaimana cara
mendapat hati yang suci? Isa Al-Masih sudah menjadi pengantara buat kita.
“Karena Allah
itu esa dan esa pula Dia [Isa Al-Masih] yang menjadi pengantara antara Allah
dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus [Isa Al-Masih], yang telah menyerahkan
diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia” (Injil, 1 Timotius 2:15).
Walau Anda
mungkin berdosa besar dan banyak, Isa dapat mengampuni semuanya. Jika Isa sudah
menyucikan hati Anda, Allah bukan hanya akan menerima puasa Anda. Tetapi, Allah
juga akan menerima Anda sebagai satu anggota keluarga-Nya di sorga. Anda akan
diberkati di bumi ini dan di sorga.
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa
dengan menerima Yesus sebagai juru selamat dan penebus dosa dapat membersihkan
hati dari kekotoran. Jika itu benar, umat Kristen yang telah meyakini Yesus
sebagai juru selamat dan penebus dosa tentunya hati mereka sudah bersih dari
kotoran. Tetapi mengapa banyak dari mereka masih melakukan pikiran jahat,
percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan,
kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, dan kebebalan? Jika
seandainya dengan meyakini Yesus sebagai juru selamat dan penebus dosa dapat
membuat hati mereka bersih dari kekotoran, tentu tidak akan banyak pelecehan seksual di gereja-gereja. Tidak akan ada seorang biarawati hamil tanpa diketahui siapa yang menghamilinya.
Dan kita tidak akan menemukan sejarah gelap para paus Katolik. Itu semua merupakan bukti bahwa dengan
meyakini Yesus sebagai juru selamat dan penebus dosa, tidak akan menjamin hati
kita menjadi bersih dari kekotoran, apalagi menjamin kita masuk surga.
0 Response to "Apakah Allah Akan Menerima Puasa Kita?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.