Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Apakah Allah Akan Menerima Puasa Kita?


Apakah Anda pernah merasa ragu-ragu bila Allah akan menerima puasa Anda? Mungkin Anda merasa malu karena perasaan itu. Sebenarnya, tidak sedikit Muslim yang merasa demikian. Jadi, bagaimana kita bisa tahu jika Allah akan menerima puasa kita? Ataukah kita harus menunggu sampai hari kiamat untuk jawabannya?

Mengapa Penting Allah Akan Menerima Puasa Kita

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Kami setuju bahwa pertanyaan itu sangat penting. Karena setiap tahun jutaan Muslim berpuasa selama 30 hari. Dan jika Allah tidak akan menerima puasa mereka, banyak orang sudah menderita sia-sia. Misalnya, terkadang umat Islam yang tinggal di Kanada harus berpuasa selama 20 jam sehari. Bukan hanya itu. Menurut ajaran Islam, jika puasanya tidak diterima Allah, itu termasuk dosa besar. Sepertinya mereka tidak berpuasa. Akibatnya, mereka susah masuk surga, bukan?

Jawaban Saya: Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan adalah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan syariat agamanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala  telah menjanjikan ampunan bagi siapa saja yang berpuasa karena iman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengharapkan pahala hanya dari-Nya. Dari sekian banyak orang-orang berpuasa, ada sebagian dari mereka yang tidak memperoleh pahala dari puasanya. Yang mereka dapat hanya rasa lapar dan dahaga saja. Sebagaimana telah disebutkan dalam Hadits berikut;

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman telah menceritakan kepada kami Isma'il telah mengabarkan kepadaku 'Amru - yaitu Ibnu Abi 'Amru- dari Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya melainkan lapar dan dahaga, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan bagian dari ibadahnya melainkan bergadang saja." (Musnad Ahmad: 8501)

Orang-orang yang tidak memperoleh pahala Puasanya adalah orang-orang tidak menjaga diri dari berbuat maksiat, tidak menjaga ucapan dari dusta, berkata-kata sia-sia dan kata-kata porno selama menjalankan Puasa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dibanyak Hadits berikut;

Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bi telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Maqbariy dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan keji dan berbuat keji, Allah tidak butuh orang itu meninggalkan makan dan minumnya". (Shahih Bukhari: 1770)

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Al Maqburi dari Ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan kotor, melakukan hal itu dan masa bodoh, maka Allah tidak butuh (amalannya) meskipun dia meninggalkan makanan dan minumannya (puasa)." Ahmad berkata; Seorang laki-laki memahamkanku tentang isnad hadits ini. (Shahih Bukhari: 5597)

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`bin, dari Al Maqburi, dari ayahnya dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." Ahmad berkata; aku memahami sanadnya dari Ibnu Abu Dzi`bin, dan seseorang yang ada di sampingku yang aku kira adalah anak saudaranya telah memahamkan hadits tersebut kepadaku. (Sunan Abu Dawud: 2015)

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082 mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Orang-orang yang diterima puasanya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah orang-orang yang dalam berpuasa tidak hanya menahan rasa lapar dan dahaga saja, tetapi juga menjaga diri dari perbuatan maksiat, meninggalkan perkataan kotor dan porno, serta perkataan dusta.

Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa menurut ajaran Islam, puasa yang tidak diterima Allah, itu termasuk dosa besar karena sama dengan tidak berpuasa. Mereka berdusta. Tak ada seorang pun ulama yang pernah mengatakan seperti apa yang kafir Kristen pemuja Yesus katakan. Apabila seseorang yang sedang berpuasa tidak menahan diri dari perbuatan maksiat, seperti perkataan sia-sia dan berkata kotor atau porno, serta tidak meninggalkan perkataan dusta dan lain-lain. Puasanya orang seperti ini tetap sah, hanya saja tidak memperoleh pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Baca kembali Hadits dari Musnad Ahmad: 8501 yang saya kutip di atas.  

Dapatkah Kita Tahu Jika Puasa Kita Akan Diterima?

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Menurut situs-situs Islam, Allah akan menerima puasa kita jika:

  • Menjaga anggota tubuh dari setiap aktivitas yang Allah benci
  • Menjaga perkataan dari gosip dan bohong
  • Memperbanyak dzikir dan sholat
  • Menjaga pandangan dari sesuatu yang Allah haramkan
  • Jangan menghadirkan perasaan takut (akan neraka, jin, jika puasanya akan diterima, dll)

Apakah Anda selalu mengikuti semua hal di atas dengan sempurna? Ataukah terkadang merasa sombong, berbuka puasa sebelum jamnya, atau berdosa pada bulan Ramadan?

Adz-Dzahabi dalam Al-Kabair mengatakan bila tidak berpuasa ketika bulan Ramadhan tanpa alasan yang sangat kuat, itu termasuk dosa besar.

Lebih dari itu, satu situs Islam lain mengatakan, “Dia [Allah] yang berhak menentukan ibadah diterima atau tidak.”

Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa menurut situs-situs Islam, Allah akan menerima puasa kita jika: Menjaga anggota tubuh dari setiap aktivitas yang Allah benci, Menjaga perkataan dari gosip dan bohong, Memperbanyak dzikir dan sholat, Menjaga pandangan dari sesuatu yang Allah haramkan, Jangan menghadirkan perasaan takut (akan neraka, jin, jika puasanya akan diterima, dll). Yang terakhir ini saya kurang mengerti. Bagaimana perasaan takut akan neraka, jin dan jika puasanya akan diterima (?), dapat menjadi sebab puasa seorang Muslim tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala? Saya yakin ini hanya karangan kafir Kristen pemuja Yesus sendiri!

Kafir Kristen pemuja Yesus bertanya, Apakah Anda selalu mengikuti semua hal di atas dengan sempurna? Ataukah terkadang merasa sombong, berbuka puasa sebelum jamnya, atau berdosa pada bulan Ramadan?

Umat Islam berbeda-beda kadar mereka dalam menjalankan ibadah Puasa. Tidak sama bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, antara orang-orang yang berpuasa dengan berusaha menjaga diri dari perbuatan dosa, namun ternyata masih ada dosa yang dia lakukan, dengan orang-orang yang berpuasa namun tidak berusaha menjaga dirinya dari perbuatan dosa karena kurangnya iman dan ilmu. Bagi orang-orang yang berpuasa dengan berusaha menjaga diri dari perbuatan dosa, kalaupun terselip dosa-dosa kecil, maka dosanya itu hanya mengurangi pahala Puasanya. Berbeda dengan orang-orang yang berpuasa, namun tidak ada kemauan serta usaha untuk menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak puasanya. Untuk orang-orang seperti ini, dia hanya memperoleh lapar dan dahaga dari puasanya, tidak memperoleh pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Mengetahui perbuatan hamba-hambanya. Apakah ada seorang Muslim yang sempurna dalam ibadah puasanya? Tentu saja ada, tetapi tentu bukan saya orangnya. Umat Islam yang kurang sempurna dalam menjalankan ibadah puasa karena terselip perbuatan dosa-dosa kecil, memiliki harapan zakat fitrah yang akan kami tunaikan nanti akan dapat menutupi kekurangan-kekurangan kami dalam menjalankan puasa sehingga dapat menjadi sempurna. Karena zakat fitrah  juga dapat mensucikan ibadah puasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan-perkataan kotor, sebagaimana disebutkan dalam Hadits berikut ini;

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Dzakwan dan Ahmad bin Al Azhar keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Marwan bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Yazid Al Khaulani dari Sayyar bin 'Abdurrahman Ash Shadafi dari Ikrimah dari Ibnu Abbas ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah, ia sebagai pensuci dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor orang yang berpuasa, dan sebagai pemberian makan kepada orang-orang miskin. Barangsiapa menunaikannya sebelum shalat 'ied maka zakatnya diterima, dan barangsiapa menunaikannya setelah shalat, maka ia hanyalah salah satu bentuk sedekah." (Sunan Ibnu Majah: 1817)

Masalah diterima atau tidaknya ibadah puasa yang kita lakukan itu masalah ghaib yang hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala saja yang tahu. Yang dapat kita lakukan hanyalah berusaha beribadah sebaik-baiknya dan berdoa agar ibadah yang kita kerjakan diterima, disertai husnudzon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seorang mukmin yang baik adalah seorang yang merasa takut amal ibadahnya tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sikap Muslim yang seperti itulah yang di puji oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Al-Qur’an. Karena rasa takutnya seorang Muslim akan amal ibadahnya yang tidak diterima akan membuat dirinya memperbanyak serta bersungguh-sungguh dalam beramal Shaleh. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya;

"Dan orang-orang yang memberikan apa yang Rabb mereka berikan, dengan hati yang takut, " (Al Mu'minuun: 60)

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Malik bin Mighwal dari Abdurrahman bin Sa'id bin Wahab Al Hamdani bahwa Aisyah, istri nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam, berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam tentang ayat ini: "Dan orang-orang yang memberikan apa yang Rabb mereka berikan, dengan hati yang takut, " (Al Mu'minuun: 60) Aisyah bertanya: Apa mereka orang-orang yang meminum khamar dan mencuri? Beliau menjawab: Bukan, wahai putri Ash Shiddiq, tapi mereka adalah orang-orang yang puasa, shalat dan bersedekah, mereka takut kalau amalan mereka tidak diterima. Mereka itulah orang yang bersegera dalam kebaikan." Abu Isa berkata: Hadits ini juga diriwayatkan dari Abdurrahman bin Sa'id dari Abu Hazim dari Abu Hurairah dan nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam seperti ini. (Sunan Tirmidzi: 3099)

Biarpun seorang Muslim tidak tahu apakah amal Shaleh yang dikerjakannya akan diterima Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak ada kepastian akan masuk surga, tetapi murtad dan menjadi seorang pemuja Yesus juga sama sekali bukan pilihan. Itu karena hanya Islam satu-satunya agama diterima Allah Subhanahu wa Ta'ala (Ali ‘Imran: 19 dan 85). Allah Subhanahu wa Ta'ala juga telah menyatakan para pemuja Yesus adalah kafir (Al-Maa'idah: 17 dan 72) dan telah dipastikan tempat mereka kelak di neraka Jahanam (Al Bayyinah: 6, Al-Maa'idah: 18). Klaim kafir Kristen pemuja Yesus bahwa mereka pasti masuk surga juga telah dibantah Allah Subhanahu wa Ta'ala (Al-Baqarah: 111).

Dapatkah Kita Punya Jaminan?

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Sebenarnya, kita bisa mempunyai jaminan bahwa Allah akan menerima puasa kita. Menurut ajaran Isa Al-Masih, hal pertama dan terpenting adalah hati yang suci.

Memang, kita masih harus berpuasa sesuai dengan perintah-perintah Allah. Misalnya, jangan menarik perhatian orang lain, jangan sombong, dll. Jadi, kita tidak harus menunggu sampai hari terakhir.

Jawaban Saya: Tidak ada yang menarik dari tulisan kafir Kristen pemuja Yesus di atas. Bukan hanya Yesus yang mengajarkan kesucian hati, jangan menarik perhatian orang lain (dalam Islam disebut “Riya dan Sum’ah”), jangan sombong dan lain-lain. Seorang Muslim tidak perlu murtad menjadi pemuja Yesus jika hanya ingin memperoleh pengajaran seperti itu, karena Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga mengajarkannya.

Hati Yang Suci Mengakibatkan Penerimaan Oleh Allah

Bagaimana cara mendapat hati yang suci? Isa Al-Masih sudah menjadi pengantara buat kita.

“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia [Isa Al-Masih] yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus [Isa Al-Masih], yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia” (Injil, 1 Timotius 2:15).

Walau Anda mungkin berdosa besar dan banyak, Isa dapat mengampuni semuanya. Jika Isa sudah menyucikan hati Anda, Allah bukan hanya akan menerima puasa Anda. Tetapi, Allah juga akan menerima Anda sebagai satu anggota keluarga-Nya di sorga. Anda akan diberkati di bumi ini dan di sorga.

Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa dengan menerima Yesus sebagai juru selamat dan penebus dosa dapat membersihkan hati dari kekotoran. Jika itu benar, umat Kristen yang telah meyakini Yesus sebagai juru selamat dan penebus dosa tentunya hati mereka sudah bersih dari kotoran. Tetapi mengapa banyak dari mereka masih melakukan pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, dan kebebalan? Jika seandainya dengan meyakini Yesus sebagai juru selamat dan penebus dosa dapat membuat hati mereka bersih dari kekotoran, tentu tidak akan banyak pelecehan seksual di gereja-gereja. Tidak akan ada seorang biarawati hamil tanpa diketahui siapa yang menghamilinya. Dan kita tidak akan menemukan sejarah gelap para paus Katolik. Itu semua merupakan bukti bahwa dengan meyakini Yesus sebagai juru selamat dan penebus dosa, tidak akan menjamin hati kita menjadi bersih dari kekotoran, apalagi menjamin kita masuk surga.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Apakah Allah Akan Menerima Puasa Kita?"

Posting Komentar

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.